Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GAGAL KABUR
Gio benar-benar membocorkan keinginan Herman yang ingin kabur dari penjagaan.
"Masa kakek kalian mau pergi begitu saja!" ujarnya menghasut para perusuh itu.
'Mau kabur?" tanya Kean.
"Iya!" angguk Gio.
"Papa pikir ngajak kalian loh!" lanjutnya masih memprovokasi.
"Kakek nggak ngajak kami?!" sahut Samudera dengan kening berkerut.
"Itulah ... Papa sih ingin mengajak kalian kerjasama," sahut Gio.
Pria itu sangat mengenal para perusuh seperti apa. Semua anak sangat ingin berpetualang. Menggagalkan misi kabur salah satu ayah mereka adalah salah satunya.
"Papa bilang mau gagalin usaha kakek kabur?" tanya Gino memastikan.
"Iya Babies ... gimana. Kalian tau, Daddy kalian juga mau ikut Ayah loh!" Gio makin menghasut semua anak-anak.
"Wah ... Daddy mau merusak tatanan pengawalannya sendiri?" tanya Calvin tak percaya.
"Begitu memang. Orang Daddy kalian ingin bekerja sama dengan Ayah!" adu Gio makin menggosok kekesalan para perusuh junior.
"Oh ... jadi maksud Papa, kita adu taktik nih?" tanya Sean.
"Benar sekali. Daddy kalian kan pelopor pencipta pengawalan terbaik. Pasti beliau tau kelemahannya. Papa ajak kalian kerjasama menggagalkan misi ketua!" lanjutnya menantang keberanian anak-anak.
"Oh ... oke kalau begitu," angguk Kean setuju.
"Aku ikut!" sahut Daud setuju.
Semua bayi menatap ayah dan kakak-kakak mereka yang tengah berkoordinasi mematahkan rencana kaburnya dua ayah mereka.
"Kata Papa, kemarin Mama berhasil membuat kita tidur dan Mama balapan liar!" sahut Al.
"Mama memang nggak punya perasaan!" ketus Satrio.
"Coba giliran kita kek gitu!" sungut bayi raksasa itu.
Adiba hanya diam tak menanggapi, begitu juga Nai dan Arimbi karena mereka sudah menikah. Azizah ikut bersungut di sana karena ia dilarang suaminya balapan.
"Coba Papa baby ikut balapan kemarin!" celetuk Rion.
"Uma pasti kalah!" lanjutnya bersungut.
"Kan ... semua mama itu egois. Mereka nggak sayang sama kita-kita!" sahut Kaila memprovokasi.
"Nggak juga sih. Buktinya Bu'lek bisa tanding ke luar negeri," bela Dewi pada semua ibu.
"Itu karena didukung Ayah. Mama kan tadinya nggak mau Bu'lek ikutan olahraga bela diri itu!" sungut Rasya.
Dewi diam, ia memang ingat jika Terra, kakak misannya itu menentang keras dirinya mengambil atlit bela diri. Ayahnya, Herman membela Dewi hingga membuat Terra tak bisa berbuat banyak. Terlebih Virgou mendukung dirinya.
"Mama terlalu sayang," ujarnya masih membela salah satu ibu mereka.
"Bukan ... Mama itu ingin menang sendiri. Bisa balapan, bela diri dan juga jago masak!" ketus Rasya.
"Masa ada lampu mati di kamar mandi, Mama larang Rasya yang gantiin lampunya!" lanjutnya masih kesal.
"Kok gitu Baby?" tanya Maisya..
"Iya Mama sendiri loh yang ganti dengan ambil bangku dan copot dan pasang sendiri lampunya!" sahut Rasya masih bersungut.
"Acid yakin mama bisa naik atap buat benerin genteng!" tuduh Rasyid kembaran Rasya.
Semua bayi menelan mentah-mentah perkataan kakak-kakak mereka. Mereka sampai membentuk kelompok sendiri. Hal itu membuat semua penasaran termasuk para pengawal.
"Eh ... Babies ngumpul tuh!" tunjuk Bastian.
Semua menoleh dan menghentikan percakapan mereka. Para bayi memang membuat semua orang gemas sendiri.
Zack anggota baru sampai terkaget-kaget melihat tingkah semua orang.
"Bibit perusuh tapi menolak dibilang biang rusuh?" geleng pria tampan itu.
"Days!" seru Fatih kini.
"Pa'a?!"
Semua bayi berkerumun. Bahkan Harun dan lainnya ikut serta bersama adik-adiknya itu.
"Pupana netnet teumalin bain lalapan lian!" adunya pada semua saudara.
"Pa'a!" semua berdecak.
"Lalapan yan tayat watu ipu?" tanya Maryam tak percaya.
"Wiya!" angguk Fatih.
"Dali bana pahuna?" tanya El Bara menyelidik.
"Ata' Tean padhi moblol pama Ata' yan walin. Patlet Bastlio judha itutan!" jawab Fatih sangat yakin.
"Sewalin ipu meman pa'a ladhi?" tanya Dita.
"Ata' teusewa talena netnet lalapanan peundilian woh!" lapor Fatih lagi.
"Butan ipu laja!" sambungnya semangat.
"Netnet teulnata tasyih pita bobat pial bobo teumalin!"
"Wah ... imi peunel-peunel sulan!" geleng Arsh tak terima.
"Wiya ... teumalin Paypi Pala bampil bilamahin Mama!" angguk Zora setuju.
"Pati teunapa dililan Mama Teya yan lalapan pidat bilamahin!" ajunya protes.
"Butan banya ipu!" dengkus Fatih kesal.
"Seutalan Tate Heyan Pama Benpa Vildo bawu tabun judha!" lanjutnya lalu berkacak pinggang..
"Imi pudah sismilisasi!" geleng Nisa tak terima.
Bayi bermata biru itu terkadang sudah diteriaki ibunya jika bergerak sedikit banyak.
"Teumalin Mama lalan atuh lali ... badahal suma bawu bambil pola di tatas memali!" lanjutnya kesal.
"Janan salah!" sahut Chira ikut-ikutan protes pada ibunya, Najwa.
"Mama judha bilan atuh teulalu tatip ... Papa badahal pelain atuh woh!" sambung Aarav.
"Tuh don nanat pait!" sahut Faza nyaring.
"Tuh ndat leulnah pusyahin mama Pama papa!" lanjutnya yakin.
"Atuh udha!" sahut Horizon.
"Basa syih. Yan teumalin sabut tabel pistlit spasa ya?" tanya Zaa menyindir Faza.
"Zaza lila ulan Tanti!" bantah Faza langsung membela diri.
"Biya Zozon judha teumalin yan satuhin tlistal Amih Leluni!" sahut Aarav mengingatkan Horizon.
"Lalah dendili dada sisituh!" kukuh Horizon tak mau disalahkan.
Ia merasa benda itu yang salah berada di jalurnya ketika memanjat buffet kaca.
"Pudah ... pudah janan libut!" lerai Maryam.
"Seutalan pita pandhil Tate Heyan Pama Benpa Vildo!" lanjutnya memberi perintah.
Kini dua pria beda usia ditatap oleh belasan bayi. Virgou berdecak kesal begitu juga Herman. Di sana Gio menatap jahil pada dua pria yang paling ditakuti di sana.
"Tate!" Arsh berjalan mondar-mandir di depan dua pria sambil melipat tangannya di belakang.
"Addy!" lanjutnya.
Arsh paling galak diantara semua bayi. Dia juga paling bossy. Tak ada yang berani jika dia sudah mengambil alih situasi.
"Pa'a yan Tate Pama Addy latutan?" tanyanya lalu menatap dua pria itu bergantian.
Baik Herman dan Virgou tak menjawab. Dua pria itu sangat gemas dengan peradilan lucu yang ditangani semua perusuh paling junior itu.
Kean dan lainnya membiarkan adik-adiknya mengambil alih situasi. Karena hanya mereka yang berani pada dua pria paling disayang itu.
"Kakek tidak berencana mau kabur Baby!" bantah Herman pastinya.
"Pidat peulensana peulalti atan meulatutan panpa lensana!" sahut Dita langsung.
"Teunan Ata'!" potong Arsh.
"Pial imih sadhi wulusan Alsh!" lanjutnya bossy.
Bart sampai mengeratkan giginya. Pria itu benar-benar geregetan dengan Arsh.
"Tate ... Addy. Pita muwa-muwa sayan talian. Pa'a pidat tuwatil?" tanya Arsh dengan sangat bijak.
"Tamih tabun talian balah pama tamih!" lanjutnya benar-benar kesal pada dua pria itu.
"Pati tamih pidat poleh balah talau wowan puwa tabun!" lanjutnya dengan nada kecewa.
"Talian sundhuh pismilipasi!" Arsh menggeleng menyayangkan kelakuan orang tuanya.
"Mama Teya pama Mommy Susita, soba sini dudut!" suruh bayi itu lagi.
"Uma juga baby!" sahut Terra dan Puspita berbarengan.
"Pa'a Muma judha?" seru semua bayi dengan mata bulat.
"Babies," Saf gemas dengan tatapan kesal semua bayi.
"Abah juga ikutan sayang!" adunya.
"Apah?" semua lagi-lagi tak percaya.
Kini semua orang tua yang kemarin kabur disidang oleh semua bayi. Usaha kabur Herman dan Virgou gagal total.
"Awas kamu Gio!" tekan Virgou kesal.
"Babies ... Papa diancam ketua!" adu Gio.
"Daddy!" pekik semua bayi memarahi pria sejuta pesona itu.
Bersambung.
Ya ... ya ... ya ... urusannya panjang kalau para bayi ikut campur.
Good job Papa Gio.
Next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...