Niatnya kabur dari rumah dan memilih berpetualang sendiri, membuat Josceline harus berurusan dengan pria menyebalkan bernama Damian.
Celine sama sekali tak tahu jika dia telah berurusan dengan seorang Mafia kejam. Bagaimana kisah mereka nantinya? Simak kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Villa Damian
Celine memasuki kamar yang Damian tunjuk. Dia masuk ke sana dan lalu melepas sweaternya dan hanya menyisakan crop top. Celine mengedarkan pandangannya meneliti setiap sudut ruangan itu.
Gadis itu berdiri di depan pintu kaca besar yang menghadap ke arah pantai. Celine tak menyangka jika liburannya justru membawanya bertemu Damian. Di mata Celine, Damian bukanlah pria yang buruk. Setidaknya untuk saat ini.
Pria itu bahkan terlihat tenang saat tahu kekasihnya selingkuh. Padahal bisa saja, pria seperti Damian langsung menghabisi selingkuhan kekasihnya.
Saat Celine masih termangu di depan pintu kaca itu, Damian berdiri di belakang Celine.
"Apa yang kau lihat?"
"Para pemuda itu," ucap Celine sembari menunjuk ke arah sekumpulan pemuda yang sedang berdiri di pantai Breakwater Way Beach.
"Apa kau berencana akan menggoda mereka?"
"Tentu saja, lebih baik menggoda para pemuda dari pada pria tua sepertimu."
Damian tersenyum tipis, dia lalu menarik pinggang Celine hingga membuat tubuh Celine berputar dan merapat dengan tubuh Damian. Celine dan Damian saling beradu pandang.
"Kau tidak akan kemana pun dan tidak boleh menggoda siapapun, Nona. Kau adalah milikku saat ini," kata Damian lirih. Namun, penuh penegasan.
"Tubuhku adalah milikku sendiri. Kau tidak bisa mengaturku. Bahkan kedua orang tuaku pun tidak bisa, tuan Damian," desis Celine penuh percaya diri.
"Kita lihat saja," kata Damian, dia mengusap bibir merah jambu milik Celine.
"Terserah padamu." Celine mendorong dada Damian. Dia berjalan ke arah ranjang merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan lalu memejamkan matanya.
Damian tersenyum melihat Celine yang sama sekali tak merasa terintimidasi. Damian sesaat memandangi Celine yang memejamkan mata. Damian pun akhirnya, melepaskan jasnya dan ikut berbaring di samping Celine.
Celine benar-benar bersikap biasa seolah tak menganggap keberadaan Damian. Selagi pria itu tak melecehkan dirinya, maka dia akan memilih diam. Anggap saja dia liburan gratis.
"Apa kau tahu? Kau adalah wanita pertama yang datang ke villa milikku ini. Bahkan ibuku belum pernah menginjakkan kakinya ke sini."
"Lalu maksudmu aku harus merasa bangga?"
"Ya, setidaknya kau harus merasa tersanjung akan hal itu."
"Aku tidak peduli. Di keluargaku aku selalu diutamakan. Jadi aku sudah terbiasa," jawab Celine dengan mata yang masih terpejam.
Damian menoleh dan menatap lekat wajah Celine. Ingin rasanya dia mencium bibir gadis itu, tapi dia tak ingin terburu-buru. Dia ingin menunggu waktu yang tepat, tapi nanti.
"Apa aku boleh memelukmu?" tanya Damian. Celine membuka matanya dan menoleh menatap Damian.
"Apa kau mau dihajar?" Celine menatap Damian dengan sengit. Pria ini benar-benar menyebalkan menurutnya.
"Sebaiknya kau urus kekasihmu, sana. Aku tidak akan kabur. Aku anggap ini bagian dari liburanku."
"Bukankah tadi aku sudah bilang aku memutuskannya. Jadi aku tidak akan peduli lagi terhadapnya."
Celine tersenyum sinis. "Laki-laki memang selalu sesuka hatinya sendiri. Itulah kenapa aku malas berurusan dengan laki-laki."
"Hei, kau bukan seorang les*bian kan?"
"Tidak, aku hanya makhluk individual. Aku tidak suka sebuah hubungan serius, meski keluargaku cukup harmonis, tapi ku rasa menjalin sesuatu hubungan seperti berpacaran dengan seseorang itu adalah hal yang melelahkan dan menguras tenaga."
"Apa kau adalah korban patah hati?" tanya Damian penasaran.
"Aku? Patah hati? Oh no, aku tidak pernah berhubungan dengan siapapun"
"Hidupmu pasti membosankan."
"Kau salah besar. Hidupku amat sangat menyenangkan," kata Celine.
"Dari mana kau berasal?"
"Aku tidak akan memberitahumu."
"Cepat atau lambat aku pasti akan mengetahuinya.".
"Coba saja, tapi jangan harap aku akan tertarik padamu."
Di saat itu, ponsel Celine bergetar, dia tersenyum melihat nama pemanggil di ponselnya.
"Hai, Sweety. Apa kabarmu?" Celine terlihat bersemangat saat berbicara lewat telepon dengan entah siapa. Damian terus memandangi wajah Celine yang semakin cantik saat tertawa lebar.
"Aku rasa aku akan lama, Felly. Titip para keponakanku, ya."
Lagi-lagi Celine tertawa mendengar jawaban Felly. adik dari kakak iparnya. Mereka cukup lama berbicara hingga Celine tak sadar Damian sudah tertidur sembari memeluk perutnya.
Setelah Felly memutuskan sambungan teleponnya, Celine baru sadar, tangan kekar Damian melingkari perutnya.
"Oh God. Paman ini benar-benar menyebalkan sekali."
Meski menggerutu, tapi Celine tidak menyingkirkan tangan Damian. Gadis itu benar-benar tidak peduli. Selagi Damian tidak berlaku kurang ajar maka dia akan biarkan saja pria itu berbuat semaunya.
Tapi Celine tak tahu imbas dari pembiaran yang dia lakukan akan menjeratnya lebih jauh dengan Damian. Celine akhirnya ikut terlelap tak peduli tangan Damian semakin erat melingkar di perutnya.
Saat malam hari, Celine terbangun. Dia tak mendapati Damian di sisinya. Celine bernapas lega. Dia merenggangkan otot tubuhnya sebelum masuk ke kamar mandi. Celine melepas pakaiannya. Dia mengguyur tubuhnya dengan air hangat di bawah kucuran shower.
Selesai mandi, Celine meraih bathrobe yang tergantung di dinding. Dia memakai bathrobe berukuran besar itu dan keluar dari kamar mandi.
Saat keluar, mata Celine langsung tertuju pada beberapa tumpukan paperbag. Dia mendekatinya dan membuka salah satu paperbag.
"Wow, dia sangat pintar memilih," gumam Celine. Dia terpana menatap satu set pakaian dalam berwarna hitam. Tanpa ragu, Celine memakainya.
Namun, saat membuka paperbag lainnya, Celine hanya memajukan bibirnya. Dia tak menyukai pakaian itu. Menurut Celine baju-baju di dalam paperbag itu tak sesuai dengannya.
Celine berjalan ke lemari dan membukanya. Dia meraih satu kemeja lengan panjang milik Damian berwarna hitam. Celine segera memakainya karena dia ingin makan. Perutnya sudah terasa lapar lagi.
Celine menyemprotkan parfum kecil miliknya. Parfum yang hanya dimiliki olehnya, karena parfum itu racikan ibunya sendiri dan dibuat hanya khusus untuk Celine. Bahkan ibunya memberi nama parfum itu dengan nama My Celine.
Saat keluar kamar, Celine tersentak melihat begitu banyak pria. Dia memundurkan langkahnya dan kembali masuk ke kamar, Damian yang sedang duduk dan sejak tadi menatap ke kamarnya, langsung berdiri begitu melihat Celine.
"Wow, Bro. Siapa gadis tadi? Apa kau menangkap bidadari?" tanya salah seorang teman Damian. Damian hanya tersenyum samar, saat ini dia sedang mengadakan pesta di Villa miliknya.
Sebenarnya, Damian hanya memiliki sedikit teman, tapi kebanyakan temannya juga menggeluti dunia bawah. Jadi sudah hal lumrah jika mereka seorang diri, tetapi diikuti oleh beberapa anak buahnya termasuk dengan Damian sendiri. Di luar Villa itu anak buah Damian berjaga-jaga.
"Aku kesana dulu. Kekasihku sepertinya sedang merajuk."
Damian pun akhirnya meninggalkan kumpulan teman-temannya dan pergi ke kamarnya.