Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Di bawah cahaya rembulan yang redup, Liora dan kelompok kecil prajuritnya mendekati aula rahasia di jantung kota Valyria. Jalanan di sekeliling mereka sepi, tetapi suasana tegang terasa di udara. Mereka tahu bahwa malam ini akan menentukan nasib kekaisaran. Di balik tembok-tembok aula itu, faksi rahasia yang dipimpin oleh bangsawan misterius sedang bersiap untuk membangkitkan sisa-sisa kegelapan dari pecahan kunci terakhir.
Varren berdiri di samping Liora, tatapannya tegas. "Ini kesempatan kita," katanya pelan. "Jika kita bisa menghancurkan pecahan kunci sebelum mereka memanggil bayangan, Valyria akan selamat."
Liora mengangguk, tetapi pikirannya masih dipenuhi keraguan. Pecahan kunci terakhir itu tidak hanya menyimpan sisa kekuatan kegelapan—ia juga terhubung dengan Ares. Saat kunci itu dihancurkan sepenuhnya, Liora khawatir bahwa bagian terakhir dari warisan Ares mungkin ikut lenyap. Namun, dia tahu bahwa tidak ada pilihan lain. Kegelapan tidak bisa dibiarkan kembali menguasai Valyria.
"Kita harus bergerak cepat," bisik Liora, memberi isyarat kepada prajurit-prajuritnya untuk bersiap.
Mereka merencanakan penyergapan dengan cermat. Liora akan memimpin serangan utama dari depan, sementara kelompok kecil lainnya akan menyelinap dari samping untuk menghancurkan pecahan kunci sebelum upacara pembangkitan selesai. Meskipun mereka jumlahnya sedikit, Liora yakin bahwa mereka memiliki satu keuntungan besar: elemen kejutan.
---
Di dalam aula rahasia, suasana jauh berbeda. Pria berjubah hitam, pemimpin faksi rahasia, berdiri di tengah ruangan dengan tangan terangkat tinggi, menggumamkan mantra-mantra kuno yang memanggil kembali kekuatan kegelapan. Pecahan kunci terakhir bersinar dengan cahaya hitam yang semakin terang, menciptakan bayangan-bayangan yang bergetar di sekeliling mereka.
Para bangsawan yang mendukungnya berdiri di sekeliling, mengamati dengan mata penuh ketakutan dan harapan. Mereka tahu bahwa permainan ini berbahaya, tetapi mereka percaya bahwa kegelapan akan mengembalikan kekuasaan mereka yang hilang.
"Kita hampir berhasil," kata pria berjubah hitam itu, suaranya bergetar dengan kegembiraan. "Dengan pecahan ini, kita akan memanggil kembali bayangan yang pernah menguasai Valyria. Dan kali ini, kita akan mengendalikannya."
Tapi sebelum dia bisa melanjutkan upacaranya, suara pintu yang dibuka paksa menggema di aula besar itu. Liora dan prajurit-prajuritnya menerobos masuk, pedang terhunus, dengan tatapan penuh amarah.
"Berhenti!" teriak Liora, suaranya menggelegar di seluruh aula. "Kau tidak akan membangkitkan kegelapan itu lagi!"
Para bangsawan yang berkumpul terkejut dan mulai panik, sementara pria berjubah hitam itu hanya tersenyum dingin. "Kau datang terlambat, Liora," katanya, matanya bersinar dengan cahaya merah dari bayangan yang telah ia panggil. "Kegelapan sudah kembali, dan kau tidak bisa menghentikannya."
Namun, Liora tetap maju, pedangnya mengarah langsung pada pria itu. Varren dan para prajuritnya bergegas menyerang penjaga yang berusaha melindungi pemimpin mereka. Suara pedang beradu menggema di aula, tetapi perhatian Liora hanya terfokus pada satu hal—pecahan kunci terakhir.
"Selesaikan mereka!" teriak pria berjubah hitam kepada pengikutnya, sambil memegang pecahan itu dengan erat. "Aku akan menyelesaikan ritual ini!"
Varren dan para prajuritnya berusaha mendekati altar di mana pecahan kunci bersinar, tetapi setiap kali mereka mendekat, gelombang bayangan yang memancar dari pecahan itu mendorong mereka mundur. Bayangan itu terasa hidup, seperti makhluk yang mencoba melindungi pecahan tersebut dengan segala cara.
Liora melawan jalan menuju altar, tetapi ketika dia mendekati pria berjubah hitam itu, kegelapan di dalam pecahan kunci mulai mengalir keluar, menciptakan bentuk bayangan yang menyerupai sosok-sosok mengerikan. Sosok-sosok ini menyerang Liora, menghambat langkahnya.
"Jangan biarkan kegelapan menguasaimu, Liora," gumamnya pada dirinya sendiri, mengingat ajaran Ares. "Keseimbangan adalah kuncinya."
Dengan mengingat kata-kata Ares, Liora tidak membiarkan rasa takutnya menguasainya. Dia menyalurkan kekuatan batinnya, menggabungkan tekad dan pengalamannya dalam pertempuran. Bayangan yang menyerangnya mulai memudar, meskipun tetap kuat.
Pria berjubah hitam itu tertawa, seolah menikmati perjuangan Liora. "Ares tidak bisa menyelamatkanmu kali ini," katanya sinis. "Kegelapan ini sudah menjadi milikku."
Tapi Liora tidak gentar. Dia berlari dengan segala kekuatannya menuju altar, berusaha mencapai pecahan kunci sebelum ritual selesai. Ketika dia hanya beberapa langkah dari altar, pria berjubah hitam itu melemparkan gelombang energi gelap ke arahnya, mencoba menghentikannya.
Namun, di saat terakhir, Varren melompat ke depan, mengorbankan dirinya untuk melindungi Liora dari serangan itu. Energi gelap menghantam Varren dengan keras, dan dia terlempar ke belakang, tubuhnya menghantam dinding dengan suara keras.
"Varren!" teriak Liora, menoleh ke arah sahabatnya.
Varren, yang terluka parah, menatap Liora dengan mata yang penuh tekad. "Jangan pikirkan aku... Hancurkan kunci itu... untuk Valyria," katanya dengan napas yang tersengal-sengal.
Air mata mengalir di pipi Liora, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan pengorbanan Varren sia-sia. Dengan satu gerakan cepat, dia berlari ke altar dan meraih pecahan kunci terakhir.
Begitu tangannya menyentuh pecahan itu, kegelapan yang sangat kuat mulai mengalir ke dalam dirinya, mencoba menariknya ke dalam kekosongan. Suara-suara bayangan berbisik di telinganya, mencoba meruntuhkan tekadnya.
"Berserahlah pada kami... kau tidak bisa menang..."
Namun, di dalam pikirannya, Liora mendengar suara Ares—suara yang lembut namun penuh kekuatan. "Ingat keseimbangan, Liora. Kau bisa menghentikan ini. Percayalah pada dirimu sendiri."
Dengan seluruh kekuatan yang tersisa di dalam dirinya, Liora menyalurkan energi batin yang ia pelajari dari Ares, dan dengan teriakan terakhir, dia menghancurkan pecahan kunci itu di altar. Ledakan energi yang sangat kuat menghantam seluruh ruangan, memusnahkan semua bayangan yang tersisa dan melemparkan pria berjubah hitam itu ke belakang.
Ketika debu mulai mengendap, pecahan kunci terakhir kini telah hancur sepenuhnya, dan kegelapan yang pernah menguasai Valyria menghilang untuk selamanya.
---
Beberapa jam kemudian, Liora berdiri di tengah aula yang kosong, memandangi reruntuhan pertempuran. Varren dibaringkan dengan hati-hati oleh para prajurit lain. Dia masih hidup, meskipun terluka parah, tetapi mereka tahu bahwa kegelapan tidak akan pernah menguasai Valyria lagi.
"Kita berhasil," gumam Liora pelan, suaranya bergetar. "Kegelapan telah lenyap."
Tapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa kemenangan ini tidak datang tanpa pengorbanan besar. Valyria mungkin telah selamat, tetapi harga yang harus dibayar sangat tinggi.
Ketika dia keluar dari aula, Liora memandang ke langit malam yang bersih dari bayangan, tetapi matanya tetap penuh dengan kesedihan dan ketegasan. Dia tahu bahwa meskipun ancaman terbesar telah dihancurkan, tugasnya sebagai pemimpin Valyria baru saja dimulai. Sekarang, dia harus memimpin rakyatnya ke masa depan yang lebih baik—sebuah masa depan yang bebas dari kegelapan dan penuh dengan harapan.
---
cerita othor keren nih...