Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Pagi ini Aya pergi ke rumah sakit tempat ayahnya di rawat. Karena hari ini ayah Hendra sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumahnya.
Kondisinya sudah membaik, dan itu membuat Aya begitu senang dan bahagia.
Namun Aya juga merasa heran dengan sikap Bryan yang terlihat begitu dingin dan lebih cuek terhadapnya.
Pagi ini saat Aya terbangun pun Bryan sudah tidak ada lagi di kamarnya. Aya bertanya kepada pelayan di rumah utama dan mereka mengatakan bahwa Tuannya tengah berangkat pagi-pagi sekali.
Aya semakin heran. Namun Ia juga merasa senang karena Bryan tidak lagi mengganggunya.
***
Dengan langkah terburu-buru, Aya berjalan menuju kamar rawat ayahnya.
"Ayah, maafkan Aya karena baru datang. Ayah sudah siap untuk kembali ke rumah?," Tanya Aya menghampiri sang ayah.
"Ayah sudah tidak sabar lagi untuk pulang ke rumah Aya." Ucap Hendra tersenyum menatap wajah putrinya. Lalu Ia menoleh ke belakang Aya mencari keberadaan Bryan.
"Nak,di mana suamimu, Apa dia tidak ikut?," Tanya Hendra.
Aya tersenyum. "Suamiku sedang ada meeting pagi-pagi sekali ayah, jadi maafkan dia karena tidak bisa ikut menjemput ayah," ucapnya tenang.
Hendra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
Lalu Aya dan ayahnya beserta perawat khusus yang merawat Hendra pun segera keluar dari ruang rawat itu.
Aya mendorong kursi roda yang ayahnya gunakan dengan pelan. Mereka pun menuju mobil yang Aya gunakan untuk datang ke rumah sakit.
Dengan di bantu oleh supir dan perawat, Hendra pun duduk di kursi tengah bersama Aya, sedangkan perawat itu duduk di depan samping supir.
***
Kini mereka telah sampai di rumah Hendra. Sekarang rumah itu terlihat lebih besar dan bagus. Karena sebelumnya Bagaskara sudah menyuruh seseorang untuk merenovasinya.
"Ayah, sekarang ayah istirahat dulu. Aya akan membuatkan ayah makanan." Ucap Aya.
Aya pun pergi ke dapur untuk memasak makan siang untuk ayahnya. Namun di pertengahan memasak, ponsel Aya bergetar.
Aya segera melihat ponsel miliknya itu. Disana ada notif sebuah grup alumni universitasnya dulu.
"Siapa yang memasukkan ku ke dalam grup ini. Bukankah mereka tidak pernah menyukaiku?," Ucap Aya bingung. Lalu ia pun kembali meletakkan ponselnya di meja. Dan menyelesaikan masakannya.
***
Setelah sore hari, Aya pun kembali ke rumah utama. Ia berfikir Bryan sudah kembali dari kantornya. Namun saat dia membuka pintu kamarnya, tidak ada suaminya di sana.
"Tenang sekali, senangnya," ucap Aya seraya mendudukkan dirinya di sofa.
Aya mengeluarkan ponselnya dan mengusap layar benda pipih itu. Sudah banyak obrolan dari grup alumni universitasnya dulu.
Mereka tengah membicarakan tentang reuni yang akan di adakan lusa.
"Aku tidak akan pernah datang ke reuni itu, mereka pasti akan kembali menghinaku nanti. Lebih baik Aku mandi saja," ucapnya dan langsung meletakkan ponselnya.
Setelah selesai mandi, Aya kembali mengambil ponselnya karena ponselnya terus saja berbunyi. Dan di saat bersamaan, Bryan membuka pintu kamar tersebut.
Membuat Aya menatap Bryan sejenak, namun Bryan tidak mengatakan sepatah kata pun dan segera meletakkan tas kerjanya dan melepaskan sepatunya.
Lalu ia pun segera memasuki bathroom.
"Kenapa sikapnya tiba-tiba menjadi aneh," gumam Aya. Lalu Ia kembali melihat ponselnya. Terdapat sebuah chat dari Adrian yang mengajaknya untuk makan nasi goreng di tempat biasa mereka dulu.
Aya saat ini memang merasa lapar, dan saat Adrian mengajaknya untuk makan nasi goreng. Aya kini tengah membayangkan tengah makan nasi goreng yang Ia rindukan di sebuah warung pinggir jalan.
Aya segera menyetujuinya. Dengan segera Aya pun menyisir rambutnya. Karena masih basah sebab tadi Aya mencucinya. Maka Ia membiarkan rambutnya begitu saja.
Aya hanya menggunakan pelembab bibir saja dan memakai kacamata tebalnya itu. Tidak lupa Ia mengambil jaketnya dan tas kecilnya.
"Akhirnya setelah sekian lama, Aku akan bisa menikmati makanan di sana," ucapnya senang.
Aya menghentikan langkahnya sebelum keluar dari pintu kamar tersebut. Ia menulis di secarik kertas dan mengatakan bahwa Ia sedang makan malam bersama seorang teman di jalan J kepada Bryan. Lalu meletakkannya di meja kecil yang ada di kamar itu.
"Walaupun dia tidak akan perduli, yang penting Aku meminta izin padanya," ucap Aya acuh dan langsung melangkah meninggalkan kamar tersebut.
Bryan yang sudah selesai membersihkan badannya pun keluar dari bathroom. Iapun mengambil baju gantinya dan segera memakainya.
Pandangannya mengarah ke setiap sudut ruangan kamarnya. "Kemana gadis jelek itu," gumamnya. Lalu Ia pun turun ke bawah untuk makan malam.
Bryan berfikir saat ini Aya sedang makan malam di meja makan. Namun saat Ia sampai di sana, Ia tidak melihat Aya sehingga keningnya berkerut.
Iapun bertanya kepada pelayan, namun tidak ada yang mengetahuinya.
"Sebenarnya kemana gadis itu?," Ucapnya pelan. Lalu Ia meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya.
Entah kenapa Ia merasa seperti ada yang kurang saat tidak melihat Aya.
Bryan segera mengambil ponselnya hendak menghubungi nomor Aya, namun ternyata Ia tidak memiliki nomor ponsel istrinya itu.
Bryan berdecak, lalu Ia menghubungi bagian kantor untuk meminta nomor ponsel Aya. Dan akhirnya kini ia pun mendapatkan nomor ponsel Aya.
Bryan hendak menghubungi istrinya, namun Ia kembali mengurungkannya. "Untuk Apa Aku menelponnya," ucapnya kembali dan segera meletakkan ponselnya.
Pikirannya serasa kacau saat ini, lalu tanpa sengaja pandangannya melihat secarik kertas di atas meja.
Bryan segera mengambilnya dan membacanya, ternyata itu dari Aya. Selesai membacanya Bryan kembali berdecak kesal.
"Aku sedang menghawatirkannya tapi dia malah makan malam bersama orang lain sekarang. Tapi tunggu, kenapa aku menghawatirkannya?. Tidak, Aku hanya tidak ingin Papa marah bila terjadi sesuatu padanya," ucapnya pada dirinya sendiri.
Bryan pun duduk di pinggir ranjangnya dan meraih ponselnya. "Tapi dengan siapa dia makan malam?," Ucapnya kembali. Lalu Ia pun mengambil switer miliknya dan meninggalkan kamarnya menuju mobilnya.
Bryan memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan rumah utama.
***
"Wah kenyangnya, akhirnya aku bisa menikmati nasi goreng di sini lagi," ucap Aya mengelus perutnya yang kini terasa kenyang.
"Aku akan sering mengajakmu makan di sini kalau Kau mau Ay." Ucap Adrian.
"Tidak perlu Iyan. Tumben sekali Kau mengajakku dan mentraktir ku. Apa ada udang di balik batu kah?," Tanya Aya penuh selidik.
Adrian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sebenarnya ada yang ingin ku bicarakan dengan mu Aya."
"Sudah kuduga," ucap Aya memutar bola matanya.
"Kau jangan begitu Ay, Aku sudah sering membantu pekerjaan mu. Sekarang giliran mu untuk membantu ku," ucap Adrian.
"Baiklah-baiklah, sekarang katakan."
"Aku ingin mengajakmu pergi ke acara reuni kampus ku dulu."
"Memang Kau kuliah di mana Iyan?."
"Di kampus K," ucap Adrian membuat Aya membelalakkan matanya.
"Apa?, Tapi itu kampus ku juga. Bagaimana bisa Kau kuliah di sana juga. Kenapa Aku tidak pernah melihat mu dulu Iyan?." Tanya Aya.
"Sebenarnya Aku jarang masuk kampus. Aku selalu mengirim tugas kuliah secara online saja Ay. Aku mengajakmu karena tadi pagi Aku menyadari bahwa namamu juga ada di grup alumni universitas kita dulu Ay," tutur Adrian.
"Tapi aku tidak bisa Iyan, Aku tidak ingin bertemu dengan mereka. Aku juga tidak tahu siapa yang memasukkan ku ke dalam grup itu. Lebih baik Kau mencari orang lain saja Iyan," ucap Aya sendu. Ia teringat teman-temannya yang selalu mentertawakan dirinya dulu saat Bryan menghinanya.
"Tapi Aya, ku mohon karena hanya Kau teman wanita ku. Di grup mengatakan bahwa kita harus membawa pasangan berlawanan jenis. Aku akan melindungi mu dari orang-orang di sana nanti, kumohon Aya," Ucap Adrian memohon.
Aya merasa tidak enak menolak permintaan Adrian. Karena selama ini Adrian tidak pernah meminta tolong kepadanya, bahkan Adrian lah yang selalu menolong Aya di saat kesusahan.
Dengan berat hati Aya akhirnya menyetujui menjadi pasangannya Adrian untuk datang ke acara reuni nanti.
***