Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Love
Sayang ini bukan mimpi, melainkan kenyataan pahit yang harus Kayla hadapi. Tunangannya, pria yang ia cintai telah pergi memilih seorang wanita yang cantik.
Wanita yang membuat detak jantung Steve berdebar. Perempuan yang tubuhnya memiliki kesempurnaan, lalu di mana kata cinta yang pernah Steve ucapkan untuknya? Hubungan yang terjalin dua tahun lamanya pupus dalam tiga bulan. Masa sembilan puluh hari yang membuat Steve terpesona pada mantan kekasihnya.
Kayla menatap dirinya sendiri di cermin. Tubuh dan wajah ini yang membuat Steve meninggalkannya. Kesucian yang ia pertahankan Steve gunakan sebagai alasan agar hubungan mereka berakhir.
"Kenapa aku ditakdirkan punya paras buruk? Kenapa aku tidak secantik Aretha atau Evelyn itu?" ucap Kayla.
Kayla menutup wajah dengan kedua tangan, ia menangis sejadi-jadinya. Hatinya terlalu perih, kecewa sudah pasti. Pertanyaan terus bermunculan meski Kayla tahu apa jawabannya.
Terdengar pintu apartemen terbuka. Kayla sama sekali tidak beranjak dari kamar karena ia tahu siapa yang datang. Raka dan Bela langsung menuju kamar. Mereka mendapat kabar dari Kayla, tetapi belum tahu apa yang terjadi. Kayla hanya menangis di telepon tadi.
"Nak, ada apa?" tanya Raka.
"Papa! Steve," ucap Kayla.
"Ada apa dengan Steve?" tanya Bela.
Kayla menangis, ia memeluk Bela dan Raka bingung apa yang terjadi. Ada apa dengan Steve? Terjadi sesuatukah? Raka menjadi khawatir.
"Kamu tenang dulu. Jelaskan pada Papa dan Mama," pinta Raka.
"Steve datang kemari dan dia memutuskan hubungan dengan Kayla. Dia bilang ingin menikahi mantan kekasihnya. Wanita itu cantik, Pa. Dia membuat jantung Steve berdebar," ungkap Kayla.
"Astaga! Steve memutuskan pertunangan kalian?" tanya Raka sekali lagi.
"Steve ingin menikahi wanita lain."
"Kurang ajar sekali Steve. Sayang! Kamu tidak boleh melepaskannya," kata Bela.
"Apa yang harus kita lakukan, Bel? Jika Steve sudah tidak mencintai Kayla, apa kita harus memaksanya?" ucap Raka.
"Kamu lihat anakmu! Dia terluka!" kata Bela.
Raka mengusap kepala putrinya. "Sudah, Kay. Ini berarti Steve bukan jodohmu."
"Kenapa Kayla tidak cantik dan seksi?"
"Kamu cantik, Sayang," ucap Bela.
Kayla menggeleng. "Kayla tidak cantik dan seksi, Ma."
"Kayla, mau cantik atau tidak, kalau Steve mencintai kamu, dia tidak akan tergoda dengan wanita lain. Steve bukan pria yang terbaik untukmu."
"Ayo! Lebih baik kita pulang ke rumah," sela Raka.
"Ayo, Sayang. Kita kembali saja ke rumah. Jangan di sini lagi," kata Bela menambahkan.
Kayla mengiakan perkataan kedua orang tuanya. Apartemen ini sering dikunjungi Steve. Jika berada di tempat ini terus, Kayla akan sering teringat pada pria yang telah menyakiti hatinya itu.
...****************...
Pagi-pagi sekali, Raka telah bertamu ke rumah Kevin. Tentu saja ia datang untuk menyerahkan surat pengunduran diri Kayla juga memberitahu kondisi terakhir putrinya.
"Maaf karena aku datang kepagian," kata Raka.
"Ada apa?" tanya Kevin.
"Aku merasa cemas," sahut Elena.
Raka menghela napas panjang. "Impianku punya menantu pupus."
"Pupus? Maksudmu apa?" Elena duduk mendekat pada Raka.
"Kayla bilang Steve sudah pulang," sela Kevin.
Raka mengangguk. "Steve datang cuma untuk memutuskan pertunangan. Dia bilang ingin menikahi mantan kekasihnya."
"Kurang ajar!" ucap Kevin. "Kita harus beri dia pelajaran. Dia pasti masih di sini."
Raka menggeleng. "Kita bukan orang-orang yang mengunakan kekerasan. Steve tidak lagi mencintai Kayla. Kita tidak bisa memaksanya."
"Bagaimana keadaan Kayla?" tanya Elena.
"Bela sudah menenangkannya, tetapi kurasa ia akan trauma. Steve adalah pria pertama untuknya." Raka menundukkan kepala, memijat keningnya yang terasa berdenyut. "Kami sudah memesan souvenir, gedung dan sebagainya. Bukan soal uang yang menjadi masalah, tetapi harga diri kami yang terluka. Keluargaku malu. Kerabat sudah tau rencana pernikahan putriku."
"Ini ujian, Raka. Kamu yang tabah. Aku yakin Kayla bisa melewatinya," ucap Elena.
"Dia menganggap dirinya tidak cantik, El. Aku takut Kayla akan berbuat hal yang negatif."
"Jangan bicara sembarangan! Kayla tidak akan berbuat begitu. Kami akan datang menjenguknya. Aku akan memberitahu Aretha agar dia bisa bicara," ucap Elena.
"Kita harus bersyukur karena Kayla tidak jadi menikah dengan pria itu. Steve bukan lelaki baik. Sebenarnya dia-lah yang tidak pantas bersama Kayla," ujar Kevin.
"Aku tidak ingin mengatakan kata kasar, mengumpat atau sebagainya, tetapi aku ingin mendoakan agar Steve tidak bahagia," timpal Elena.
Raka sangat berterima kasih dengan dukungan sahabatnya. Ia akan mengundang Dean, Natalie serta keluarga Kevin. Mereka adalah satu dan sangat menyayangi Kayla. Raka berharap agar putrinya tidak larut dalam kesedihan yang mendalam.
Malamnya, kedua sahabat Raka datang menjenguk. Aretha dan Davin juga datang. Kayla duduk berhadapan dengan mereka. Masih tersisa garis-garis kesedihan di matanya.
Memang tidak semudah apa yang dibayangkan. Melupakan, kehilangan nyatanya membuat luka yang dalam. Terlebih jika pria itu adalah cinta pertama.
"Kamu boleh bersedih sepanjang yang kamu mau, Kay. Tapi kamu harus ingat jika hidup masih terus berlanjut," ucap Aretha.
"Waktu tidak bisa mundur, melainkan terus maju. Kamu juga harus begitu, Kayla. Jadikan kemunduran itu sebagai langkah untuk maju. Kesedihan sebagai kebahagian. Ada seseorang di masa depan yang akan membuatmu bahagia," tutur Davin.
"Iya, Sayang. Kami semua di sini mendukungmu," tambah Natalie.
"Dengar, Sayang. Kami di sini menyayangimu. Jangan anggap kepergian Steve sebagai akhir dari segalanya," Bela menimpali.
"Terima kasih semuanya. Kayla akan berusaha melupakan rasa sakit ini," ucapnya.
Berkata memang mudah, tetapi menjalankannya sangat susah. Kayla bisa membuat keluarganya merasa kalau dirinya baik-baik saja, tetapi dalam dirinya ada satu lubang besar.
Separuh jiwanya telah pergi. Menyisakan luka-luka yang entah sampai kapan akan sembuh. Mungkin saja tidak pernah membaik untuk selamanya. Kayla memberi cinta sepenuhnya kepada Steve yang kini pria itu bawa. Steve menabur hatinya dengan garam, menyayat hati Kayla hingga yang terisa hanya penderitaan.
"Kayla ingin kembali ke kamar tidur," ucapnya.
Bela memandang suaminya. Raka mengangguk, mengizinkan Kayla untuk sendiri. Kayla berpamitan pada semua, lalu lekas pergi menuju kamar.
"Tidak akan semudah itu," ucap Dean.
"Kita sudah merasakan betapa kejamnya cinta," sahut Elena.
"Ya, aku pernah merasakan cinta bertepuk sebelah tangan," kata Dean.
"Cinta dalam diam," sambung Natalie.
"Keegoisan yang membuatku hampir kehilangan Elena," ucap Kevin.
"Kebodohan yang kuperbuat, membuat Aretha bersama pria lain," ujar Davin.
"Keraguan untuk memilih," sela Aretha.
"Semoga Kayla bisa menemukan kebahagiannya," ucap Bela.
"Aku sangat berharap," sahut Raka.
Bersambung