Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~32
Beberapa hari ini Andrea nampak tak memiliki semangat hidup seperti biasanya, semenjak putranya kembali ke kota wanita itu merasa separuh jiwanya ikut pergi. Sebelumnya ia pikir akan baik-baik saja seandainya suatu saat mereka bertemu namun nyatanya ia begitu kehilangan saat mereka berpisah.
Tak terasa jam istirahat pun telah usai dan Andrea segera meninggalkan kantin menuju tempatnya bekerja, beberapa pasien pasti sedang antri menunggunya tapi bagaimana lagi ia juga manusia normal yang membutuhkan istirahat dan juga makan.
Ketika baru masuk ke dalam klinik tiba-tiba ia tak sengaja melihat dokter Luna keluar dari ruangan dokter Steve dengan penampilan sedikit berantakan. "Apa yang dia lakukan di sini?" Gumamnya penasaran meskipun itu bukan urusannya.
Ketika berpapasan dengannya wanita itu hanya mengangguk kecil lantas berlalu keluar dengan tergesa dan itu membuat Andrea semakin penasaran apalagi ketika menyadari mata wanita itu terlihat sembab. Apa baru saja bertengkar dengan dokter Steve?
Selama ini ia memang kurang begitu mengenal wanita itu, dokter Luna sosok wanita yang pendiam dan jarang berbicara. Sejak di kampus wanita itu hanya dekat dengan dokter Steve namun lain halnya dengan dirinya yang memiliki banyak sekali teman.
Andrea pun segera pergi ke ruangannya, namun saat melewati ruangan sang kekasih tiba-tiba pintu di buka dari dalam. "Sayang, kamu di sini?" Ucap pria itu sedikit salah tingkah melihat kehadiran wanita itu.
"Hm, aku baru selesai makan siang. Ngomong-ngomong aku tadi melihat dokter Luna, apa kalian ada masalah?" Andrea pun tak tahan untuk bertanya.
Dokter Steve nampak mengedarkan pandangannya. "Ayo masuklah kita bicara di dalam saja," ajaknya kemudian.
Setelah menutup pintunya pria itu pun langsung menjelaskan. "Kami sedang membicarakan acara reuni sayang, kamu tidak marahkan?" Ucapnya seraya menggenggam tangan wanita itu meyakinkan.
Andrea mengangguk kecil. "Hm," sahutnya yang malas memperpanjang masalah. Lagipula bukan hal baru ia melihat kedekatan pria itu dengan dokter Luna bahkan mereka telah dekat sejak masih sama-sama menempuh pendidikan kedokteran beberapa tahun silam.
"Terima kasih, oh ya akhir pekan ini aku mendapatkan undangan pernikahan dari sahabatku di kota kamu ikut ya sekalian kita juga akan menghadiri reuni." Mohon dokter Steve kemudian.
"Ibu kota?" Ulang Andrea.
"Hm, ku mohon." Mohon pria itu penuh harap, karena selama ini wanita itu selalu menolak pergi setiap kali ia mengajaknya.
"Apa di kota aku akan bertemu dengan putraku nanti?" Gumam Andrea penuh pertimbangan, sungguh kerinduannya tak bisa ia tahan lagi. Wajah dan celotehan bocah itu selalu terngiang di ingatannya.
Wanita itu pun langsung mengangguk. "Hm, aku ikut." Ucapnya memutuskan dan tentu saja itu membuat dokter Steve nampak begitu senang, akhirnya ia bisa memamerkan kekasihnya yang cantik itu kepada teman-temannya yang lain dan sepertinya mengambil cuti beberapa hari untuk liburan tak masalah baginya mengingat selama ini ia mereka terlalu bekerja keras di klinik.
"Terima kasih sayang, aku benar-benar tak sabar menantikan hal itu tiba." Tukas dokter Steve dengan antusias.
Beberapa hari kemudian tak terasa hari yang di tunggu-tunggu Andrea telah tiba, ia tak pernah sesemangat ini untuk bepergian jauh. Ia maupun dokter Steve sengaja mengambil cuti beberapa hari dan itu akan ia manfaatkan untuk mencari putranya.
Entah tinggal di mana mereka saat ini tapi mudah baginya untuk mencarinya karena keluarga Adrian sangat terkenal di sana.
"Biar aku yang bawa," dokter Steve nampak mengambil alih koper milik Andrea setelah wanita itu mengunci pintu rumahnya.
"Terima kasih," Andrea segera mengikutinya menuju mobilnya yang di parkir di tepi jalan depan rumahnya.
Saat pria itu memasukkan kopernya ke dalam bagasi belakang Andrea pun segera membuka pintu samping kemudi, namun pandangannya langsung terhenti ketika melihat dokter Luna duduk di kursi belakang.
"Hai," sapa wanita itu dengan tersenyum manis menatap Andrea yang sedang terkejut.
"Dokter Luna juga pergi bersama kita sayang, kebetulan kami juga akan menghadiri acara reuni." Terang dokter Steve saat melihat wajah kebingungan kekasihnya itu.
Andrea mengangguk kecil, meskipun ia sedikit kecewa. Apa ia sedang cemburu?
Akhirnya wanita itu pun segera masuk ke dalam mobilnya, sepanjang perjalanan dokter Steve dan dokter Luna nampak tak berhenti membahas masa lalu mereka ketika masih menjadi seorang mahasiswa. Meskipun waktu itu ia adalah adik tingkat beberapa tahun di bawah mereka tetap saja obrolan mereka kurang nyambung dengannya dan entah kenapa ia merasa dokter Luna sengaja mencari perhatian sang kekasih.
Setelah menempuh beberapa waktu perjalanan kini mereka pun telah sampai di hotel tempat mereka menginap selama berada di ibu kota. Karena merasa kelelahan, Andrea memutuskan untuk langsung beristirahat malam itu bahkan wanita itu nampak melewatkan makan malamnya karena saking lelahnya.
Sementara itu di tempat lain Gerard yang baru selesai bertemu dengan kliennya di sebuah bar nampak melamun, ingatan pria itu kembali pada pertemuannya dengan Andrea beberapa hari yang lalu di mana mereka sempat berciuman dan bahkan sentuhan bibir wanita itu pun masih terasa hangat di bibirnya.
"Tuan apa mau pesan minuman lagi?" Ucap seorang wanita yang sejak tadi melayaninya.
"Cukup, tuan sudah tidak minum lagi." Henry pun langsung menghentikan wanita itu yang hendak menuang minuman ke dalam gelas milik Gerard.
"Lebih baik sekarang pergilah dari sini !!" Imbuh Henry lagi.
"Maaf tuan tapi saya di tugaskan oleh bos saya untuk melayani kalian selama berada di sini," tolak wanita itu karena jika ia pergi maka takkan ada bonus yang akan ia dapatkan dari atasannya.
Sebenarnya hal ini sangat lumrah dalam hal bisnis untuk mempelancar sebuah proyek apalagi jika wanita tersebut berhasil naik ke ranjang klien yang menjadi targetnya maka takkan sedikit bonus yang akan ia dapatkan.
Gerard nampak tak peduli dengan perdebatan asistennya dan wanita itu karena kini dahi pria itu nampak mengernyit ketika menatap ke arah lantai dansa di mana dokter Steve sedang berada di sana dengan seorang wanita.
Apa wanita itu adalah Andrea? Sayangnya Gerard tak begitu jelas melihat wajahnya mengingat wanita yang sedang di cum bu oleh pria itu sedang berdiri membelakanginya, namun jika di lihat dari rambutnya itu adalah wanita lain. Kemudian pria itu pun mengambil ponselnya lantas di ambilnya beberapa gambar mereka.
"Ada apa tuan?" Tanya Henry kemudian.
"Tidak," sahut Gerard singkat lantas pandangannya ke arah ponselnya untuk melihat hasil jepretannya tersebut.
"Sepertinya tuan menyukai fotografi," ucap wanita yang duduk di sebelahnya namun Gerard tak mempedulikannya karena kini pria itu sedang memikirkan bagaimana foto tersebut bisa sampai ke tangan Andrea. Wanita itu harus melihat bagaimana kelakuan kekasihnya saat berada di luar.
klo udh canduh tu qu g bs hilangin pingin intip tluuus up pa Lum.. tluuus up Lum y🤭🤣
tp tp tp y lum up kn🙄🙆🏻♀️
santai ajaa Ger...jangan terlalu dibawa serius.
kadangkala kita perlu melakukan suatu yg lain utk menghilangkan kwjenuhan