Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Tawaran Arya.
Saat situasi masih genting, apalagi Arya masih mencari akal untuk membuktikan dirinya adalah Ayah kandung dari Ammar. Seseorang datang tergopoh-gopoh, itu adalah Pak RT setempat.
“Aduh, Tuan Arya. Maaf saya baru datang, tadi abis ngeluarin desakan alam dari perut.“ Pak RT cengengesan.
“Saya sudah katakan, saya akan datang kesini di sore hari! Saya malah disuguhi kejadian buruk seperti ini! Apa saya harus bertindak dengan mengosongkan semua kontrakan, Pak RT?“
“Jangan Tuan Arya! Maaf maaf... apa yang membuat Anda marah, Tuan?“
“Ibu ini, anaknya menuduh putra saya Ammar mencuri! Sementara ibunya menuduh saya bukan Ayah kandung Ammar, dia meminta bukti pada Ammar dan saya. Tapi, saat saya meminta anaknya membuktikan... dia banyak alasan! Saya bisa saja membawa bukti jika Ammar benar-benar anak saya, tapi setelah itu saya akan mengusir semua penyewa disini? Bagaimana?“
“Jangan begitu, Tuan. Kami minta maaf, kami tidak akan seperti Bu Neneng. Dia emang sombong tinggal disini, kami juga sering menghina Mbak Alsya... ya karena fitnahan dan provokasi Bu Neneng. Kami percaya Ammar nggak mencuri, dia emang pinter dalam mengingat angka. Tadi Ammar sudah membuktikan nya, iya kan Ibu-ibu dan bapak-bapak! Kita tidak akan berani menghina apalagi memfitnah Mbak Alsya dan Ammar lagi!“ seru salah seorang penghuni di kontrakan.
“Tentu saja kalian tidak bisa menghina mereka lagi, karena kalau kalian saya perbolehkan tinggal disini... saya akan membawa anak saya dan Alsya pergi dari lingkungan toxic ini!“ Arya menatap tajam pada mereka semua.
“Jadi Tuan Arya nggak akan mengusir kami, kan?“
“Saya hanya tidak ingin ada manusia busuk seperti ibu dari Emir ini, solusinya terserah Pak RT. Silahkan Pak RT mengusir keluarga Emir atau saya mengusir semua orang yang tinggal disini!“ Arya memberi pilihan.
Kemudian Arya membuka lipatan uang 20 ribu pemberian Ammar dan memperhatikan nomor seri uang tersebut. Ia tersenyum bangga, ternyata calon anak sambungnya sangat pintar dalam hal mengingat angka.
Calon anakku ini! Udah Mama nya cantik dan baik luar biasa karena dulu pernah menolongku dan memberiku makan saat aku diusir Papa ke jalanan tanpa uang sepeserpun dan teman-teman ku pun menolak menolong karena ancaman Papa pada mereka. Untung saja ada bidadari ku, malaikat-ku... Alsya! Arya malah tersenyum-senyum sendiri, bahkan dengan percaya diri dia terus saja mengaku-ngaku Ammar calon anaknya.
Pak RT maju mendekat, Arya menyerahkan uang lembaran berwarna hijau itu pada Pak RT. Arya lalu menjelaskan masalah intinya, tentang uang 20 ribu yang dianggap dicuri oleh Ammar.
Alsya pun ikut mendekat pada Pak RT, “Lihat disini, Pak RT. Itu adalah noda dari adonan kue saya, tak sengaja kecipratan. Endus aja, pasti ada aroma kue.“
Pak RT menurut mengendus noda hijau di uang itu dan benar saja ada aroma kue dadar gulung yang dijual Alsya.
“Wangi dadar gulung buatan Mbak Alsya, ah saya jadi pengen makan. Kue bikinan Mbak Alsya selalu enak!“
Grrrrrrrrr
Terdengar geraman pelan dari sebelahnya, Pak RT menengok dan dia merinding melihat tatapan mematikan dari Arya. Ia salah waktu memuji Alsya ternyata! Ada yang terbakar api cemburu!
“M-maksud saya mari kita tutup permasalahan tentang pencurian ini, karena Ammar sudah membuktikan dan terbukti tidak bersalah. Sebaiknya Emir dan Bu Neneng meminta maaf pada Ammar dan Mbak Alsya.“ Tutur Pak RT.
“Heh! Enak saja Pak RT memutuskan hal yang merugikan saya dan Emir! Enggak bisa gitu dong!“ Ibu Emir tak terima.
“Jadi, maunya Bu Neneng apa? Sok atuh buktikan kalau Emir benar dan itu uang nya Emir? Kalau nggak bisa membuktikan jatuhnya itu fitnah. Bu Emir tau? Fitnah itu lebih kejam dari pembunuh4n! Ada pasalnya tentang seseorang dianggap melakukan fitnah apabila melakukan penghinaan nama baik, namun tidak dapat membuktikan kebenarannya atau apa yang dituduhkan ternyata tidak benar maka pelaku diancam pidana penjara paling lama empat tahun penjara!"
Selama ini Pak RT lah yang selalu membela Alsya hingga wanita itu dan anaknya bisa tinggal lama hampir 4 tahun di tempat itu, di tempat lain Alsya pernah mengalah pergi karena tidak sanggup semua orang selalu memojokkan nya.
Pak RT meskipun banyak omong, ternyata dia benar-benar pantas menjadi RT setempat.
“Kalau begitu, saya memilih untuk menggugat Ibunya Emir!“ ujar Arya, bahkan pembahasan tentang ia harus membuktikan dirinya adalah Ayah kandung Ammar pun sepertinya akan terlupakan dengan keadaan terbalik saat ini sebab Bu Emir lah yang kini terpojok.
Mata Bu Emir membelalak lebar, dia menatap ke arah Alsya agar tidak dituntut.
“Jangan begini dong Alsya! Masa hanya masalah sepele saya mau dituntut!“
Alsya sebenarnya tidak ingin menuntut apapun pada Bu Emir, tapi mengingat Bu Emir lah yang selama ini gencar menghinanya meski Alsya selalu berhasil melawan di setiap waktu ketika Ibu Emir menghinanya ingin sekali ia membuat ibunya Emir mendapatkan balasan.
“Anda masih saja bicara dengan angkuh, Bu Neneng! Harusnya Bu Neneng meminta maaf pada saya atas kesalahan Bu Neneng selama ini pada saya selama 4 tahun saya tinggal disini! Padahal saya tidak pernah sekalipun merugikan Bu Neneng dengan tinggal disini, apa saya pernah meminjam uang pada Bu Neneng ketika Ammar sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit? Apa saya pernah meminta-minta makan, ketika saya kehabisan beras? Apa saya pernah menggoda suami Bu Neneng seperti yang Bu Neneng pernah sebarkan pada semua orang dengan fitnahan begitu keji!?“ Jebol juga kemarahan Alsya.
Arya mengepalkan kedua tangannya mendengar penuturan dari Alsya tentang kehidupan menyedihkan dari wanita yang ia suka itu, jika Ibu Emir bukan seorang wanita sudah habis dipukuli olehnya.
“Bu Neneng seharusnya minta maaf, ayo Bu." Pinta Pak RT.
Namun Bu Neneng malah membuang wajah, dia masih tidak sudi merendahkan diri untuk meminta maaf pada Alsya.
Bagi Arya sudah cukup, “Bopeng! Kemari!“
Arya memanggil salah satu pengawal nya, bodyguard yang dipanggil menghampiri sang Tuan.
“Ya, Tuan muda."
"Setelah wanita ini nanti diusir dari sini, caritahu dimana suaminya bekerja dan minta pemimpinnya memecatnya secara tidak hormat dan jangan kasih pesangon! Katakan, jika Tuan Arya akan membalas semua jasanya dan akan memberikan ganti rugi asal dia memecat suami dari wanita busuk ini!“ kemarahan Arya benar-benar terasa oleh orang-orang disana, tubuh mereka semua gemetaran karena ketakutan.
Bu Neneng bahkan mulai terlihat panik, sepertinya kali ini dia percaya jika Arya bisa membuat suaminya dipecat. Lalu bagaimana nasibnya?
Tiba-tiba Bu Neneng menggenggam tangan Alsya, "Maafkan saya Alsya! Saya salah! Saya salah!“
Alsya mengatupkan bibirnya, dia menghela nafas panjang. Haruskah dia memaafkan?
“Kamu terlambat, Ibu Emir. Meski kamu meminta maaf pada Alsya dan dia memaafkan, saya sudah terlalu marah pada kamu! Alsya boleh memaafkan mu tapi saya tidak akan memberi ampun....!!!“
Arya membalikkan tubuh, menatap para bodyguard nya. “Segera kosongkan rumah wanita ini dan kau Bopeng! Segera laksanakan perintahku agar suaminya dipecat!“
Brukkkkkk
Ibunya Emir terjatuh ke tanah karena kakinya lemas, dia meraung-raung meminta ampunan namun Arya maupun orang-orang disana tidak mengindahkan tangisan Bu Emir.
Masih untung aku tidak memenjarakan mu! Cih! Batin Arya.
Alsya sendiri tidak melarang tindakan Arya, dia pun sebenarnya akan memaafkan namun masih ingin Bu Neneng mendapatkan jera dan balasan akibat keangkuhan wanita itu selama ini padanya.
.
.
Kini Arya sedang duduk di dalam rumah kecil kontrakan milik Alsya, hanya ada satu kamar tidur dan ruangan untuk duduk beralaskan tikar yang menyatu dengan dapur serta kamar mandi.
Tak ada kursi, tak ada perabotan banyak hanya terlihat beberapa baskom dan alat-alat untuk mengadon kue.
Arya merasa miris melihat kehidupan Alsya, sungguh hatinya semakin mengagumi wanita cantik itu.
“Sya, ayo ikut aku. Kamu kan pernah mengatakan padaku... ingin mencari pekerjaan yang layak untuk biaya hidup dan ingin menyekolahkan Ammar sampai ke jenjang lebih tinggi seperti kuliah. Di tempat tinggal ku membutuhkan Patissier, kalau koki sudah ada. Kamu akan mendapatkan gaji yang besar dan tempat tinggal karena banyak kamar untuk para pekerja. Aku datang bukan untuk mengganggu mu dan meminta mu untuk jadi istriku, kali ini pure aku ingin membantu cita-cita mu demi Ammar."
Ya... pernah dua kali Arya melamar Alsya namun hanya penolakan yang pria itu dapatkan. Hari ini tujuan ia datang ke tempat kontrakan, ingin meminta Alsya pergi dari sana dan memberikan pekerjaan di Mansion milik keluarga nya agar dia dapat selalu berdekatan dengan Alsya.
Modus sebenarnya dengan mengatasnamakan demi cita-cita Alsya, tapi apa boleh buat daripada cinta ditolak dukun bertindak lebih baik banyakin modus, bukan? Yang penting tujuan Arya ingin lebih dekat dan dapat memperistri Alsya nantinya bisa terlaksana!
Alsya menatap penuh keraguan pada Arya, memanglah berjualan kue dengan berkeliling tidak banyak untungnya dan hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan jika kue jualannya tidak laku semua, Alsya hanya mampu makan seadanya karena serba kekurangan.
Apa aku terima saja tawaran Pak Arya?
sebentar LG kekacauan di mulai 😡
pengen ngelus rahangnya akohhhhhh😩😩