NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Yang Tersakiti

Balas Dendam Istri Yang Tersakiti

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Saudara palsu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Diandra Deanova

"Ibumu pembunuh!"teriak Amanda.Dadanya bergemuruh.Emosinya berkobar-kobar melihat sang putri kecilnya kini meregang nyawa karena ulah mertuanya.

"Kamu mengatakan ibuku seorang pembunuh?Dia itu mertuamu!Yang berarti ibumu juga Amanda!"teriak Richard tak mau kalah.Ia tak mau ibunya dituduh sebagai pelenyap nyawa putrinya.

Amanda,seorang istri yang harus mencari nafkah karena suaminya , Richard tak mau bekerja setelah dipecat dari tempatnya bekerja.Ia harus mengasuh putrinya yang masih berusia dua bulan,namun tanpa sepengetahuan Amanda,ibu mertuanya memberikan makanan yang belum boleh dikonsumsi oleh bayi , hingga sang anak meninggal dunia.

Bagaimana kelanjutan kisahnya?Ikuti terus yuk kisah mereka🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra Deanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 34

Seperti petir di siang bolong, kata-kata Arin menggema di halaman kos yang penuh orang.

"Aku sedang mengandung anak dari Mas Wira!"

Hening.

Semua mata kini tertuju pada Wira, menunggu reaksinya. Tapi laki-laki itu justru terlihat semakin panik, wajahnya memucat, dan tangannya mengepal.

Mamanya Wira menatap Arin tajam, seakan ingin menelanjangi kebohongan yang mungkin terselip dalam ucapannya. Dengan nada dingin, ia berkata, "Kau pikir aku akan percaya begitu saja?"

Arin merapatkan kedua tangannya di perutnya, matanya berkaca-kaca. "Aku tidak berbohong, Tante. Aku bisa membuktikannya!"

Bu Ratna buru-buru melangkah mendekati Arin, wajahnya tegang. "Kamu benar, kan, Arin? Kamu benar-benar sedang mengandung?"

Arin mengangguk penuh keyakinan. "Ya, Bu. Aku terlambat lebih dari sebulan. Aku bisa periksa sekarang juga kalau perlu."

Wira melangkah mundur. Seakan kenyataan itu menghantamnya lebih keras dari yang ia bayangkan. "Tidak… tidak mungkin…"

"Jangan sok tidak tahu, Mas!" bentak Arin. "Aku tidak mungkin hamil sendiri!"

Mamanya Wira mendengus marah. "Anak ini memang tidak tahu diri!" Ia melangkah ke depan, berdiri tepat di hadapan Arin, menatapnya dengan jijik. "Kau kira dengan mengatakan kau hamil, aku akan menerimamu dalam keluarga kami? Jangan mimpi!"

Arin menggigit bibirnya. "Aku tidak butuh restu kalian. Yang aku butuhkan hanyalah tanggung jawab dari Mas Wira!"

Wira mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Arin… tolong jangan lakukan ini di depan semua orang…"

Arin tertawa sinis. "Kenapa? Karena kamu takut semua orang tahu betapa pengecutnya dirimu?"

Bu Iren—ibu Anna—yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. Suaranya tenang, tapi menusuk. "Nak Arin, aku tidak peduli apakah kau hamil atau tidak. Yang jelas, anakku, Anna, tidak akan pernah berbagi suami dengan perempuan lain."

"Tapi—"

"Cukup!" potong Bu Iren. "Kalian sudah cukup mempermalukan diri sendiri. Jangan harap aku akan membiarkan Wira menceraikan Anna hanya karena perempuan murahan sepertimu."

Arin meradang. "Aku bukan perempuan murahan!"

Mamanya Wira mencibir. "Lalu apa? Kau tidur dengan suami orang, kau hancurkan rumah tangga orang lain, dan kau masih ingin dihormati?"

Air mata mulai menggenang di mata Arin. Ia menoleh ke Wira, berharap laki-laki itu akan membelanya. Tapi yang ia lihat hanyalah wajah seorang pria yang ketakutan, yang tidak berani mengucapkan satu kata pun untuknya.

Sementara itu, Richard yang sejak tadi hanya memperhatikan, menghela napas panjang. Situasi ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan.

"Mas Wira…" Arin kini menggenggam tangan Wira dengan erat. "Katakan sesuatu. Aku butuh kamu."

Wira menutup matanya sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Arin… aku tidak bisa bersamamu."

Arin terhenyak. Tangannya terlepas begitu saja dari genggaman Wira.

"Apa maksudmu?" suaranya bergetar.

Wira menatapnya dengan putus asa. "Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa meninggalkan Anna. Aku tidak bisa kehilangan keluargaku, harta warisan, dan pekerjaanku. Aku tidak siap untuk hidup miskin."

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Wira.

"Bajingan!" Arin berteriak penuh kemarahan. "Kau janji akan menikahiku! Kau bilang kau akan meninggalkan istrimu!"

Wira memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu. Tapi ia tidak bisa membalas, karena ia tahu Arin benar.

Mamanya Wira mendengus sinis. "Lihatlah! Kau hanya digunakan. Kau sama sekali tidak berharga bagi Wira."

Arin mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar. Air matanya mulai tumpah. "Tidak… ini tidak mungkin…"

Bu Ratna buru-buru menghampiri Arin dan memegang bahunya. "Sudah, Arin. Tidak ada gunanya lagi."Dadanya sesak, perutnya terasa mual, dan hatinya hancur berkeping-keping.

Richard yang sejak tadi menonton dengan ekspresi datar akhirnya angkat bicara. "Aku sudah menduga semua ini akan berakhir seperti ini."

Bersambung..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!