Wanita Malam Penyelamat Tuan Amnesia
Malam itu, Anya duduk sendirian di meja bar sambil menyesap minumannya. Anya sedang menunggu seseorang tapi orang itu tak kunjung datang.
"Hey, tuan dokter yang terhormat, aku sudah tidak sabar, cepatlah datang...kalau kau masih takut dengan isirimu untuk apa berjanji padaku hah? Dasar laki-laki! Serakah tapi pengecut!" Anya mulai meracau, karena dirinya mulai mabuk.
Tidak lama berselang seorang laki-laki datang dengan tergesa-gesa menghampiri Anya.
"Hey sayang, maaf aku terlambat!"
"Jangan panggil aku sayang, aku bukan kekasihmu, dasar laki-laki gila!"
"Oh Anya? Ada apa denganmu? Apa kau mabuk? Pasti kau terlalu banyak minum saat menungguku! Bagaimana kalau ada pria asing yang menganggumu?"
Heru membayar sejumlah uang beserta tip-nya dan segera mengangkat tubuh Anya yang sudah limbung karena pengaruh alkohol.
"Ayo sayang, aku akan membawamu ke hotel, aku sangat merindukanmu dan sudah tidak sabar untuk menghabiskan malam bersamamu..."
Anya hanya pasrah berada dalam gendongan Heru, dengan mulut yang terus meracau tak jelas.
Heru melajukan mobilnya ke sebuah hotel bintang lima langganannya. Sampai di lobby, Heru minta tolong pada petugas vallet untuk memarkirkan mobilnya, sedang dirinya susah payah memapah tubuh Anya berjalan menuju kamar hotel yang sudah dipesannya.
Begitu sampai, Heru langsung menjatuhkan tubuh Anya ke tempat tidur.
"Aw!", Pekik Anya merasakan sakit di punggungnya.
"Maaf, kau berat juga ternyata...."
"Ayo lakukan, aku sudah tidak sabar menunggumu dari tadi...", kata Anya menantang.
"Baiklah, mari kita mulai permainannya, macan betinaku yang liar, aku suka sekali kejujuranmu dan keagresifanmu diranjang..."
Heru lalu menarik kepala Anya dan menyatukan bibir mereka, Anya membalas dengan ******* bibir Heru dengan tak kalah rakus. Dengan bibir yang masih bertaut, tangan Heru mulai berkeliaran.
"Argh..."
Anya mulai mendesah, dan Heru semakin bersemangat. Heru mulai melucuti satu demi satu pakaian Anya. Anya pun membuka kancing baju Heru satu persatu.
"Ayo lakukan, aku sudah tidak sabar!"
Dan merekapun segera memulainya.
"Arrghh!"
Anya mendes*h.
"Sudah...sudah...aku mau keluar..."
Teriak Heru sambil berusaha menyingkirkan tubuh Anya.
"Kenapa? Kau takut benihmu keluar di dalam? Tenang saja, aku sudah minum pil kontrasepsi..."
"Siapa yang percaya? Bisa saja kau mau menjebakku!"
"Cuih, suka enaknya tapi takut hasilnya!"
"Diam kau ******!"
"Tadi kau memanggilki sayang sekarang kau panggil aku ******?"
"Kau ****** kesayanganku, dan aku sudah tergila-gila padamu!"
"Hahaha..."
Mereka tertawa bersama sambil mengatur nafas yang terengah.
"Mau lagi..."
Rengek Anya, seperti kucing betina yang manja. Heru tersenyum menyambut tawaran itu. Tapi kemudian nada panggilan di ponselnya mengalihkan perhatiannya.
Heru menjauh dari Anya dan mengangkat teleponnya.
"Maaf, aku harus pergi..."
"Kemana?"
"Kerumah sakit, ada pasien menungguku.. "
"Baiklah, pergilah...jangan lupa bayaranku!"
Beberapa saat Heru mengetik di ponselnya.
"Sudah.."
"Terimakasih...kau tidak mandi dulu?"
"Tidak, aku mandi di rumah sakit saja..."
"Selamat bekerja Pak Dokter!"
Anya lalu pergi ke kamar mandi hotel dan membersihkan tubuhnya disana. Anya berendam beberapa waktu untuk merilekskan tubuhnya. Efek alkohol sudah mulai berkurang meski masih terasa.
Anya mencoba menikmati hidupnya, menikmati setiap permainannya dengan para pria yang membayar untuk tubuhnya. Anya tidak ingin terlihat lemah dan tertindas atau hanya menjadi obyek pelampiasan nafs* semata. Pekerjaannya memang hina, tapi ini sudah menjadi pilihannya dengan sadar. Karena itu Anya harus kuat karena dirinyalah yang akan bertanggung jawab sendiri akan segala konsekuensi dari pekerjaan ini.
Kamar hotel yang disewa Heru untuk mereka bergulat memang mewah dan nyaman. Tapi tetap saja Anya tidak suka berada disana terlalu lama. Semewah dan senyaman apapun tempat itu telah kotor. Maka setelah selesai mandi Anya bergegas turun dan memesan ojek online. Anya tidak langsung pulang kerumah, melainkan ke club malam dimana Heru tadi menjemputnya. Sepeda motor maticnya masih tertinggal disana. Anya lebih suka pulang sendiri dengan sepeda motor maticnya meski hari sudah malam.
Anya turun dari ojek dan berjalan menuju dimana sepeda motornya terparkir. Anya memakai jaket dan helmnya lalu langsung menyusuri jalanan yang terlihat lengang di malam hari.
Anya melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang sambil menikmati udara malam yang terasa dingin. Mencoba menikmati kesendiriannya dengan memikirkan untuk apa uang hasil 'kerja nikmat'-nya akan dia habiskan besok. Mungkim dia harus pergi ke salon untuk merawat tubuh dan penampilannya. Mungkin dia juga harus belanja beberapa pakaian dalam yang seksi untuk menggoda lawan mainnya. Oh ya tidak lupa, besok juga waktunya untuk mendonasikan sejumlah uang ke yayasan sosial langganannya, sekaligus bertemu dengan anak-anak yatim, teman kecil kesayangannya. Anya jadi senyum-senyum sendiri membayangkan hal itu.
Tapi kemudian, yang terjadi adalah Anya terpental dari sepeda motornya karena menabrak sesuatu. Anya jatuh, tapi hanya pelan dan tidak terlalu sakit. Tapi saat jatuh dan memeriksa sepeda motornya, Anya melihat tubuh seorang pria tergeletak tepat di depan roda sepeda motornya.
"Apakah baru saja aku menabrak orang ini?" Tanya Anya pada dirinya sendiri.
"Tentu saja, siapa lagi yang menabraknya kalau bukan aku! Aku tadi melamun dan mungkin juga masih sedikit mabuk...", pikir Anya memastikan.
"Tolong...tolong..."
Anya berteriak mencari pertolongan karena dia berfikir tidak akan sanggup mengangkat tubuh lelaki itu seorang diri. Walau jalanan agak sepi, tapi mendengar teriakan beberapa pengguna jalan berhenti dan menghampirinya. Beberapa warga sekitar juga datang mendekatinya.
"Ada apa Nona? Apa kau kecelakaan? Mana yang sakit?"
"Tidak, aku hanya sakit sedikit, tapi sertinya aku telah menabrak orang itu hingga tak sadarkan diri..."
Orang-orang mulai menghampiri lelaki itu dan memeriksa keadaannya.
"Aku janji aku akan bertanggung jawab, tapi tolong nanti aku membawanya ke rumah sakit..."
Anya memesan taksi online dan beberapa orang setuju untuk membantunya membawa pria itu ke rumah sakit. Anya tidak suka menghubungi polisi atau ambulan karena tak ingin masalah ini semakin besar. Apalagi mengingat profesinya sebagai wanita malam.
Begitu sampai dirumah sakit Anya membawa pria itu ke UGD dan meminta petugas memberikan penanganan darurat. Anya menceritakan semua kronologi kejadian kecelakaan kepada perawat di rumah sakit tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tapi kemudian saat petugas bertanya tentang nama dan identitas korban Anya tidak bisa menjawab dan mereka tidak menemukan kartu identitas apapun di tubuh korban. Bagaimana ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Lesly Manurung
wadohh, siapa ya dia
2022-11-24
0