Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Merebutmu
Wajah tampan nan rupawan. Penampilan cool dan berkharisma Alex, mampu menghipnotis para kaum hawa yang berada di sana.
Intro musik mulai mengalun, Alex memberikan senyum manis pada Ayna. Dan senyuman itu membuat para wanita-wanita yang berada di sana jadi histeris.
Ayna hanya bisa mendengus melihat reaksi mereka. Alex yang tersenyum padanya, eh... malah mereka yang baper. Sungguh menyebalkan.
Tapi... saat pria itu mulai bernyanyi, seketika ruangan itu hening. Mereka tersenyum, saling melirik dan berbisik.
Suara Alex ternyata lumayan mengganggu gendang telinga. Meski suara pria tampan itu kurang, Alex terlihat tetap keren dan percaya diri mempersembahkan sebuah lagu untuk istrinya.
Ayna menghela nafas, berusaha untuk tidak tertawa. Ia bisa berdosa jika menertawakan suaminya sendiri.
Satu lagu akhirnya selesai juga dilantunkan Alex. Penonton menghela nafas lega sambil memberi tepuk tangan meriah. Ya, walau suara Alex agak gimana, masih bisa dimaafkan saat melihat tampang penyanyinya.
Senyum Alex makin mengambang saat melihat Ayna berdiri sambil bertepuk tangan. Seolah istrinya begitu bangga padanya. Ia pun segera turun dari atas pentas.
"Bagaimana sayang?" Tanya Alex setelah kembali ke mejanya.
"Terima kasih ya, Mas." Meski agak malu dengan aksi suaminya, tapi Ayna menghargai usaha Alex.
"Gimana suaraku? bagus, kan?"
"Bagus bagus banget, tapi lebih bagus lagi kau nggak usah nyanyi, Lex!" Ledek Jo menggelengkan kepala.
"Sayang, ayo kita pulang. Ini sudah malam." Ajak Alex menggenggam tangan Ayna. Jika tetap di sini, Dafa dan Jo pasti akan terus meledeknya.
"Pulang cepat-cepat mau ngapain sih? masih jam 10, Lex. Bencong saja belum keluar." Dafa memasang wajah mengejek.
"Aku mau berolah raga malam bersama istriku." Jawab alex santai.
Ayna pun mencubit perut Alex, ia jadi malu pada Jo dan Dafa.
"Ow... adik ipar tolong berikan kami ponakan yang imut-imut sepertimu, jangan seperti bapaknya." Kini Jo yang ikut meledek.
"Ka-kami pulang dulu." Ayna pamit dan segera berlalu diikuti Alex.
"Pantaslah Jo, Alex jatuh cinta sama adik ipar. Wajah merona Ayna itu... minta dijelajahi."
Pletak
Jo segera menokok kepala Dafa. Temannya satu ini otaknya hanya di penuhi adegan ahh uhh ahh uhh.
"Tobat kau Daf, tobat!"
###
"Mas, jangan nyanyi di depan banyak orang lagi ya." Ucap Ayna saat dalam perjalanan pulang.
"Kenapa? kamu malu?" Tanya Alex melirik Ayna, lalu kembali fokus ke jalanan.
"Bu-bukan, Mas." Ayna jadi gugup. Bingung beralasan.
"Jadi?"
"A-aku kesal melihat tatapan wanita-wanita di kafe tadi. Mau kucolok saja mata mereka satu persatu." Meski sebenarnya ia agak malu dengan suara Alex dan Ayna juga tidak suka dengan tatapan kagum wanita-wanita itu pada suaminya.
"Kamu cemburu nih ceritanya?" Goda Alex. Mencubit gemas dagu Ayna.
"Iya, Mas." Ucap Ayna tegas. Ia memang sangat cemburu.
"Baiklah, aku akan bernyanyi saat bersama kamu saja." Alex mengelus kepala sang istri.
"Kamu mau dengar nyayianku sekarang?" Tanya Alex.
"Nggak usah, Mas." Tolak Ayna cepat.
"Kenapa?"
"Mas, fokus saja menyetir."
"Aku sudah biasa bernyanyi sambil menyetir."
"Nggak usah, Mas!"
"Kamu nggak mau dengar suaraku?" Tanya Alex dengan wajah mulai kesal.
"Iya, Mas. Eh nggak." Ayna jadi salah berucap.
"Maksudku... Mas fokus nyetir biar kita cepat sampai rumah. Aku mau segera tidur sambil memeluk Mas Alexku." Alasan Ayna memasang wajah manja.
"Baiklah." Alex jadi bersemangat. Wajah yang tadi sempat kesal sudah senyum-senyum sendiri.
###
"Wajahku. Semua ini gara-gara Ayna!" Aca mendempul wajahnya dengan bedak, menutupi hasil tangan Arga tadi malam.
Aca mendengar suara mobil, ia pun segera berlari. Saat sampai teras mobil itu sudah melaju pergi.
"Arga!" Aca menghembus nafas kasar. Mereka satu kantor tapi pria itu selalu berangkat kerja sendiri. Arga tidak pernah menganggap dirinya ada.
'Ayna-Ayna lagi. Apa bagusnya dia?!'
Beberapa waktu berlalu, Aca telah sampai kantor. Ia sedang berada di ruangan Arga menyerahkan berkas-berkas penting.
"Sayang..." Panggil Aca manja.
Arga tak merespon, membuat Aca mendekatinya.
"Maju selangkah lagi, aku akan menghabisimu!" Ancam Arga dengan mata yang masih fokus pada berkas.
Kaki Aca tidak jadi melangkah. "Besok temani aku cek kandungan, ya."
Mendengar itu, mata Arga menatap tajam Aca. "Aku tidak punya urusan untuk itu."
"Ta-tapi Arga ini anakmu. Buah cinta ki-"
"Diam!!!" Bentak Arga yang membuat Aca sulit menelan salivanya.
"Setelah anak itu lahir, aku akan menceraikanmu dan mengambil anak itu jika ia memang darah dagingku. Dan jika bukan..." Tatapan Arga makin mematikan pada Aca.
"Aku akan menghancurkanmu beserta keluargamu!!!"
"A-Arga."
Pria itu menggerakkan tangan agar Aca segera keluar dari ruangannya.
"Aku ini istri-"
Brak
Aca sangat kaget, Arga mencampakkan kursinya.
"Apa kau tidak mengerti? aku menyuruhmu keluar!!!" Bentak Arga yang sudah benar-benar emosi, ia pun berjalan menghampiri Aca.
Tangannya pub melayang lagi di wajah Aca. Bukan hanya sekali, tapi 2 kali.
"Arga, kau jahat!" Aca memegangi pipinya. Air matanya berlinang. Pria itu tega menamparnya.
"Apa kau baru tahu?" Arga menarik kerah baju Aca, ia tidak peduli wanita itu yang ketakutan hingga gemetaran.
"Gara-gara kau, aku kehilangan Ayna! Aku kehilangan wanita yang kucintai!!!" Arga menghempas tubuh Aca. Melihat Aca, emosinya tidak terkontrol. Aca adalah sumber kehancurannya.
Aca pun bangkit dan segera keluar. Ia tak pernah berpikir Arga akan sekejam itu. Jika ia tetap di ruangan itu, pria itu bisa saja melakukan hal kejam lainnya.
"Astaga!!!" Arga mengusap wajahnya kasar. Mencoba menormalkan emosinya.
'Ay, aku merindukanmu.'
Arga meraih ponselnya, ia akan menghubungi Ayna. Berpisah dari Ayna membuat dunianya gelap gulita. Tidak ada cahaya penerang dalam hidupnya. Tak ada lagi tujuan hidupnya.
"Ayna!!!" Arga kesal nomor Ayna sudah tidak aktif.
'Tunggu aku, Ay. Aku akan menemuimu dan memperbaiki hubungan kita lagi. Kita akan bersama kembali. Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi.'
Setelah jam kerja kantor berakhir, Arga keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa.
Ia menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju kencang membelah jalanan sore itu.
Arga menepikan mobilnya tidak jauh dari rumah Ayna. Ia tak tahu di mana keberadaan Ayna sekarang. Di mana Ayna tinggal dengan suami dadakannya itu?
Ayna sudah berhenti kerja. Pria itu tak bisa melihat wanita yang dicintainya lagi. Arga harus bertemu dengan Ayna dan meminta maaf, serta meminta kesempatan kedua.
Arga sangat percaya Ayna masih mencintainya. Cinta mereka yang terajut selama 5 tahun, tidak akan mungkin hilang begitu saja.
Pernikahan dadakan Ayna hanya masih dalam hitungan hari saja. Sekuat apa perasaan Ayna dengan suami dadakannya itu?
'Aku akan merebutmu kembali, Ay!'
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘