Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
"Lepasin saya!" ucap Anjani berusaha melepaskan cengkraman tangan seorang pria dari lehernya.
"Mati kamu," sahutnya terus mencengkram leher Anjani dengan kuat.
"Sial!" gumam Anjani.
"Lepasin dia!" Dinda langsung memukul punggung pria itu dengan sapu.
Anjani langsung berdiri dan menendang pundaknya. Matanya kesana kemari mencari sesuatu, ia langsung melihat ada rantai alat pel.
Tanpa aba-aba, Anjani melayangkan serangan. Begitu juga dengan Dinda, ia menarik kepala jaket pria itu dari belakang.
"Tali Din," ucap Anjani.
"Bentar," sahut Dinda mencari tali ke dalam.
Sedangkan Anjani masih menahan pria itu. "Siapa yang suruh kamu?"
"Percuma tanya sama saya."
"Oh, mau saya bawa ke kantor polisi."
"Coba aja."
"Menantang rupanya kamu."
"Iya." Pria itu langsung menginjak kaki Anjani dan menggerakkan sikunya untuk menyerang dada Anjani.
Anjani sampai jatuh juga kesakitan. "Akhh."
"Anjani!" ucap Dinda yang membawa tali, "woy!"
"Sudah, jangan dikejar Din."
"Kamu nggak papa?" tanya Dinda menolong Anjani berdiri.
"Aku nggak papa," sahut Anjani.
"Siapa dia?" tanya Dinda.
"Aku nggak tahu," sahut Anjani.
"Ya sudah, sebaiknya kita masuk."
"Iya."
Sedangkan pria tadi sudah dihalangi anak buah Bobby.
"Mau kemana?" tanyanya.
"Berisik," sahutnya.
Anak buah Bobby langsung menyempatkan Baygon ke arah pria itu dengan cepat, sehingga tidak bisa menghindar.
Saat pria itu batuk, anak buah Bobby langsung menyerang.
"Sekarang kamu ikut saya!" ucapnya menyeret pria itu.
Sedangkan Dinda memeriksa Anjani. "Ada yang luka nggak?"
"Aku juga nggak tahu," ucap Anjani.
"Kayaknya ini deh," sahut Dinda menunjuk ke pelipis.
"Oh ini, tadi kayaknya kena sih."
"Sini aku obatin."
Saat Dinda mengobati luka Anjani, pintu kembali diketuk berulang-ulang.
"Aduh siapa lagi sih!" kesal Dinda ingin membuka tetapi ditahan oleh Anjani.
"Tunggu dulu, Din."
"Kenapa, An?"
"Jangan langsung dibuka takutnya kayak tadi."
"Oh iya."
"Coba lihat dari kaca dulu."
"oke."
Ternyata diluar itu seorang perempuan. "Perempuan, An."
"Hah, perempuan?" heran Anjani.
"Iya, coba kamu lihat deh."
"Ya udah." Anjani melihatnya, "astaga, Dara, itu Dara."
"Dara siapa?" tanya Dinda.
"Nanti aku jelasin," sahut Anjani membuka pintunya.
Dara langsung menangis dan jingkrak-jingkrak ketakutan. "Aduh, takut banget."
"Kamu kenapa?" tanya Anjani.
"Aduh, Bu, serem banget. Di jalan tadi ada orang nyeret manusia," sahut Dara.
"Hah!" ucap Anjani dan Dinda bersamaan.
"Iya, Bu, tadi ada orang seret manusia pas saya mau kesini."
"Kamu salah lihat kali," ucap Anjani.
"Mana ada saya salah lihat," sahut Dara yakin dengan apa yang dia lihat tadi.
Dinda menatap Dara dan Anjani paham itu. "Oh ya, Din, kenalin ini Dara."
"Oh," ucap Dinda, "kenalin, saya Dinda."
"Dara, Bu," sahutnya.
"Ayo masuk," ajak Anjani kemudian mengunci pintunya.
Sampai di kamar, Anjani meminta maaf. "Maaf yah, saya punya kamar satu aja di rumah ini."
"Ya nggak papa, Bu," ucap Dara, "rame-rame juga, kan kita tidurnya."
"Iya, sama Dinda juga. Bentar saya siapin kasur buat kamu," sahut Anjani.
"Saya bantuin, Bu," tutur Dara lagi.
"Nggak usah, Dar, kamu duduk aja dulu ngobrol sama Dinda sana."
"Tapi Bu ...."
"Sudahlah," ucap Dinda, "ayo kita keluar, "saya juga mau ngomong sama kamu."
"Oh iya, Bu."
Sementara itu Anjani menyiapkan kasur untuk Dara, Dinda mengajak ke ruang tamu.
"Saya denger kamu pernah berteman sama Alexa?" tanya Dinda kemudian duduk.
"Iya, Bu," sahut Dara yang juga duduk berhadapan dengan Dinda.
"Umur kamu berapa?" tanya Dinda.
"24," sahut Dara.
"Panggil saya kakak aja deh, nggak enak ibu."
"Eh, iya Bu, nggak maksudnya, Kak."
"Nah, baru enak saya dengernya."
Dara hanya tersenyum tipis. Setelah selesai, Anjani keluar dan imut bergabung.
"Bahas apa ini?" tanya Anjani.
"Kita lagi bahas rencana jahat Alexa," sahut Dinda.
"Owh." Anjani terlihat santai, "jadi gini, untuk rencana jahat Alexa itu. Saya minta kamu sama Sinta pura-pura berhasil nipu saya."
"Terus selanjutnya?" tanya Dara.
"Kamu kasih tahu ke Alexa, kalau kamu berhasil nipu saya. Jadi kita tahu, apa yang dia rencanakan setelahnya. Karena saya yakin, dia juga bakalan melakukan sesuatu setelan tahu kamu berhasil nipu saya. Jangan lupa, kamu kasih tahu Alexa kalau lukisan ini sangat sulit dan paling mahal di Galleri Anjani."
"Saya masih nggak ngerti, Bu," ucap Dara yang otaknya lemot.
Anjani dan Dinda menghela napasnya.
"Bodoh banget sih!" kesal Dinda.
"Din," tegur Anjani.
"Ya maaf," imbuh Dinda lagi.
"Kamu lakuin aja apa yang saya suruh, nanti kamu juga tahu sendiri."
"Iya, Bu."
"Kamu udah makan belum?" tanya Anjani.
Dara tersenyum malu-malu. "Belum, Bu."
"Ya sudah, kamu makan di dapur sana."
"Beneran saya boleh makan, Bu."
"Iya."
"Makasih, Bu." Dara langsung ke dapur.
Dinda yang melihat Dara langsung merasa aneh. "Dia manusia aneh."
"Kamu juga aneh, Din."
"Kok, aku sih."
Anjani malah tertawa pelan. "Sudahlah, aku mau ke kamar."
"Aku disini aja, masih mau scrol tiktok."
"Hemm, terserah kamulah."
Pak Romi baru saja datang ke rumah, ia menutup pintu dan mendengar suara menangis.
"Kayak suara Tania," gumam Romi langsung naik ke atas. "Tania."
Romi melihat Tania menangis di kasur di bawah selimut.
"Tania, hey ...."
"Mas ...." ucap Tania lirih.
"Kamu kenapa?" tanya Romi.
Tania langsung bangun dan memeluk suaminya itu. "Anjani sudah menggugat cerai Gavin, Mas. Tadi siang aku ke rumah, tapi nggak ada Gavin, telpon Maya juga nggak ada di kantor, aku frustasi Mas, Gavin nggak ada."
"Sudahlah, Gavin sudah besar. Jangan terlalu mikirin dia," ucap Romi mengelus punggung istrinya dengan pelan.
"Tapi aku nggak mau kehilangan Anjani, Mas," sahut Tania jujur.
"Kita doakan saja yang terbaik."
"Iya, Mas." Tania menguraikan pelukannya, "kamu dah balik, Mas."
"Iya, sebenarnya pagi tadi tapi aku memutuskan untuk ke kantor lebih dulu."
"Loh, kenapa Maya nggak kasih tahu aku."
"Kamu aja nanya tentang Gavin."
"Oh iya."
"Sudahlah, aku mau mandi dulu dan kamu jangan nangis lagi."
"Iya, Mas."
Romi mengepalkan tangannya, gigi menggertak karena kelakuan Gavin
"Gavin, Papa akan buat kamu menyesal!" batin Romi.
Paginya pihak pengadilan mengirim surat ke rumah Gavin.
"Pak Gavin," panggilnya. Sudah cukup lama memanggil namun tidak ada sahutan sama sekali, sehingga syarat itu diselinapkan ke bawah pintu.
Sedangkan Gavin, bersiap ingin pergi ke Bali bersama Alexa.
"Aku dah nggak sabar loh," ucap Alexa.
"Iya," sahut Gavin, "nanti kalau aku udah resmi cerai dari Anjani kamu tinggal di Bali sampai melahirkan yah."
Bobby yang mendengar percakapan itu langsung mengerti dan menelpon anak buahnya di Bali.
"Hallo, saya ada tugas buat kalian."
Bobby mengirim foto Gavin dan Alexa di Bandara.
Anak buah Bobby yang di Bali langsung bersiap pergi ke Bandara.
"Kita ada tugas."
"Oke."
Pak Johan mendengar pintu diketuk, ia pun ke depan untuk membukanya.
"Iya, cari siapa?" Pak Johan terkejut seseorang yang datang ke rumahnya.
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍