Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki lembek
"Bicaralah." Elis menyuruh Arjuna untuk berbicara, sedangkan Elis malah membuka kotak nasinya dan mulai memakan sesuap demi sesuap ke dalam mulutnya.
"Aku minta maaf karna abai terhadap kalian. Aku akan berusaha untuk memperbaiki semuanya. Aku janji."
"Aku sudah tak percaya lagi dengan kata itu, bukan aku kekanakan buktinya sampai di hari ini berapa banyak janji yang kau ingkari. Aku muak Juna! Lakukan saja apa maumu aku akan tetap menjadi istri bodoh nan patuh untukmu, tapi mungkin aku akan sedikit menentang beberapa hal yang tidak ku setujui."
"Tapi aku tetap menuntut keadilan darimu. Seandainya kau memiliki putrapun aku tetap ingin meminta hak yang sama sepertinya." Elis menduga jika Arjuna akan memperlakukannya tidak adil.
"Kau tenang saja aku akan memastikan bagianmu lebih banyak dari sipapun dan dalam bentuk apapun." Arjuna mengusap remahan makanan di bibir istrinya.
"Tidak usah seperti itu. Aku bukan wanita yang serakah."
"Aku mengenalmu lebih baik dari siapapun. Bersabarlah sebentar aku akan menyudahi rasa sakitmu." Arjuna tak sanggup melihat luka di mata istrinya.
"Sampai kapan? Kau sudah memutuskan untuk membagi cintaku. Sejak hari itu aku tak mempercayaimu lagi." Lirih Elis, ia tak ingin lagi memberikan hatinya, tidak setelah Arjuna mematahkannya.
Deringan ponsel Arjuna menghentikan pembicaraan nereka. Arjuna bahkan permisi untuk mengangkat panggilan.
"Arjuna pulang sekarng atau aku tidak akan makan sampai kau pulang." nada ancaman Aida layangkan kepada suaminya.
Arjuna tidak perduli. Ia juga tengah melaksanakan kewajibannya menjaga putrinya yang tengah sakit.
Aida yang merasa di abaikan melaporkan perbuatan Arjuna kepada ibu mertuanya. Sehingga ibu mertuanya menelpon Elis dan memarahinya.
Bukan hanya memarahinya saja ibu Arjuna bahkan mengatakan kalimat-kalimat yang menyakiti hatinya, bahkan penghuni kebun binatangpun keluar dari mulut ibu mertuanya itu.
Arjuna bahkan hendak menginap di rumah sakit. Setelah kepulangan Yudha Arjuna benar benar menjaga putrinya, meskipun Mine masih mendiamkannya.
"Juna pulanglah." ujar Elis tegas.
"Kau mengusirku?" tanya Arjuna. Ia nyaris tak percaya istri pertamanya mengusir dan tidak menginginkan kehadiran dirinya.
Elis ke luar ruangan ia tak ingin berdebat di dekat putrinya sekalipun Jasmine sudah terlelap.
"Ibumu memarahiku. Bukankah kau itu anak yang sangat berbakti? Kau tak pernah membantah perkataan ibumukan?" Sebenarnya Elis tengah menyindir Arjuna. Ia kesal terhadap suaminya yang terlalu memulyakan ibunya. Bukan, bukan Elis menjadi menantu durhaka dan tak tau diri, hanya saja perlakuan mertuanya benar-benar tidak manusiawi untuknya.
"Elis, aku ingin di sini aku mengkhawatirkan Mine, aku ingin bersamanya."
"Pulanglah dulu katakan langsung pada ibumu. Dan lagi katakan padanya aku tak memperalat apa lagi mengancammu untuk tetap bersamaku."
"Apa yang di katakan mama padamu? aku akan menegurnya nanti." ucap Arjuna lembut.
"Juna, tidakkah kau bisa sedikit tegas terhadap Mamamu? Aku lelah terus-terusan di musuhi olehnya. Aku menantunya, tapi Mamamu memakiku terus menerus seakan aku adalah wanita jahat. Tidak bisakah kau membuat Mamamu untuk sedikit menjaga perasaanku? Dan lagi jika kau harus berbakhti kepada Mamamu itu lebih baik kau ceraikan aku. Agar baktimu tidak terhambat." Kata cerai kini terlepas dari mulut Elis.
Padahal biasanya Elis tidak akan mengeluarkan kata terkutuk itu, sekalipun Mama Arjuna mengatainya hal yang paling kotor sekalipun. Arjuna yakin ada pemicu lain dan Aidalah yang menjadi racun dalam hubungan mereka.
"Tutup mulutmu Elis. Aku tak akan menceraikanmu sekalipun kau memohon." Arjuna meninggalkan Elis, ia tak ingin istrinya itu semakin marah terhadapnya, ya cara Arjuna menghindari pertengkaran adalah pergi. Setelah semuanya tenang Arjuna akan kembali, ia tau istrinya tengah emosi.
Arjuna mengendarai mobilnya di atas rata-rata. Tujuannya adalah rumah megah milik Mamanya. Ia marah kali ini, ibunya sudah benar-benar ikut campur rumah tangganya, padahal ibunya itu sudah bersumpah tak akan mengusik Elis dan ketiga putrinya jika ia sudah menikahi Aida, tapi nyatanya Ibunya mengingkari janjinya dan tetap mengusik istri kesayangannya.
"Mamaaaa ...."
Arjuna memanggil nama mamanya dengan amarah juga sangat menggelegar. Setelah tiba di rumahnya.
Mama Arjuna dan Aida langsung menghampiri Arjuna yang tengah emosi, kedua tangannya bahkan mengepal erat.
"Ada apa Arjuna?"
"Mama masih bertanya ada apa? Mama tidak sadar apa yang Mama lakukan telah merugikan orang lain!" Arjuna marah saat mamanya berlaga tidak mengetahui apapun.
"Loh Mama tidak melakukan apapun toh." Sangkalnya sungguh membuat Arjuna muak.
"Mama sudah bersumpah untuk tidak mengusik istri dan putri-putriku. Tapi apa yang Mama lakukan? Mama bahkan tega mengatakan pada kedua putriku jika mereka harus terbiasa tanpa aku. Mama tau mereka menjauhiku, mereka mengira aku tidak menyayangi mereka lagi." Banyak kekecewaan di mata Arjuna bahkan sebulir air mata lolos dari matanya.
Aida mendekat dan berusaha menggapai tubuh Arjuna, ia ingin menenangkannya. Seperti apa yang para istri lakukan. Namun Arjuna menepisnya. "Jangan menyentuhku, kuharamkan tubuhku di sentuh selain Elis istriku."
"Aku juga istrimu Arjuna." Sentak Aida.
"Aku tak pernah menganggapnya seperti itu." ujar Arjuna lagi.
"Kau berdosa jika mengabaikan dan tidak berbuat adil terhadap aku dan Elis."
"Persetan dengan dosa! Nyatanya aku bukan orang taat. Salahmu sendiri yang mendesak yang mengancamku untuk tetap menikahimu."
Sebelum pernikahan Aida juga mengancam Arjuna, jika dirinya tidak menikah maka rekaman mereka bercinta akan ia kirim kepada Elis.
Arjuna yang tidak siap kehilangan Elis terpaksa harus menerima permintaan Aida, meskipun Elis harus terluka hingga saat ini. Tidak tau saja semua orang jika korban sesungguhnya adalah Arjuna. Pria itu tengah mempertahankan Elis dan ketiga putrinya.
Padahal rekaman itu tidak pernah ada, karna memang Arjuna tidak pernah berkhianat terhadap istrinya semua hanya rekayasa kedua makhluk itu.
"Arjuna perhatikan ucapanmu dia istrimu juga. Dia tengah mengandung penerus Barata."
Cih ...
"Mama memperlakukannya sangat baik. Aku kasihan kepada istriku Elis, sejak tujuh tahun mengabdi padaku Mama tidak pernah menyayanginya. Lima kali Elis hamil Mama tidak pernah menyayanginya. Apa kesalahan Elis terhadap Mama? Sehingga Mama begitu membencinya."
"Salahnya cuma satu dia tidak bisa memberikan seorang putra."
"Bohong. Itu semua hanya Alibi mama saja, buktinya sejak awal mama sudah membencinya." bentak Arjuna.
"Arjuna turunkan nada bicaramu kepada Mama." ucap Aida sengaja ingin berlakon sebagai menantu yang baik.
"Sebelum kedatanganmu, aku tak pernah berbicara setinggi ini kepada Mamaku. Aku muak aku ingin mengakhiri semuanya." Arjuna putus asa ia merasa suami dan ayah yang gagal untuk melindungi keluarga kecilnya.
"Akhiri saja jika kau ingin kehilangan Elis dan ketiga putrimu. Kau pikir Elis dan ketiga putrimu akan menerimamu jika kau jadi gembel?" ujar wanita yang sudah melahirkannya kedunia.
Arjuna terpaku, benaknya juga berpikir bagaimana jika ia jatuh miskin maka Elis akan pergi darinya, Arjuna meragu akan cinta istrinya, sejak awal ini pertimbangan terberatnya, jika Arjuna tidak menikahi Aida maka Arjuna akan di depak sebagai pewaris. Sebagai pria Arjuna merasa menjadi lelaki lembek.