Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembuktian
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa sudah beberapa bulan berlalu menulis kisah demi kisah tentang Zea. Al Jovano sudah sering melakukan terapi namun perkembangan yang di harapkan tak menunjukan sesuatu yang sesuai harapan.
"Al, Kamu mengapa melamun??? " Zea baru pulang kuliah terkejut melihat Al Jovano yang menatap jendela dengan wajah mendung dan kosong.
"Al, Sayang?? " Zea mendatangi Al Jovano lalu merangkul pundak prianya itu dari belakang.
"Al, kamu bosan?? Ingin jalan-jalan?? Hmm?? " Tanya Zea lagi sembari menaruh kepalanya di pundak Al Jovano.
"Zee, kamu benar, keputusan kamu untuk tak punya anak benar, Jika kamu hamil pun aku tak akan menjadi ayah yang sempurna."
"Saat kamu butuh aku, aku hanya bisa menjadi penonton tanpa membantumu, bagaimana aku bisa menjaga kamu dan anak kita nanti, jika aku akan terus seperti ini. "
Al Jovano berkata sembari memukul-mukul kakinya yang tak berasa dan tak mau bergerak. Al Jovano membuat Zea sedih dan berkaca-kaca, melihat Zea berkaca-kaca pun Al Jovano justru makin memukuli kakinya.
Bugggg
Bugggg
Bugggg
"Aku tak berguna!!! Aku hanya akan terus menjadi beban siapapun!!! " Ucap Al Jovano semakin membuat Zea teriris.
Sebelumnya Al Jovano tak pernah sekalipun bersikap seperti ini, Zea merasa ada hal yang membuat Al Jovano tiba-tiba bersikap seperti ini.
"Al, tenang. Please, ku mohon. " Kata Zea menahan suaranya agar tak terisak, lalu memeluk Al Jovano dan meraih dua baris yang terus berkata tidak jelas itu.
"Aku bukan sua... Hmmmmmfff" Zea tak ingin bibir Al Jovano terus mencerca dirinya sendiri, Zea pun memilih membungkam dengan hal itu.
"Aku ingin kita punya keturunan namun kondisiku seperti ini, Aku tak bisa menyenangkan kamu, bahkan memanjakan kamu saja aku tak bisa." Ucap Al Jovano setelah usaha Zea melerai sapuannya.
"Aku yakin kita bisa, maaf sempat meragukan kamu, jika tak percaya aku akan buktikan. " Ucap Zea lalu menutup jendela dan membawa Al Jovano ke ranjangnya.
Al Jovano terdiam jujur, ada rasa kecewa pada dirinya dan juga keadaan ada sedikit rasa kecewa juga pada Zea yang seperti belum sepenuhnya menerima keadaannya, nyatanya sampai saat ini Zea selalu menolak saat dia ingin memiliki anak, bahkan Zea selalu mengakhiri kegiatan yang menyenangkan dirinya jika sudah ingin melakukan persatuan.
"Zee, jujur lah padaku, kamu tak inginkan hamil benih ku?" Al Jovano berkata sedikit mencubit hati Zea, sehingga Zea terperanjat menatap Al Jovano.
"Buktinya kamu selalu menolak ku saat aku ingin kesana?? " Tanya Al Jovano menatap Zea dengan kecewa.
"Ini sudah berapa bulan dari kita menikah Zee??"
"Aku juga laki-laki normal yang juga memiliki keinginan itu meskipun aku cacat!! Aku tak bisa jalan Zea bukan impoten!!!"
"Atau kamu jijik melihatku?? Atau kamu sebenarnya dulu menikah dengan ku hanya rasa kasian saja??? "
Al Jovano masih berkata banyak meluapkan rasa kecewanya, untuk berapa puluh kali dirinya harus mendapat penolakan setiap waktu.
Zea menggeleng tak percaya dengan semua yang Al Jovano ucapkan, sakit jujur dirinya hanya merasa khawatir, dan Zea pun malu jika harus yang aktif, melakukan pertama kali itu menyakitkan dari yang dia baca di novel-novel, lalu bagaimana caranya dirinya memulai, jika kondisi Al Jovano seperti itu dan lagi Zea meskipun berumur tapi tidak berpengalaman.
"Ok kalau harus dengan begitu kamu yakin dengan perasaanku Al. Baiklah!! " Zea kecewa namun tanganya bergerak dan melepaskan hijabnya di depan Al Jovano sembari di buang sembarangan.
Zea menguatkan hatinya lalu melangkah mendekati Al Jovano melepas satu persatu kancing kemeja panjangnya dan semua yang melekat pada dirinya meski dengan rasa malu yang luar biasa.
Al Jovano terkejut dengan apa yang di lakukan Zea, bahkan lidahnya terkunci dengan indah yang nampak di hadapannya, Al Jovano menelan ludahnya dengan susah payah dengan mata yang tak pernah berkedip, Al Jovano tak menyangka jika akhirnya Zea akan seberani ini.
Al Jovano meraih wajah merona di hadapannya itu lalu memberikan sapaan pada setiap incinya, turun ke bawah dan merasai semua keindahan yang terpampang di hadapannya.
Sebuah rasa yang utuh dan indah membuat Al Jovano merasa tak rendah diri lagi, karena Zea mau memberikan apa yang menjadi hak bagi dirinya.
Zea membuang jauh rasa malunya, biarkan saja hari ini dirinya menjadi orang lain jika itu tak akan membuat Al Jovano meragukan perasaannya lagi.
Zea meremang saat seluruh tubuhnya di sapu oleh dua baris merah Al Jovano, bahkan setiap kulitnya di lukis dengan indah dari hisapan lembut terkadang rabaan tangan lembut suaminya itu sedikit nakal dengan meremas dua benda indah miliknya.
"Al, shhh. " Zea nyaris tak bisa bernafas dengan baik hingga kemudian dirinya berpindah di atas Al Jovano yang menatapnya penuh kabut.
"Please jangan tolak lagi! Aku ingin. " Suara parau Al Jovano sembari memegang kuat pinggang Zea.
***
Di kamar mandi.
"Ashhh... Sakit... " Zea meringis sambil menggigit bibir bawahnya saat mandi meninggalkan Al Jovano yang terlelap setelah mendapatkan apa yang dia mau.
"Ashhh, Astagaa sakit sekali. " Keluh Zea saat membuang air kecilnya.
Sudut matanya berair, namun kemudian Zea tersenyum miris pada dirinya sendiri, jika orang lain kehilangan keperawanannya oleh suaminya, ini justru Al Jovano hilang keperjakaannya oleh dirinya.
Zea membasuh tubuhnya yang sudah terlukis banyak corak merah dimana-mana, Al Jovano benar-benar seperti orang yang kerasukan saat memberi tanda di tubuh putihnya.
Zea membalik tubuhnya dan di belakangnya pun hampir sama, apa begini akibatnya jika seorang laki-laki memendam keinginannya terlalu lama, pikir Zea kemudian membasuh rambutnya yang penuh dengan sampo itu.
Zea memejamkan matanya, namun sedetik saja semua kegiatan yang baru saja usai itu terputar otomatis di otaknya. Zea memukul kepalanya pelan lalu menggelengkan kepalanya.
" Astagaa, aku sudah ternoda karena brondong itu, bagaimana bisa aku jadi seperti tadi. " Ucap Zea lalu melilitkan handuk di badan dan di rambutnya.
Zea keluar dari kamar mandi dan sudah di kejutkan oleh tatapan Al Jovano yang penuh kabut saat menatap penampilannya saat ini.
"Mmm maaf, aku pikir kamu masih tidur Al." Ucap Zea malu dengan semburat merah di pipinya.
"Tolong! " Ucap Al Jovano melambai pada Zea.
"Sebentar aku pakai baju dulu. " Ucap Zea lalu berjalan menuju lemari.
"Please sekarang! " Ucap Al Jovano seperti menahan sesuatu.
Zea menoleh dan khawatir, " Kamu sakit??? " Zea tidak jadi mengambil bajunya, dirinya menghapiri Al Jovano yang masih polos hanya tertutup selimut separuh itu.
"Aku kan udah bilang, aku takut kamu kenapa-kenapa." Ucap Zea lalu memeriksa kaki Al Jovano, menyibak selimut Al Jovano ingin memeriksa kakinya takut jika cidera akibat kegiatannya tadi.
Zea tertegun, wajahnya memerah seketika lalu menutup selimut. Al Jovano tiba-tiba meraih lilitan di tubuhnya dan melempar asal menarik tubuh Zea hingga jatuh di sisinya.
"Allll, Iiihhhh aku udah mandi. Aku pikir kamu sakit ternyata, Ishhhh dasar, Hmmmmffhhhh." Zea terbungkam oleh sapuan dan tuntutan benda tak bertulang dari dua baris merah suami brondongnya.
"Ahhhsss huuuufff" Zea mengatur nafas saat sapaan itu terlepas.
"Lagi??? balasan karena kamu sudah menunda dan menolak beberapa bulan, Kamu juga sudah mengacaukan imanku. " Ucap Al Jovano dengan tatapan kabutnya.
***
Maaf kemarin gak up, anak sakit, doanya ya moga lekas sembuh...
Terima kasih yang udah setia baca, jangan lupa jejaknya ya... 🙏🙏🙏🙏