“Menikahlah denganku, lahirkan keturunanku, dan aku akan membantumu.”
Penawaran dari Sagara dengan imbalan yang cukup fantastis membuat Lisa seakan mendapatkan angin segar di tengah tuntutan hutang yang menggunung. Namun, gadis itu tak memiliki cukup keberanian untuk mengambil tawaran itu karena Lisa tahu bahwa Sagara telah memiliki istri dan Lisa tidak ingin melukai perasaan istri Sagara.
Hingga akhirnya Lisa kembali dihadapkan pada kabar yang mengguncang pertahanannya.
Ia harus memilih antara menjadi istri kedua dan melahirkan keturunan Sagara dengan imbalan yang besar, atau mempertahankan harga diri dan masa depannya, tetapi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.
Lalu, bagaimana dengan keputusan Lisa? Dan apa sebenarnya yang buat Sagara akhirnya berpaling dari istrinya?
Yuk, ikuti terus kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas, Kamu Nangis?
Dewi menatap nanar kepergian tiga orang yang dulunya begitu menyayanginya. Bukan karena rasa bersalah, tetapi dirinya begitu kesal karena rahasia yang selama ini ditutupinya harus terbongkar di waktu yang tidak semestinya. Wanita itu masih membutuhkan Sagara untuk terus menunjang karir dan juga kehidupannya, jika dirinya selesai dengan pria itu, bisa saja karirnya pun akan hancur jika nanti Sagara mengungkap tentang perselingkuhannya.
“Bagaimana mereka bisa tahu? Apa jangan-jangan selama ini mereka mengikuti semua kegiatanku? Tidak mungkin dari lama bukan, aku yakin mereka juga mengetahuinya baru-baru ini karena sikap Sagara berubah juga masih sebulanan ini. Atau ada yang bocorkan rahasia ini? Tapi siapa?” gumamnya lirih.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Saga pasti tidak akan mau kembali lagi padaku. Ah, sial! Bisa-bisanya semua rencanaku gagal total. Hancur sudah citra baikku di depan mereka semua!”
Dewi beranjak dari sana, ia ingin mencoba lagi mencari peruntungan, tetapi baik Sagara maupun ke dua orang tuanya sudah tidak terlihat lagi di lantai satu. Akhirnya wanita itu memilih pergi dan memikirkan cara agar Sagara bersedia kembali padanya.
“Aku harus menemui Kelvin. Hanya dia yang bisa membantuku sekarang.”
Tanpa berpamitan, Dewi segera meninggalkan rumah mertuanya. Ia ingin segera mendiskusikan yang terjadi hari ini pada selingkuhannya.
Menunggu di tempat biasa—apartemen yang dibelinya dua tahun yang lalu— Dewi harus menekan rasa sabarnya karena Kelvin masih harus menyelesaikan pekerjaannya. Hingga waktu terus bergulir dan siang berganti malam, Kelvin baru memperlihatkan batang hidungnya di depan wanitanya.
“Sayang,” sapanya sembari memeluk wanita itu dari belakang.
Dewi yang tengah menyeduh teh di depan meja kompor lantas berbalik. “Kamu kemana aja, aku udah dari siang, lho nungguin kamu. Jangan bilang kamu melipir dulu?” tanyanya sedikit kesalnya. Ia merajuk pada kekasihnya sekarang.
Kelvin tampak terkekeh. “Kamu tahu sendiri hari ini jadwalku sangat padat. Selesai syuting tadi siang, dan nganterin kamu ke toko kue, aku langsung pemotretan dan perpanjang kontrak. Jadi mana ada aku melipir dulu, hm? Apa kamu merindukanku?”
Suara serak dan berat serta sentuhan manja dari kekasih gelapnya begitu menggetarkan hati Dewi. Inilah yang disukai Dewi pada Kelvin. Pria itu selalu tampak memujanya, sentuhan hangatnya membuat Dewi kian terbang melayang dengan ungkapan cinta yang tidak pernah terlupa barang sebentar. Sesuatu yang tidak pernah Dewi rasakan pada Sagara meski mereka telah menikah dan juga bersatu.
Sagara memang baik dan tulus, tetapi sikapnya yang kaku dan dingin membuat wanita itu merasa kurang puas. Ia butuh sosok yang benar-benar bisa menyentuh titik sensitifnya hingga melayang dan Kelvin lah orangnya. Pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasih gelapnya.
“Aku selalu merindukanmu sekalipun kita tengah berdua, Kelvin,” kata Dewi.
“Dan akupun merasakan hal yang sama.” Mengecup keningnya sebentar, Kelvin lantas membawa Dewi ke dalam pelukannya. “Aku sangat mencintaimu, Dewi. Semua akan kulakukan asal itu membuatmu bahagia,”
Wanita itu mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya. Lagi dan lagi, di situasi yang seperti ini, Dewi seolah membandingkan antara Sagara dan juga Kelvin yang tampak begitu berbeda dalam memperlakukan dirinya.
Jika saja aku mengenal Sagara lebih dulu, mungkin aku bisa mencintainya seperti dia mencintaiku, tapi aku lebih dulu mengenal Kelvin dan hanya Kelvin yang bisa membuat hati dan jiwaku bergetar, batin Dewi.
Kelvin melonggarkan pelukannya kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Dewi yang masih terus menatapnya. Satu kecupan singkat menjadi menu pembuka untuk kegiatan mereka selanjutnya. Dewi benar-benar telah terperosok pada sentuhan hangat pria di hadapannya, dan kembali, dirinya terbuai pada sesuatu yang menyesatkan jiwa.
Tidak peduli meskipun ia baru saja mengalami kehancuran, sentuhan Kelvin benar-benar membuatnya melayang tanpa bisa dicegah. Dewi kembali menyerah dan menerima penyatuan pria itu dengan senang hati.
Satu jam berlalu, kini ke dua pasangan selingkuh itu tengah saling berpelukan setelah kegiatan panas mereka.
“Sagara menceraikanku, Vin,” adunya pelan.
“Apa? Bagaimana bisa?” tanya Kelvin, terkejut.
Dewi melepas pelukannya dan mengembuskan napasnya pelan. “Ternyata selama ini dia dan ke dua orang tuanya sudah mengetahui hubungan kita—”
Dewi lantas menceritakan semua yang terjadi hari ini. Sikap ibu mertuanya yang aneh, bahkan Sagara yang sempat membentaknya tidak luput dari ceritanya. Semua ia ceritakan tanpa terlewat sedikitpun. Wanita itu bahkan menyerukan sumpah serapah untuk Sagara karena sudah tega menalak dirinya padahal sebelumnya tidak pernah ada pertengkaran di antara mereka.
“Sekarang kita harus gimana, Vin. Aku yakin Saga pasti tidak akan tinggal diam. Kalau dia menyebarkan berita perselingkuhan kita, karir kita bakalan hancur lebur,”
Kelvin tampak gusar, pria itu diliputi kemarahan dan juga kekhawatiran. Bukan, bukan karena dia bersimpati pada kekasihnya, melainkan ada hal lain menjadi penyebabnya. Selama ini selain bekerja, sumber keuangan yang ia miliki memang dari Dewi, jika Dewi berpisah dengan Sagara, otomatis keuangannya akan berantakan dan Kelvin tidak ingin itu terjadi.
Si*al! Kalau Dewi cerai sama suaminya, bisa-bisa semua yang sudah aku rencanakan gagal total. Dasar wanita bodoh! Kenapa bisa sampai ketahuan, sih, batin Kelvin, kesal.
“Kamu tenang saja, aku akan membantumu agar Sagara bisa kembali lagi padamu. Setelah ini kita cari jalan keluarnya sama-sama ya, sayang,”
Dewi tampak mengangguk. “Makasih, ya Vin, kamu memang yang paling bisa mengerti aku.”
***
Sagara menepikan mobilnya di sebuah taman yang tidak begitu ramai. Mungkin karena bukan hari libur sehingga tidak banyak yang mengunjungi taman itu. Lisa keluar sebelum Sagara membukakan pintu untuknya. Wanita itu cukup tahu diri untuk tidak berangan terlalu jauh akan hubungannya dengan pria itu. Tanpa menunggu ajakan, Lisa berjalan menghampiri Sagara yang juga melakukan hal yang sama.
“Duduk di situ aja, yuk,” ajak Lisa sembari menunjuk sebuah kursi kosong yang sedikit jauh dari lalu lalang pengunjung taman.
“Boleh.” Sagara mengangguk dan mengikuti Lisa yang sudah berjalan lebih dulu karena tidak ingin kursi yang diincar diduduki orang lain.
Menepuk bagian kosong di sebelahnya, Lisa mempersilakan Sagara untuk duduk di sana. Cukup lama ke duanya terdiam, kemudian Sagara mulai angkat bicara.
“Aku sudah menceraikan Dewi, Lis,” ucapnya tanpa basa-basi.
Lisa yang kebetulan tengah memperhatikan dua orang anak kecil yang berlarian di sana, seketika menoleh ke arah Sagara. Gadis itu cukup terkejut dengan berita yang disampaikan oleh pria itu.
“Kenapa bisa bercerai? Eh, maksudku, kenapa secepat itu memutuskan untuk bercerai. Apa ini karena ibuku yang memintamu untuk menyelesaikan urusanmu dengan istrimu waktu itu, Mas?” tanya Lisa dengan cemas. Ia khawatir karena ucapan ibunya menjadi penyebab keributan di dalam rumah tangga orang lain.
Sagara terkekeh melihat ekspresi cemas yang ditunjukkan Lisa padanya. Ia yang semula diliputi perasaan sedih dan kecewa, merasa terhibur dengan keberadan Lisa di sampingnya.
“Memangnya semudah itu menyetirku, hm? Hubunganku dengan Dewi memang sudah tidak harmonis bahkan sebelum aku mengajakmu menikah. Jadi semua itu tidak ada sangkut pautnya dengan permintaan ibumu. Lagipula cepat atau lambat, aku memang akan mengakhiri pernikahanku dengannya.”
Lisa bernapas lega karena hal yang dipikirkan tidak benar adanya. Tidak bisa dibayangkan olehnya jika benar ibunya menjadi penyebab perceraian Sagara dengan istrinya.
“Tapi kenapa? Apa tidak lebih baik untuk dibicarakan baik-baik. Siapa tahu ada jalan keluarnya,”
Sagara menggeleng. Matanya menerawang jauh ke depan seolah tengah berpikir keras. “Nyatanya semua sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Pengkhianatan itu benar-benar melukai bukan hanya perasaanku, tetapi juga ke dua orang tuaku. Kalaupun aku melanjutkannya, akan banyak hati yang pasti akan tersakiti. Aku pun tidak bisa menjamin akan bisa memperlakukan dia seperti sebelum aku mengetahui kebohongannya.”
Lisa tidak bertanya lebih jauh lagi. Sepertinya permasalahan pria itu begitu kompleks sehingga Sagara berani mengambil langkah perceraian. Cukup lama mereka di sana dan Lisa dengan tenang mendengar semua curahan hati Sagara meski gadis itu tidak berani menimpali, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
“Pantas sudah mulai sepi, ternyata sudah cukup malam. Ayo, aku antar ke rumah sakit,” kata Sagara setelah pria itu mengakhiri sesi curhatnya dan melihat sekeliling yang sudah mulai sepi.
Lisa terkekeh kemudian mengangguk dan segera berdiri. Namun, tanpa diduga, Sagara justru menahan tangannya yang hendak berbalik. Pria itu mendekat dan langsung memeluk Lisa dengan erat. Lisa yang terkejut langsung memberontak karena merasa risi dengan tindakan pria itu yang semena-mena.
“Mas, lepasin! Kamu apa-apaan, sih!” serunya marah.
“Kalau kamu nggak lepas, aku bakalan teriak, nih!”
Padahal tadinya Lisa cukup bersimpati dengan pria itu, tetapi tanpa diduga pria itu justru memanfaatkan situasi dan langsung memeluk dirinya tanpa persetujuan. Lisa terus memberontak agar Sagara melepaskan pelukannya. Namun, suara lirih Sagara membuat kepalan tangan Lisa yang memukul punggung pria itu melonggar dan terhenti.
“Sebentar saja, Lis. Aku mohon. Izinkan aku memelukmu sebentar saja,” ucapnya lirih. Bahkan Lisa merasa pundaknya semakin lama semakin basah dan terdengar isakan yang cukup lirih di telinganya.
“Mas, kamu menangis?” tanyanya pelan, kemudian membalas pelukan pria itu dengan elusan pelan di punggungnya.
Bersambung
***
Duh, guys, ternyata ada udang di balik rempeyek nih, antara Kelvin dan Dewi🤭🤭
Siapa nih, yang nunggu Sagara ngelamar Lisa, cung tangan☝ aku, aku, aku... .
😋🤣🤣