"No way! Ngga akan pernah. Gue ngga sudi punya keturunan dari wanita rendahan seperti Dia. Kalau Dia sampai hamil nanti, Gue sendiri yang akan nyingkirin bayi sialan itu dengan tangan gue sendiri. Lagipula perempuan itu pernah hamil dengan cara licik! Untungnya nyokap gue dan Alexa berhasil bikin Wanita sialan itu keguguran!"
Kalimat kejam keluar dengan lincah dari bibir Axel, membawa pedang yang menusuk hati Azizah.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu mengejutkan Axel dan kawan-kawannya yang tengah serius berbincang.
Azizah melangkah mundur, bersembunyi dibalik pembatas dinding dengan tubuh bergetar.
Jadi selama ini, pernikahan yang dia agung-agungkan itu hanyalah kepalsuan??
Hari itu, Azizah membuat keputusan besar dalam hidupnya, meninggalkan Suaminya, meninggalkan neraka berbalut pernikahan bersama dengan bayi yang baru tumbuh di dalam rahimnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba Hilang Kabar
"Halo Choky, Gue butuh bantuan Loe"
Axel berbicara kepada seseorang bernama Choky di seberang telepon.
"...."
"Gue kirim detailnya lewat email. Gue tunggu hasilnya 1x24 jam"
"...."
"Tenang aja, Loe ngga akan kecewa sama bayarannya. Asal hasilnya sesuai keinginan Gue"
"...."
"Hmn, Thanks"
Axel mematikan teleponnya, pikirannya kembali pada kejadian sore tadi.
Axel melipat kedua tangannya menjadi tumpuan kepalanya. Pria itu tengah berbaring di ranjang king size di kamarnya yang mewah namun sangat maskulin.
Semua perkataan kakeknya terus terngiang di otaknya.
Azizah yang mendonorkan ginjal untuk Mommy-nya?
Yah, Tamara memang mengalami gagal ginjal 1 tahun yang lalu, Sayangnya ginjal Axel tidak cukup baik untuk di donorkan, jadilah Kakek Adhitama berusaha keras mencari pendonor dengan imbalan yang cukup fantastis, 5 milyar rupiah bagi siapapun yang bersedia mendonorkan ginjalnya.
Sampai tiba-tiba, Yang Axel dan Tamara ketahui, Alexa lah yang mendonorkan ginjal pada Mommy-nya tanpa mau menerima imbalan itu. Kenapa sekarang jadi Azizah???
Axel bukannya percaya begitu saja, tapi semua bukti medis menyatakan bahwa memang kekasihnya itu yang menjadi pendonor.
"****!" Umpat Axel. Ia benar-benar dibuat bingung. Makanya, Ia sangat menantikan kabar dari Choky.
Walaupun orang kepercayaannya itu begajulan seperti preman pasar, tapi untuk masalah menggali informasi, Choky sangat bisa diandalkan.
"Bagaimana tentang cicit itu? ****! Aku sampai lupa tanya tentang hal itu sama Kakek. Aku pikirkan itu nanti. Yang penting Aku selesaikan masalah donor dulu"
Axel menghembuskan nafas lelah, Ia hendak menutup matanya, namun tiba-tiba terlintas bayangan Azizah yang tiba-tiba hilang kabar.
Axel bangkit dari pembaringannya, Ia duduk kemudian meraih gawainya dari atas nakas,
Jemarinya yang indah menari diatas layar mencari satu nama.
'Azizah'
Entah mendapat Ilham dari mana, Ia memencet icon 'call'.
"Sial, ngapain juga Aku telepon Dia"
Meski begitu Pria tampan itu tetap meletakkan gawainya di telinga, tanpa menunggu lama nada tidak aktif dari operator yang bersyara lembut terdengar di telinganya,
'Maaf, Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi'
Axel tiba-tiba dilanda rasa kesal. Ia kemudian membuka aplikasi WhatsApp, dan masih sama, Azizah bahkan terakhir membuka aplikasi berwarna hijau itu lebih dari seminggu yang lalu.
"Ini perempuan benar-benar menyebalkan. Kenapa tiba-tiba hilang kabar?"
Gerutu Axel. Namun tetap saja kesombongannya membuatnya seolah tidak perduli.
"Dia pikir Aku peduli? Malah bagus, nggak ada yang berisik lagi"
Axel pun membaringkan tubuhnya, melanjutkan niatnya untuk tidur.
Karena sejujurnya akhir-akhir ini Dia sangat lelah.
****
Ngiuuung ngiuuung ngiuuung...
Suara bel tanda akhir shift yang lebih mirip sirine ambulans itu berbunyi nyaring di semua gedung pabrik garmen yang masuk kategori pabrik terbesar di daerah ini.
"Alhamdulillah, akhirnya jam pulang juga" ucap Azizah yang cukup kelelahan hari ini.
Dia kebetulan di tempatkan pada bagian finishing, tepatnya di bagian folding, jadilah hari ini cukup menguras tenaga karena pabrik ini memiliki target produksi yang tinggi setiap harinya, jadi ada kurang lebih ribuan pakaian yang harus ia kerjakan.
Apalagi pakaian yang di produksi disini adalah khusus produsen produk ekspor, maka dari itu dalam segala hal yang menyangkut kualitas tidak bisa main-main atau akan masuk kategori rejected.
Untungnya, rekan-rekannya sangat baik dan ramah. Tadinya Azizah sedikit ketakutan karena Garmen terkenal dengan senioritas yang ganas.
Alhamdulillah, semua itu tidak ia alami, semua partnernya sangat kooperatif dan informatif. Lagipula Azizah pernah bekerja di garmen meskipun tidak lama, karena harus mengikuti ibundanya bekerja di rumah keluarga Djaja.
Ahh... Jangan ingatkan Azizah akan keluarga itu. Bahkan mendengar namanya saja entah kenapa membuatnya mual. Kecuali tentang kakek Adhitama.
"Ooh iya sampai lupa, pulang kerja nanti Aku mau telepon Kakek, mau tanya kabarnya"
Azizah pun membereskan perlengkapan kerjanya dan bersiap pulang menyusul rekan-rekannya yang sudah berjalan keluar terlebih dahulu.
"Hai.... Kamu anak baru kan?"
Ucap seorang gadis mungil yang cantik, pipinya chubby, Azizah yang seorang perempuan saja gemas melihatnya.
"Iya benar dek..."
"Dek??"
Tanya gadis itu seraya mengernyitkan dahinya.
Azizah tersenyum lalu berkata,
"Iya kamu imut banget soalnya, pantasnya dipanggil adek hehehe"
"Hahaha, bisa aja, Aku udah tua mba, umurku 21 tahun"
"21 tahun masih muda dong... Beda 3 tahun sama aku, Umurku 24"
Ucap Azizah seraya tersenyum ramah.
"Ooh... Ya udah Aku panggil mba aja kalo gitu"
"Boleh, oh ya nama Kamu siapa?"
"Nayla, namaku nayla mba"
"Namanya cantik kaya orangnya, hihi... Aku Azizah"
"Oh mba Azizah, Aku panggil mba zizah aja ya, Azizah kepanjangan"
"Hehehe Boleh boleh"
"Ya udah mba Ayo pulang"
"Oke.. kebetulan Bibi Aku katanya lembur jadi Aku ngga usah nungguin beliau"
"Iya.. Bibinya mba Zizah itu Bu Ani kan?"
"He'eum, kok Kamu tahu"
"Aku kan bagian QC mba.. tadi Bu Ani minta Aku nyamperin sampean, soalnya rumahku kan Deket sama rumah Bu Ani"
"Oh ya? Dimana?"
"Beda 1 gang sama Bu Ani, mba Zizah tinggal sama Bu Ani ya?"
"Iyaa... Pengennya sih ngontrak sendiri biar nggak ngerepotin, tapi Bibi nggak ngizinin"
"Iya lah, jangan! Lagian Bu Ani juga sendirian, itung-itung nemenin Bu Ani mba..."
"Iya, kamu benar Nay"
Karena asyik mengobrol, tanpa sadar mereka sudah sampai di gerbang pabrik. Karena letak rumah mereka tidak terlalu jauh dari pabrik, Nayla dan Azizah memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Sekalian melihat-lihat barang kali ada cemilan yang bisa di beli.
Sampai suara seseorang dari kejauhan yang memanggil Azizah, membuat wanita itu menghentikan langkahnya.
"Kenapa mba?"
Tanya Nayla yang melihat Azizah tiba-tiba berhenti.
"Ada yang manggil Aku kayaknya"
Ucap Azizah seraya menengok ke arah belakang.
"Masa sih? Tapi Aku nggak dengar mbak?"
"Apa Aku salah dengar yah?"
"Bisa jadi, lagian di daerah ini yang namanya Azizah banyak, mungkin bukan mbak yang di panggil"
"Hihihi, bisa jadi Nay..."
Azizah terkikik mendengar penuturan Nayla yang menurutnya lucu, tapi benar juga.
Saat Azizah melanjutkan perjalanannya, tiba-tiba...
"Azizah...."
Kali ini tidak hanya Azizah yang menoleh, Nayla pun ikut menoleh...
"Astaghfirullah.... Mas Abimana?"
Azizah terkejut bukan main, melihat Abimana kini berada di depannya dengan menggunakan motor Vespa jadulnya yang bunyinya blekutuk blekutuk lengkap dengan helm bututnya pula.
"Aku dari tadi manggil Kamu, Kamunya jalan terus"
"Ya Allah... Maaf mas Aku dengar tapi Aku nggak lihat Sampean"
"Iya, Aku ganti kendaraan, mobil yang kemarin itu inventaris kantor"
"Oh gitu..."
"Siapa mba? Mba kenal?"
"Oh iya Nay, maaf... Kenalin ini Mas Abimana, kemarin Kita baru ketemu pas Aku nolongin keponakannya"
Ujar Azizah jujur. Sementara Nayla hanya ber 'oh' ria saja.
"Oh ya Mas ini teman kerjaku di Pabrik, namanya Nayla"
"Halo, Saya Abimana Dharmawangsa"
"Abimana Dharmawangsa?"
Nayla sedikit terkejut, karena nama itu benar-benar terkenal bagi penduduk asli daerah ini. Pengusaha muda yang sukses dan kaya raya, yang memiliki perusahaan IT dan property besar bukan hanya di Surabaya melain hampir diseluruh kota-kota besar di Indonesia. Dan lagi setelah di lihat-lihat wajah Abimana ini....
"Pak..."
Baru saja akan membuka mulutnya Abimana mengerlingkan matanya dengan cepat pada Nayla, memberi kode agar tidak mengatakan siapa Dia yang sebenarnya. Melihat gelagat Abimana, Nayla pun langsung paham.
Azizah orang baru di daerah ini, jadi jelas saja Dia tidak mengenal Abimana. lagipula selama ini wanita berhijab itu juga tidak terlalu mengikuti trend dunia bisnis dan media sosial lainnya. Ia fokus berjualan makanan untuk menghidupi dirinya sendiri dan juga mengunjungi kakeknya saja serta suaminya, maksudnya calon mantan suami.
'Ohh, Pak Abimana ini naksir Mba Azizah toh, wah keren banget mba Azizah ini, sampe buat pak Abimana nyamar begini hihihi' batin Nayla.
m
"Mmm Nayla, Saya boleh pinjam Azizahnya? Keponakan Saya pengen ketemu Dia"
Tanya Abimana tersenyum lembut, membuat Nayla dengan spontan mengangguk. Gila! Ganteng banget!
Bathin Nayla menjerit.
"Boleh dong, jangankan dipinjem, mau dinikahin juga Saya setuju pak"
"Nayla...."
"Heheheh canda mbaa..."
Nayla menaik-turunkan alisnya pada Abimana, membuat pria itu terkekeh.
Sementara Azizah menjadi tidak enak hati.
'Nayla ini benar-benar yah...' Pikir Azizah.
"Nggak apa-apa kok, hidup memang tidak harus selalu serius, ya kan Nayla?"
"Betulll..."
"Ya sudah, jadi Azizahnya Saya bawa ya... Kamu nggak apa-apa pulang sendiri? Atau mau Saya..."
"Ngga usah pak, jalan aja... Saya bisa pulang sendiri kok, nggak jauh juga rumahnya"
Potong Nayla cepat. Ia tidak ingin mengganggu rencana Abimana.
"Oke, thanks ya Nayla... Ayok Azizah, Tasya udah nungguin di rumah"
"Mmmm, oke Mas Abi. Tapi Saya harus ngabarin Bibi saya dulu, takut nyariin nanti"
Abimana pun tersenyum dan mengangguk paham.
Azizah pun mengetikkan pesan singkat dan mengirimkannya kepada Bibi Ani.
"Nay, Kamu beneran nggak apa-apa sendiri?"
Tanya Azizah pada Nayla. Sekarang Ia malah berbalik tak enak hati pada Nayla. Nayla sudah berbaik hati menemaninya pulang malah sekarang Azizah yang meninggalkannya.
"Nggak apa-apa lah, udah biasa mba.. udah sana kasian pak Abimana nungguin"
" Ya sudah, mba pergi dulu ya... Assalamualaikum "
"Waalaikumsalam"
Azizah pun membonceng sepeda motor yang di kendarai oleh Abimana. Tak berapa lama, merekapun melaju ke rumah dimana Tasya berada.
"Hati-hati mbak..."
Nayla melambaikan tangannya, dibalas sebaliknya oleh Azizah...
"Gila.... Mba Azizah emang beda sih cakepnya, makanya seorang Abimana Dharmawangsa bisa naksir...keren! Aku kira-kira bisa begitu nggak yah? Wkwkwk... Jangan ngimpiii naylaaa!!! Bangun!!!"
Nayla pun menoyor kepalanya sendiri kemudian melanjutkan langkahnya untuk pulang kerumah.
Bersambung
Axeeel ... Kamu bakalan nyesel 7 turunan kalo ngga segera bertaubat. Ingat kadang seorang istri yang menurutmu tidak istimewa, malah tampak menarik dan cantik dimata pria lain!!!
Aku dukung Abimana! Yeay....
Eh tapi kira-kira Abimana masih mau nggak ya sama Azizah kalau tahu Azizah sedang berbadan dua?? 🥺🥺🥺
axel harus menyesali seumur hidupnya