"Setahun menjadi istriku maka kau akan mendapatkan uang 500 juta yang kau butuhkan!" Kata Justin pada Lily yang sedang membutuhkan dana yang sangat besar untuk membantu ekonomi keluarganya.
Tawaran yang terdengar cukup menguntungkan untuk dirinya membuat Lily terpaksa menerima tawaran Justin. Lily berpikir jika tawaran yang Justin berikan kepadanya saat itu merupakan jalan keluar dari permasalahannya.
Tanpa Lily sadari jika satu tahun pernikahan yang dia jalani bersama Justin membuatnya terbelenggu dengan cinta pria itu dan membuatnya sulit untuk melepaskannya di saat wanita yang pria itu cintai telah kembali dan ingin merebut posisinya sebagai istri Justin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Mendengar Tapi Tak Didengar
Lila merubah rutenya yang awalnya ingin langsung pergi ke apartemen menuju ke sebuah butik untuk membeli pakaian baru di sana. Mengandalkan sisa uang pemberian Justin, Lila membayar beberapa pakaian yang ia beli untuk dibawa pergi ke rumah Justin esok hari.
Jika saja uang tersebut bukanlah uang pemberian Justin, Lila pasti sangat sayang untuk membelanjakannya. Apa lagi pakaian yang ia beli mencapai harga jutaan rupiah.
Setelah selesai membayar beberapa pakaian yang ia beli, Lila segera pulang ke apartemen. Karena sudah terbiasa memaksa makanan untuk dirinya sendiri, Lila menyempatkan waktu untuk memasak menu yang simple lebih dulu sebelum akhirnya beristirahat di dalam kamar.
Di tempat yang berbeda, Justin terlihat sudah berada di kediamannya. Kepulangannya dari tempat bekerja sore itu disambut dengan pelukan hangat oleh Mama Amanda.
"Kamu pasti capek banget ya, nak." Kata Mama Amanda melihat wajah Justin yang nampak kelelahan saat baru saja pulang bekerja.
Senyuman di wajah Justin terbit. Dia memang merasa lelah, namun rasa lelahnya itu sirna setelah melihat senyuman sang mama.
"Jadi mana calon kakak iparku?" Tiba-tiba saja si gadis cantik Jena bertanya. Wajahnya nampak girang saat mempertanyakan hal tersebut. Nampaknya adik Justin itu sudah tak sabar bertemu calon kakak iparnya.
"Sabar dulu dong. Besok baru Kakak bawa dia ke sini." Balas Justin. Dia pun mengusap kepala Jena karena merasa gemas.
"Ih, Kakak jangan diacak rambut Jena!" Seru Jena. Dia menjauhlan diri dari jangkauan Justin agar Justin tak bisa mengacak rambutnya lagi.
Justin tertawa. Dia pun menghentikan kejahilannya pada Jena.
"Iya, padahal Mama maunya ketemu sekarang. Kenapa diganti jadi besok?" Tanya Mama Amanda.
Pandangan Justin beralih pada Mama Amanda kemudian menjawab. "Lebih baik besok saja, Ma. Sekarang Mama kan lagi capek. Akan lebih baik Mama, Papa dan Jena istirahat dulu. Besok pagi baru bertemu dengannya."
Mama Amanda mengiyakan saja. Sepertinya tidak baik menurutnya jika memaksa Justin membawa calonnya saat itu juga.
"Yasudah, kalau begitu aku ke kamar dulu." Pamit Justin. Bukannya tidak ingin berbincang lama dengan keluarganya, namun ia sudah harus menelefon balik Marsha yang sejak tadi berusaha menelefon dirinya.
Mama Amanda mengiyakannya. Dia tahu putranya itu lelah dan membutuhkan waktu untuk beristirahat.
Masuk ke dalam kamar, Justin langsung saja melakukan panggilan telefon pada Marsha. Karena panggilan telefon tak kunjung terhubung, Justin memutuskan untuk mengganti pakaiannya lebih dulu. Namun baru saja membuka jas dan kemejanya, ponselnya sudah berdering dan memperlihatkan panggilan telefon dari Marsha.
"Hallo, sayang." Suara Marsha terdengar mendayu di seberang sana. Mendengarnya nada suaranya saat ini, membuat Justin menebak jika wanitanya sedang bahagia saya ini.
"Hallo, sayang. Maafin aku gak telfon balik langsung tadi." Kata Justin.
"Gak apa-apa, sayang. Aku ngerti kok kamu pasti sibuk banget." Balas Marsha.
Justin tersenyum mendengarnya. Hal yang paling ia sukai dari Marsha selama ini adalah, wanita itu sangat mengerti dengan kesibukannya dan tidak pernah menuntut banyak hal darinya.
"Oh ya, sayang. Aku mau kasih tau kalau aku terpilih jadi model brand pakaian wanita yang terkenal di sini." Beri tahu Marsha.
Justin merasa ikut senang mendengarnya. Dia tahu bagaimana kekasihnya itu berjuang untuk bisa menjadi model untuk brand tersebut hingga akhirnya kini bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Ya udah sayang, aku cuma mau kasih tau kamu masalah ini. Kalau begitu aku tutup dulu ya telfonnya. Nanti aku telfon lagi kalau udah di rumah!" Kata Marsha tanpa berniat mempertanyakan kabar Justin lebih dulu.
Justin mengiyakannya. Akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan untuk dirinya hanya menjadi pendengar untuk Marsha tanpa memiliki kesempatan untuk didengar.
***