Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 : ATURAN HARSO
Pagi datang, tubuh Gandhi serasa remuk redam, saat ia hanya di berikan badcover untuk alas tidurnya sepanjang malam itu. Siti tidak sudi tidur satu ranjang dengannya, sedangkan Gandhi malam itu merasa lelah, sehingga memilih mengalah saja, sebab hatinya berbunga-bunga saat melihat notif transferan 10 juta dari Siti.
"Selamat pagi Siti, Gandhi. Yuk sarapan bareng." Sapa Sita senang saat melihat rambut panjang Siti terlihat basah dan wajah fresh terpancar dari wajah putrinya. Walau agak berbeda dengan tampang Gandhi yang terlihat masih lelah. Dalam pikiran Sita, tentu saja Gandhi tadi malam kerja rodi menggempur Siti, sehingga menantunya itu kehilangan banyak tenaga.
"Pagi bu." Jawab Gandhi ramah.
"Gan, mama kasih tau yak. Tolong yang sabar sama Siti. Dia ini anak manja. bisanya cuma merebus air sama menceplok telur. Jika kamu bisa masak, pelan pelan ajari Siti. Maaf kami terlalu memanjakannya." Ujar Siti menyampaikan kebiasaan Siti yang tergolong pemalas dan manja.
"Oh, tidak apa-apa Bu. Kebetulan sekarang kuliah saya sudah selsai, jadi banyak waktu kosong. Jika memang harus saya yang masak untuk kami, saya tidak masalah." Jawabnya dengan tenang.
Siti menatap Gandhi dengan rasa yang bermacam-macam.
"Hari ini ada jadwal kuliah? Mas antar yak." Ujar Gandhi manis di hadapan kedua orang tua Siti. Membuat hati Pak Harso sangat tenang melihat perlakuan Gandhi pada putrinya. Dalam hati ia berkata, jika Siti tidak salah memilih suami.
"Hm ... boleh juga." Jawab Siti tidak mau terlihat jika hatinya sedang tidak suka melihat perlakuan ramah Gandhi di hadapan kedua orang tuanya.
"Motormu gak ada yang lebih tua dari ini Gan?" Siti tidak suka melihat motor butut milik Gandhi. Agak gondok Siti melihat motor GL xx keluaran lama yang di gunakan Gandhi.
"Haduh, bacot banget sih. Cepet naik, atau mau pakai mobil mewah fasilitas orang tua kamu saja. Bukannya aku ini suami pilihanmu, harus terima apa adanya kali." Jawab Gandhi sambil menghidupkan motor miliknya itu. Dengan terpaksa Siti naik di boncengan motor itu, langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Gandhi, sebab ayah dan ibunya masih berdiri melihat kepergian mereka berdua dengan senyum senang terukir di ujung bibir keduanya.
"Kok goyangnya rada aneh gini?" Komen Siti merasa motor itu terasa oleng.
"Ban nya bocor Sit." gandhi berhenti lalu menengok ban bagian belakang motornya.
"Hah ... bocor?" serunya dengan suara keras.
"Bocor doang, manusia ciptaan Tuhan aja bisa sakit. Apalagi cuma ban motor ciptaan manusia ini. Turun!" Perintah Gandhi pada Siti yang sudah memasang wajah cemberut.
"Gila. Ini tuh bukan hanya tipis Gan. Tapi kawatnya udah pada keluar, wajarlah bocor." Siti sudah turun dan memperhatikan rupa ban motor milik Gandhi.
"Nah, tuh pinter." Ujar Gandhi turun dan mendorong motornya semakin maju, mencari tempat tambal ban terdekat.
Terpaksa Siti berjalan di belakang tubuh Gandhi. Tidak menyangka akan terjadi adegan seromantis ini bersama Gandhi. Siti mana pernah berjalan kaki sambil ikut mendorong motor yang bannya sudah gundul plontos seperti milik Gandhi ini.
"Di tambal masih bisa gak sih, Mang?" tanya Gandhi saat berada di sebuah bengkel motor.
"Jangan kayak orang susah. Ganti ban luar dalam aja Pak. Kapan perlu ganti motor aja sekalian." Hardik Siti yang merasa wajahnya sudah tidak karuan karena berjalan sampai berkeringatan.
"Ganti motor, yang ada kita bakalan gak dapat rumah kontrakan Siti." Protes Gandhi tidak terima jika motornya harus di ganti.
"Ya habis, motor jelek ini aja di pertahankan." Marah Siti yang memang sudah hobby marah pada Gandhi.
Drama ban bocor sudah selesai dengan pergantian ban luar dan dalam. Tidak lupa Siti mengingatkan untuk mengisi bensin itu full. Mencegah mogok untuk kedua kalinya. Kini mereka sudah berada di sebuah rumah yang siap di kontrakan terdiri dari dua kamar tidur, dapur kecil, ruang tamu dan kamar tengah. Type 36 sangat sederhana, di situ kini pasangan pengantin pura-pura itu.
"Harus banget yak, ambil rumah kecil ini?" tanya Siti agak kurang setuju.
"Hanya ini yang satu tahunnya 7 juta Sit, 3 juta lagi buat beli perabotan supaya rumah tangga kita seperti rumah tangga beneran di mata orang tuamu." Jawab Gandhi masuk akal.
"Kenapa beli perabotan harus 3 juta? dapat apa coba?"
"Ya kan duit yang dari kamu cuma 10juta. Harusnya kamu bayar buat 3 bulan langsung jadi mudah kita pake uangnya." Ujar Gandhi berdalih.
"Hadoh, punya suami begini banget sih. Ya udah ku bayar untuk bulan depan lagi supaya rumah ini terlihat seperti rumah tangga beneran." Ujar Siti kembali mengirim uang ker rekening Gandhi.
"Kedua orang tuaku, masih tinggal di homestay. Kalo rumah ini jadi kita sewa. Mereka boleh nginap dulu sebelum pulang ke kampung ya Sit." ijin Gandhi sungguh-sungguh pada Siti.
"What, orang tua mu belum balik ke kampung?"
"Belum, kata orang tuamu. Mereka tidak boleh pulang sebelum acara ngunduh mantu. Makanya kita harus melaksanakan acara itu di rumah sewa ini."
"Harus banget yak, pake acara itu?" kesal Siti.
"Pak Harso yang minta ada acara itu, sebelum mereka pindah.
"Harso ... Harso. Kenapa sih harus dia yang jadi ayahku." Kesal Siti segala yang terjadi di kehidupannya selalu sesuai dengan aturan Pak Harso.
BERSAMBUNG...
Yuk Di koment
Biar Otor selalu semangat melanjutkan cerita ini.
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya