Cerita sequel dari Andrea rahim pilihan
Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~24
Gerard tampak berusaha membuka pintu kamar Henry namun sepertinya di kunci dari dalam oleh sang putra. "Ambilkan kunci cadangan !!" Perintahnya kemudian.
"Baik tuan," Henry pun segera melangkah pergi namun tiba-tiba pintu di buka dari dalam hingga membuat pria itu urung melakukannya.
Tampak Jiro keluar dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur. "Ada apa papa?" Ucapnya seraya mengusap matanya tanpa perasaan bersalah karena telah membuat semua orang khawatir kepadanya.
"Kamu baru bangun sayang? Astaga kenapa pintunya di kunci?" Gerard pun nampak lega melihatnya, rupanya sejak tadi putranya ketiduran di dalam sana. Pria itu memang selalu merasa was-was dengan satu-satunya anaknya tersebut mengingat terkadang tingkahnya di luar nalar anak seumurannya.
Jiro nampak tersenyum nyengir tanpa berniat menjawabnya karena pasti akan jadi topik yang panjang dan berakhir dengan beberapa nasihat sang ayah yang di ulang-ulang seperti sebelumnya sampai ia pun hafal.
"Baiklah tidak apa-apa jika ketiduran, lain kali jangan mainan pintu ya sayang." Gerard pun sontak membawa bocah itu ke dalam dekapannya.
Kemudian di bawanya putranya itu naik ke kamarnya di lantai atas. "Pa, apa aku boleh punya ibu baru?" Ucap bocah itu tiba-tiba saat mereka sedang menaiki anak tangga dan tentu saja Gerard yang mendengarnya langsung melotot.
"Bukankah sudah ada mama lucy, hm?" Balas pria itu menanggapi. Meskipun Lucy bukan ibu kandungnya tapi wanita itulah yang selama ini telah membantunya merawat putranya tersebut, wanita yang selalu sabar menghadapi kenakalan bocah itu.
"Tapi aku maunya ibu baru," Jiro pun nampak mencebikkan bibirnya. Meskipun ia tahu Andrea telah memiliki seorang kekasih tapi mereka belum menikah jadi ayahnya masih memiliki kesempatan jika lebih berusaha lagi.
Sebenarnya selama ini ia masih berharap ibu kandungnya akan kembali tapi sejak bertemu dengan Andrea keinginannya pun berubah, ia hanya ingin wanita itu yang menjadi ibunya. Mereka sangat cocok satu sama lainnya dan paling tidak wanita tersebut sangat mengerti akan dirinya, baik yang ia ingin dan harapkan dalam hidupnya.
Selama ini setiap ada yang menasihati atau melarangnya dalam hal apapun ia selalu marah namun ketika wanita itu yang melakukannya ia tak keberatan justru ia merasa di sayang.
"Memang Jiro mau ibu baru yang seperti apa?" Tanya Gerard ingin tahu meskipun belum tentu ia akan mengabulkannya, karena ia belum terpikirkan untuk menerima orang baru dalam hidupnya.
"Cantik, baik, pintar memasak dan suka bal...."
"Dan suka sama papa tentunya," bocah itu nampak meralat ucapannya ketika hampir kelepasan berbicara tentang kesukaannya tentang balapan. Jika Andrea menjadi ibunya pasti keinginannya menjadi pembalap profesional akan terwujud saat besar nanti.
Gerard nampak tersenyum mendengarnya. "Baiklah, memang Jiro sudah menemukan wanita yang seperti itu?" Tanya pria itu ingin tahu.
"Hm," Jiro pun mengangguk.
"Benarkah?" Tentu saja Gerard terkejut mendengarnya, apa wanita itu adalah salah satu guru privatnya?
"Wanita itu adalah Bibi dokter," sahut Jiro jujur.
"Bibi dokter?" Gerard sontak mengernyit menatapnya, apa itu dokter yang sedang menangani putranya saat ini?
"Hm Bibi dokter yang sangat cantik, baik dan juga pandai memasak." Terang bocah itu membanggakan Andrea.
"Dan juga jago balapan," imbuhnya dalam hati karena jika ia utarakan ayahnya pasti akan langsung murka. Ia tidak tahu kenapa ayahnya sangat membenci kendaraan roda dua itu padahal itu sangat menyenangkan.
Gerard nampak menghela napasnya, entah ada apa dengan putranya itu. Apa dokter yang sedang menanganinya saat ini sengaja mencuci otak bocah itu agar bisa dekat dengannya? Bisa jadi seperti itu karena selama ini beberapa wanita yang menjadi guru privatnya juga melakukan hal yang sama yaitu merayunya melalui sang putra, meskipun tak ada yang berhasil mendekati anaknya itu mengingat Jiro sangat sulit dekat dengan orang asing.
Jika kali ini bocah itu bisa dekat dengan wanita itu mungkin saja karena seorang dokter yang pasti memiliki cara tersendiri untuk melakukannya, namun ia takkan mudah tergoda begitu saja.
"Nanti kita bahas lagi ya sayang, bagaimana jika papa temani belajar." Gerard pun langsung mengalihkan perhatiannya, namun Jiro nampak enggan karena masih ingin membahas Andrea dengan pria itu. Sepertinya tekadnya sudah bulat untuk menjodohkan mereka.
"Tapi Bibi dokter sudah memiliki kekasih," ucapnya dengan tak semangat.
"Benarkah?" Gerard yang baru membuka pintunya pun terkejut mendengarnya.
"Lalu kenapa kamu ingin dia menjadi istri papa jika sudah memiliki kekasih?" Tanyanya ingin tahu alasan bocah itu.
Kini Gerard menurunkan Jiro ke atas ranjangnya dan bocah itu pun langsung loncat-loncat sejenak di sana. "Karena Bibi dokter cantik, baik dan juga pandai memasak." Sahutnya, kemudian kembali loncat-loncat di atas kasurnya yang empuk.
"Nanti pacarnya Bibi dokter marah loh, takut papa." Tukas Gerard menggodanya meskipun tak ada hal apapun yang ia takuti di dunia ini.
"Paman dokter sangat baik papa jadi pasti tidak marah jika Bibi dokter jadi ibuku," ucap Jiro menanggapi namun Gerard yang baru merebahkan tubuhnya di atas kasurnya justru mengernyit menatapnya.
"Paman dokter?" Ucapnya tak mengerti, apa wanita yang di maksud oleh putranya itu memiliki kekasih seorang dokter juga?
Jiro pun mengangguk. "Hm, Paman Steve kan baik pasti tak marah jika Bibi dokter jadi ibu Jiro." Jelasnya lantas turun dari ranjangnya dan berlalu mengambil buku gambarnya.
"Steve?" Gumam Gerard, jadi wanita yang di maksud oleh putranya itu adalah kekasih dokter Steve? Ia tiba-tiba mengingat saat pria itu menghubungi kekasihnya di hotel waktu itu yang membuatnya sedikit terkejut karena suara wanita itu begitu mirip dengan wanita masa lalunya.
Ia jadi penasaran seperti apa wanita itu hingga membuat putranya langsung jatuh hati padahal selama ini tak pernah sedekat itu dengan orang asing bahkan dengan keluarganya sendiri. Lucy yang merawatnya sejak bayi pun masih bocah itu beri batasan untuk dekat dengannya.
"Memang siapa nama Bibi dokter itu, nak?" Tanyanya ingin tahu, ia pun jadi penasaran.
Jiro yang sedang fokus menggambar pun langsung mengangkat wajahnya dan menggeleng pelan, namun senyumnya tiba-tiba mengembang. "Papa sudah mulai suka dengan Bibi dokter ya kok penasaran?" Balasnya menggoda dan tentu saja Gerard nampak salah tingkah, ia benar-benar di buat mati kutu oleh anaknya sendiri.
"Oh ya papa lupa harus menandatangani laporan Paman Henry, kamu tunggu di sini dulu ya." Gerard pun nampak mengusap lembut puncak kepala putranya itu lantas berlalu meninggalkan kamarnya, meskipun itu hanya alibinya saja.
"Bilang saja jika papa mulai suka dengan bibi dokter," gumam Jiro sembari terkikik menatap kepergian sang ayah. Sepertinya ia harus melakukan sesuatu agar mereka berdua bisa bertemu, ia yakin ayahnya pasti akan langsung menyukai wanita itu sama seperti dengannya ketika pertama kali bertemu dulu.
gk bisa ngebayangin klo gerald ntar cemburu kya gmn jadinya..,
Tidak semua wanita seperti itu...
Jangan terlalu sering berburuk sangka...
Itu bisa "membu nuhmu"🙊....
Waspada boleh, tapi jangan sampai overclaim yang bisa saja menjadi pengaruh buruk pada otak dan jalan pemikiran Anda Pak Gerard 😩.....