Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30~PPH
Setelah itu, Pandu memutus panggilan telfonnya. Pria itu tersenyum lega, karena sudah tahu dimana keberadaan mantan istrinya kini.
"Ternyata Rania berada di Semarang! Aku harus segera kesana, sebelum pernikahanku dengan Laura terjadi!"
Entah mengapa, perasaan bersalah atas apa yang dia lakukan pada Rania dulu, baru menyeruat sekarang dalam dinding jiwanya.
Padahal, keluarga besarnya dengan Laura sudah bertemu. Dan pernikahan sebentar lagi akan terlaksana.
Entah ide gila apa yang akan pria itu lakukan, hingga kerap sekali mengorbankan perasaan wanita.
Pandu merosotkan tubuhnya diatas sofa didalam kamarnya. Pria itu terdiam memikirkan ide gila, yang nantinya akan dia gunakan disaat mengintai Rania.
"Aku harus memerlukan bantuan Ricard, untuk kali ini!" gumamnya dalam hati. Senyumnya kembali terbit, sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana keadaan mantan istrinya itu.
"Rania ... Sebentar lagi kita akan bertemu! Jika saja kau memiliki sedikit saja waktu untuku, pasti perceraian itu tidak akan terjadi. Dan kau tahu ... Aku sejujurnya tidak pernah mencintai Laura! Bagiku, dia tidak lebih dari permainan, agar kebutuhan biologisku dapat tersalurkan. Dan aku meminta maaf, jika kau harus menjadi sasaran balas dendamku!"
Beberapa kali, Pandu terlihat mengusap foto Rania yang kini berada dalam layar ponselnya.
Namun detik berikutnya. Foto tersebut, berali menjadi sebuah panggilan masuk yang terdapat nama Laura dalam layar tersebut.
Pandu mendengus kesal. Mau tidak mau dia harus mengangkatnya.
"Iya, ada apa Lau?"
"Lau? Kau memanggil aku Lau? Apa-apan ini Baby! Kau mengubah nama panggilan sayangmu padaku?"
Laura yang tengah menutup pintu kamarnya, begitu kesal, saat mendengar kekasihnya mamanggil namanya langsung.
Pandu menrik ujung bibirnya.
"Sebentar lagi kita akan menikah! Kita bukan bocah cinta-cintaan lagi, Laura! Seharusnya kamu dapat memahami keadaan sekarang! Sudahlah ... Hanya karena panggilan saja, tidak perlu kau ributkan!" geram Pandu, hingga suaranya terdengar memberat.
Laura semakin tidak habis pikir. Namun rasa cintanya lebih besar, dari sekedar panggilan saja.
"Okay! Sayang begini-"
Pandu hanya terdiam, saat Laura menjelaskan tentang acara pernikahanya yang digelar dalam urun waktu seminggu terakhir.
"Kamu atur saja, bagaimana baiknya!" jawab Pandu singkat.
"Sayang, aku ingin pernikahan kita digelar secara mewah. Agar mantan istrimu juga tahu, kalau kamu benar-benar mencintaiku!" gumam Laura, yang kini sudah membayangkan kalau Rania akan menangis dipojokan.
Pandu tersenyum sinis.
"Ya sudah, aku tutup dulu telfonnya. Aku ngantuk, karena seharian meting!"
"Okey, nice dream bab-"
Panggilan terputus sepihak oleh Pandu. Dan hal itu membuat Laura sedikit menggeram. Namun karena acara pernikahnnya yang kurang seminggu, Laura mencoba mengubah ekspresi wajahnya sebahagia mungkin.
Sementara Pandu sendiri, dia tidak benar-benar tidur.
Pria itu kembali mengotak atik ponselnya untuk menelfon kembali anak buahnya, yang bernama Richard.
"Hallo Richard?"
"Iya bagaimana, Tuan?"
"Begini Richard-"
Pandu menjelaskan tentang rencananya yang akan dia gunakan untuk kelangsungan hidupnya nanti.
"Baik Tuan! Semuanya akan berjalan lancar sesuai perintah Anda!"
Setelah panggilan selesai. Malam ini, Pandu benar-benar menjalankan rencananya.
Dia mengambil koper besarnya, dan segera memasukan barang-barang penting miliknya, tanpa membawa pakaian sama sekali.
.
.
.
Dimas yang saat ini tengah duduk di tepi danau kecil, terlihat beberapa kali melemparkan batu-batu kecil pada dasar danau.
"Kamu iki kepiye to, Dim! Kamu ini ya kudu sadar, kamu siapa, Rania siapa!"
Byur!
Dimas kembali melempar batu kecil. "Ternyata pria itu yang ngajak Rania. Ya mungkin, dia kekashnya dari Jakarta! Penampilanya ada kaya bos-bos besar. Padake awak dewe iki-"
"Mas Dimas ...."
Dimas yang saat ini tengah duduk ditepi danau, namun tidak luas. Seketika pandanganya terangkat, dan menoleh.
Dia lantas bangkit, saat mendapati Rania ada dibelakangnya.
"Rania, kok bisa ada disini?"
Dimas seketika mengedarkan mata keseluruh tempat. Namun dia tidak mendapati ada kendaraan lain, selain sepeda motornya saja.
'Diky pasti ini'
"Kenapa mas Dimas ndak bilang, kalau mau nyiapin kejutan buat aku?" tanya Rania memberanikan diri.
Dimas menunduk. Dia benar-benar seperti orang linglung, jika dihadapkan dengan model cantik itu.
"Hanya kejutan kecil-kecilan saja, Ran! Kok kamu ada disini, bukane tadi di lam-"
"Dia mantan Managerku, Mas! Dia hanya memberikan kejutan saja, ndak lebih!" sahut Rania mencoba menjelaskan.
'Tapi dia mencintaimu, Ran! Saya dapat melihat dari caranya berbicara, saat sore tadi!'
Suara Dimas hanya tertahan pada tenggorokanya saja. Pria itu mencoba tersenyum getir, lalu mengalihkan bicaranya.
"Ran ... Tak anterin pulang yok! Ini sudah malam banget. Kasian mbah Nah, nanti nyariin kamu!"
Rania mendadak diam seribu bahasa. Tatapanya terlihat kecewa, karena Dimas bahkan tidak mengucapkan apapun padanya.
'Maafin aku ya, Ran! Aku tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian!'
Tanpa berani menyentuh tangan Rania, Dimas hanya menunggu model cantik itu hingga bergerak sendiri. Dimas tidak lupa membuka handle kaki motornya, agar tidak menyulitkan Rania saat menaiki.
Dan tepat pukul 9 malam, Dimas berhasil menjalankan motornya tanpa adanya percakapan apapun. Keduanya tampak kalut dalam piran masing-masing.
Setelah sampai dirumah, Rania langsung saja turun.
"Makasih ya, Mas! Aku masuk dulu," kata Rania singkat, dan langsung melenggang masuk.
Dimas hanya mengangguk, menatap nanar kearan model cantik itu. Dia tahu, jika saat ini Rania tengah kecewa terhadap sikapnya. Namun, Dimas juga bingung dengan keadaan seperti ini. Ingin cemburu, tetapi dia tidak lebih dari siapa-siapa Rania.
Haruskah semuanya terpendam rapat kembali. Haruskan dia mengalah pada perasaan yang salah.
Dimas langsung kembali berputar arah, dan pulang.
Sementara didalam, Rania langsung masuk kedalam kamar. Dia tidak peduli lagi dengan apapun yang terjadi, entah dimana sekarang keberadaan sang Manager.
"Sudah pulang, Nduk? Daniel tadi nyariin kamu, katane kamu pulang duluan naik mobil!" gumam nek Fatonah, yang menghentikan langkah Rania diambang pintu.
"Biarkan saja, nek Uti! Daniel sudah besar, dia pasti menginap di hotel!"
"Kalau bisa kabari dulu, Nduk! Bilang kalau kau sudah dirumah, agar dia ndak nyari kemana-mana!"
Rania hanya mengangguk lesu, lalu segera masuk dan menutup pintunya. Setelah itu, dia langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Antara percaya dan tidak, kini pikiran Rania masih terbayang-bayang dengan semua kejadian beberapa menit berlalu.
.
.
Perasaan tegang, kini tengah menyelimuti kediaman tuan Domanick.
Aston yang baru saja tiba pukul 10 malam, kini langsung memanggil kepala pelayan dengan wajah murkanya.
"Bu Anti ... Bu Anti!" panggil Aston yang kini berhenti di area dapur.
Wanita berusia 45 tahun itu sontak menghadap dengan perasaan tidak enak. Karena tidak biasanya dia dipanggil putra majikanya, tengah malam seperti ini.
"Ada apa Tuan muda?"
"Sekarang cepat panggilkan dua pelayan muda itu, untuk menghadap saya! Saya tunggu diruang tengah!"
Tatapan Aston begitu tajam, karena emosinya benar-benar diujung kepala. Dia yang melihat rekaman cctv dalam area rumahnya, sejak siang tampak menggeram, karena pelayannya membocorkan informasi penting tentang keluarganya saat ini.
'Apalagi yang diperbuat Nadia sama Putri?'
Perasaan bu Anti mendadak tegang, lalu segera kebelakang untuk menemui Nadia dan putri.
Tok! Tok!
lanjut thor