Menjalani kepahitan hidup bertubi-tubi, membuat Anya akhirnya terjebak dalam dunia malam yang tak pernah dibayangkannya. Suatu hari sepulang bekerja dalam keadaan setengah mabuk, Anya menabrak seorang pria. Pria itu ternyata kengalami amnesia hingga Anya terpaksa menampungnya untuk sementara waktu.
Siapa sangka jika pria tanpa identitas yang sebelumnya papa dan sebatang itu termyata adalah seorang pengusaha kaya yang dinyatakan hilang dalam sebuah kecelakaan misterius, bahkan sudah dianggap meninggal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzati Zah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Anya baru saja selesai mandi dan kembali ke kamarnya, ketika memeriksa ponsel dan mendapati puluhan panggilan tak terjawab dari orang yang sama. Heru.
Untuk apa lagi pria serakah itu menghubunginya? tanya Anya dalam hati.
Ada apa?
Anya hanya membalasnya dengan sebuah pesan singkat. Lalu kemudian ponselnya kembali berdering.
"Akhirnya....kenapa susah sekali menelponmu?"
gerutu Heru di ujung telepon.
"Ada apa?"
"Kenapa buru-buru sayang? Seharusnya aku yang buru-buru, karena akulah yang sedang berselingkuh bukan malah kamu..."
"Sudah cepat katakan saja apa maumu?"
"Baiklah, aku mau menagih hutang!"
"Baiklah, besok mari kira bertemu seperti biasa..."
"Aku mau malam ini!"
"Tapi aku lelah dan ingin libur sehari lagi...", tawar Anya dengan suara manja.
"Tidak bisa! Apa yang kau lakukan bersama pria asing itu sampai kamu betah sekali tidak keluar rumah, hah?"
"Jangan bicara macam-macam!"
"Baiklah kalau begitu kutunggu kamu nanti malam, ok?"
"Kalau aku tidak mau bagaimana, kan sudah kubilang aku akan menemuimu besok!"
"Aku akan datang menjemputmu dirumah!"
"Datang saja, kau kan tidak tahu dimana rumahku!"
"Tentu saja aku tahu!"
"Yang kutunjukkan padamu kemarin bukan rumahku sebenarnya!"
"Ya, aku tahu dan aku juga sudah tahu dimana tempat tinggalmu sebenarnya!"
"Apa?" Anya terkejut, sebab ternyata dirinya kalah licik dengan buaya tua itu.
"Jadi kita akan bertemu malam ini di tempat biasa, kalau tidak aku akan mendatangi tempat tinggalmu, mengerti?"
l
"Baiklah", jawab Anya akhirnya dengan putus asa. Setelah itu Anya segera mematikan teleponnya karena sudah muak harus bicara dengan Heru.
Yah, Heru sudah bisa menebak rencana licik Anya dan kemarin setelah menghilang beberapa saat, Heru memutar balik mobilnya kembali ke arah Anya, lalu diam-diam mengikuti kemana gadis itu melangkah hingga masuk ke dalam rumah.
Dulu, Heru memang pernah bertanya di mana tempat tinggal Anya, tapi saat Anya menolak untuk memberitahu Heru tidak pernah memaksa. Tapi entah, mengapa saat ini Heru sangat ingin tahu dan ingin sesekali datang kesana.
Mau tak mau kaki ini Anya harus menuruti permintaan Heru, agar laki-laki itu tidak bertindak lebih jauh.
Masih sore ketika Anya memasak makan malam dan menyantapnya dengan cepat, lalu menyisihkan sebagian masakannya untuk Anton.
"Nanti malam aku akan pergi, ada makanan di dapur, kamu makanlah sendiri nanti...", ucap Anya pada Anton.
"Ya terimkasih, mau kemana memangnya?"
Anya masih terdiam untuk memikirkan jawaban yang tepat, tapi kemudian Anton segera sadar.
"Maaf, tak perlu di jawab....hati-hati ya di jalan..."
"Ya.."
Anya segera masuk ke dalam kamar untuk bersiap. Lalu Anya berangkat untuk melakukan pekerjaannya seperti biasa.
Tidak ada yang spesial, semua kegiatan di jalaninya seperti robot yang sudah terprogram. Namun Anya bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. Heru bermain dengan kasar.
Setelah mereka menyudahi permainan dan mandi, Heru tidak segera pergi.
"Jadi kau memilih menampung pria asing itu di rumahmu?", Tanya Heru sambil menatap Anya tajam.
"Bukan urusanmu!"
"Hahaha, sampai kapan? mungkin sesekali aku bisa datang menjenguknya dirumahmu!"
"Jangan datang kerumahku!"
"Kenapa? Kau bahkan bisa menerima pria asing untuk menginap, tapi kau jual mahal kepadaku?"
Anya hanya diam sambil mengemasi barang-barangnya.
"Seharusnya kamu tidak perlu bertanggung jawab sejauh itu, membayar perawatannya saja sudah cukup, saranku mungkin kau bisa membawanya ke dinas sosial..."
Anya tetap bergeming tak menanggapi ocehan Heru. Anya sudah mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pergi.
"Dengar Anya! Aku tak suka kamu terlalu dekat dengannya, jadi jauhi dia!" Heru bicara tepat di depan wajah Anya dan memegang dagunya.
Anya segera menepis tangan Heru yang lancang.
"Kamu bukan siapa-siapa bagiku, jadi kau tidak berhak melarangku!"
Anya segera pergi dari tempat itu tanpa menoleh ke belakang lagi.
Sementara Heru menatap punggung Anya yang pergi menjauh sambil memikirkan sebuah rencana.