Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 26 Mia kecelakaan
Mia akhirnya mengalah dan membiarkan Leo mengantarnya ke kantor seteleh melihat wajah kesal Donny. Seperti biasa, gadis itu duudk di samping kemudi. Dia tidak ingin menganggap Leo sebagai sopir karena menurutnya dia berada di kelas yang sama dengan laki-laki itu.
Dia hanya akan menikmati yang ada di rumah Donny, mulai dari makanan, tempat tidur, kamar mandi yang besar atau apapun itu yang hanya di rasa di tubuhnya. Selain itu, dia akan berusaha menolaknya dengan keras. Seperti fasilitas yang Donny tawarkan padanya.
Dia hanya tidak ingin menjadikan Donny tempat untuk bergantung hidup walaupun Donny berulang kali menawarkan. Dia tidak ingin menjadi seorang Nyonya Muda dengan kemewahan yang berlimpah. Semua hanya sebentar, bagaimana jika dia tidak bisa melepasnya jika waktunya tiba. Bagaimana jika dia jadi bergantung dengan semua yang ingin suaminya berikan. Oleh sebab itu, selain makanan dan tempat tinggal Mia tidak mau menerima apapun.
Hari ini Mia sudah janji untuk makan siang dengan Fiona dan Alex. Gadis itupun berjalan cepat menuju parkiran gedung karena Alex dan Fiona sudah sejak tadi menunggunya di sana.
“Mau makan apa”? terdengar suara Alex dari balik kemudi.
“Spagethi…” jawab Fiona di ikuti anggukan cepat dan senyum sumringah Mia. Gadis itu memang selalu antusias jika membahas tentang makanan. Menurutnya salah satu hal yang paling harus di nikmati dalam hidup adalah makanan.
Mereka sampai di restoran yang menyajikan makanan dari negeri pizza itu. Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka saling bercerita tentang pengalaman masing-masing selama beberapa hai ini.
“Kamu nggak pernah telat ke kantor lagi, Mi?” tanya Fiona. Dia ingat gadis itu sering curhat karena harus bangun sangat awal tiap hari sejak pindah ke rumah Donny.
Mia menggeleng, “jam masuk kantor mundur setengah jam”. Alex mengernyit, “Masak sih, Mi. kebetulan banget”. Gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya. Dia berfikir itu adalah keberuntungannya, jadi tidak harus buru-buru ke kantor sampai melewatkan sarapan enak. Mia tidak tahu kalau suaminya sudah mengatur itu untuknya.
“Hubungan kamu sama Tuan Donny, gimana?” tanya Fiona hati-hati. Mia menyimpan gelas kosong yang baru saja di minumnya sampai habis.
“Mas Donny… Tuan Donny…” gadis itu nampak berfikir sejenak. “Apa pantas aku panggil dia Mas”. gumamnya yang terdengar jelas oleh kedua sahabatnya.
“Pantaslah, diakan suami kamu”, seloroh Alex. “Kalau Fiona yang memangilnya Mas, itu baru kurang pantas”. Fiona melempar laki-laki yang sedang terkekeh itu dengan serbet putih yang baru saja dia gunakan membersihkan mulutnya.
Tiba-tiba ponsel Alex bergetar pertanda panggilan masuk, keningnya berkerut melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
“Kenzi”. Kening Fiona ikut berkerut mendengar Alex menyebut nama asisstennya. Ini masih jam makan siang dan tadi gadis itu juga sedang keluar makan siang bersama rekan-rekan yang lain.
“Ada apa, Ken?” tanya Alex setelah menggeser ikon warna hijau di ponselnya.
“Sekarang…”, Alex menatap Fiona lalu beralih pada Mia. “Oke, saya balik kantor sekarang”.
“Suami kamu ada-ada aja deh”, gerutu Alex kesal, Kenzi memintanya kembali ke kantor karena akan ada rapat mendadak jam satu siang ini dengan seluruh petinggi Oliver Group. Walaupun Alex bukan bagian dari petinggi perusahaan, tapi direktur keuangan ingin Alex menemaninya dalam rapat itu.
“Maaf yah, Mi. kita nggak antar kamu balik”.
“It’s ok”, balasnya. Fiona mencium kedua pipi Mia dan memeluknya sebentar sebelum meninggalkannya. Mia lalu memesan ojek online untuk mengantarnya kembali ke kantor.
“Buruan yah, Pak”, katanya pada driver tersebut. Sebentar lagi jam makan siang selesai, dan managernya tidak suka orang yang tidak tepat waktu. Dia tadi terlalu lama duduk sambil melamun seorang diri sampai lupa waktu. Driver itu mengambil jalan pintas yang tidak terlalu ramai kendaraan, sehingga bisa sampai lebih cepat.
Saat motor yang di tumpanginya melaju dengan cepat, tiba-tiba sebelum lampu merah ada sebuah mobil yang mengerem mendadak. Motor yang di tumpanginya menabrak mobil itu dari belakang menghasilkan dentuman yang sangat keras.
Mia terlempar dari motor, siku dan betisnya terseret di aspal dan kepalanya terbentur di trotoar. Sedangkan sang driver jatuh tertindih motornya.
Pemilik mobil yang ternyata seorang wanita keluar dari mobilnya dan langsung mengecek bagian mobilnya yang tertabrak.
Beberapa pengendara yang lewat menghentikan perjalanan mereka membantu Mia dan driver ojek untuk bangun.
“Kamu bisa bawa motor nggak sih…” omel pemilik mobil itu kepada driver ojek dengan suara tinggi melihat kerusakan parah pada bagian belakang mobilnya.
“Mbak kan yang ngerem mendadak”, balas driver ojek dengan suara yang tak kalah tinggi.
“Saya nggak mau tahu, pokoknya kamu harus ganti rugi”. Kata wanita itu dengan lantang.
“Mbak nggak apa-apa?” tanya driver ojek pada Mia, dia sangat menyesal telah membuat penumpangnya terluka.
“Saya Nggak apa-apak”. Jawabnya mencoba menenangkan driver tersebut.
“Kita ke rumah sakit aja, luka-luka mbak harus di obati”, kata salah seorang pengendara yang ikut berhenti.
“Kita ke kantor polisi!” kata wanita itu. “Kalau kalian nggak bisa bayar, kita selesaikan di kantor polosi”, sambungnya. Driver ojek itu mulai ketakutan, dompetnya tadi baru saja hilang dan dia kehilangan surat-suratnya.
“Saya yang akan bayar, bawa saya aja”. Kata Mia
“Nggak, Mba. Saya yang harus tanggung jawab”.
“Kalian berdua dong”. Mia melirik wanita itu, Dia melihat wanita itu menaikan sudut bibirnya seolah sedang mengejeknya.
“Anda tidak apa-apa Nyonya”. Leo tiba-tiba datang entah dari mana. Wajahnya pucat, bahkan terlihat dia yang habis mengalami kecelakaan.
“Ayo ke rumah sakit”. Ajaknya namun Mia menolak, dia ingin menyelesaikan semuanya terlebih dahulu.
“Tuan Donny akan membunuh saya, Nyonya”. Wajahnya terlihat memelas, berharap Mia akan menurutinya sekali ini saja.
“Ya sudah, jangan beritahu”, jawabnya enteng. “Nanti aku bilang habis jatuh dari tangga”. Leo menarik nafasnya dalam-dalam dan mengacak-acak rambutnya frustasi.
Akhirnya Mia dan driver ojek ke kantor polisi dengan mengendari motor. Motornya hanya lecet sedikit dan dia hanya terluka di bagian kaki. Tidak terlalu parah, hanya luka kecil. Leo terus mengikutinya dan terus memintanya agar berhenti, tapi tidak di perdulikan gadis itu.
Mia menahan perih di lengan dan kakinya juga kepalanya berdenyut sakit akibat benturan tadi. Tapi dia tidak ingin meninggalkan driver ojek itu. Driver ojek itu tadi terlihat ketakutan saat wanita itu mengatakan akan ke kantor polisi.
Selama perjalanan, driver ojek itu cerita pada Mia kalau dompetnya hilang sehingga dia tidak bisa memperlihatkan tanda pengenal dan juga surat-surat kendaraannya. Mungkin dia akan di penjara karena tidak akan sanggup membiayai perbaikan mobil yang tadi di tabraknya. Mia jadi merasa sangat iba. Dia memutuskan yang akan bertanggung jawab sepenuhnya nanti di kantor polisi. Lagi pula dia juga sangat mengenal wanita itu, wanita yang mendadak menghentikan laju mobilnya.
Mia tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi setelah sekian lama. Dan pertemuan mereka benar-benar menguntungkan wanita itu.