Kebangkitan Sang Jenderal Di Dunia Modern

Di sebuah club malam mewah dengan lampu remang-remang dan dentuman musik yang keras, Zhao Rong duduk di sudut bar dengan wajah penuh amarah dan frustrasi. Pria paruh baya itu menggenggam gelas berisi minuman keras yang entah sudah berapa kali ia teguk.

“Isi lagi,” katanya dengan suara berat pada bartender.

Bartender itu ragu sejenak namun akhirnya menuangkan lagi minuman ke dalam gelas Zhao Rong.

Wajah Zhao Rong memerah akibat pengaruh alkohol. Ingatan penolakan Mei Long terus terngiang di pikirannya, membuatnya merasa semakin terhina. Ia menggeram pelan sambil menggertakkan giginya.

Seseorang yang mengenalinya dari dunia bisnis mendekat dengan senyum miring. "Tuan Zhao, tampaknya Anda sedang tidak dalam kondisi baik," kata pria itu sinis.

Zhao Rong hanya mendengus tanpa niat menjawab.

Pria itu menambahkan dengan nada mengejek, "Apa kabar dengan istri pertama Anda? Saya dengar sekarang dia bagian dari keluarga Long yang terhormat. Wah, pasti menyakitkan sekali diceraikan oleh wanita yang dulu Anda remehkan."

Gelas di tangan Zhao Rong pecah karena genggamannya yang terlalu kuat. Darah menetes dari telapak tangannya, tetapi ia tidak peduli. Amarah dan rasa malu menguasai dirinya sepenuhnya.

"Sialan ...." gumam Zhao Rong lirih, matanya memerah.

Zhao Rong berdiri dengan langkah terhuyung menuju lantai dansa, mencoba menenggelamkan rasa sakitnya dalam gemerlap dan kebisingan malam. Namun, bayangan Mei Long yang menatapnya dengan tatapan penuh kebijaksanaan terus menghantuinya, mengingatkan bahwa kesalahan besarnya tidak pernah bisa diperbaiki.

Zhao Rong yang sudah limbung akibat pengaruh alkohol berjalan terhuyung menuju pintu keluar club. Namun langkahnya terhenti ketika seorang perempuan cantik dengan gaun merah ketat dan senyuman menggoda tiba-tiba muncul di depannya.

“Tidak buru-buru pulang, Tuan Zhao?” tanya perempuan itu dengan nada genit, matanya berbinar penuh niat tersembunyi.

Zhao Rong yang mabuk hanya menatap perempuan itu dengan tatapan kabur. Wajah cantik dengan riasan tebal itu membuatnya semakin kehilangan kendali.

“Tidak ada yang menunggumu di rumah, kan?” perempuan itu berbisik pelan di telinganya sambil menyentuh lengannya.

Tergoda oleh hasutan dan dorongan nafsu, Zhao Rong tertawa kecil. “Memangnya kau mau menemaniku malam ini?”

Perempuan itu hanya mengangguk sambil menggandeng tangan Zhao Rong menuju lorong belakang club yang terhubung ke kamar-kamar VIP.

Dalam kamar beraroma wangi parfum mahal dan lampu temaram, mereka berakhir di atas ranjang besar. Zhao Rong yang sepenuhnya dikuasai oleh mabuk dan keinginan, melupakan semua masalahnya—atau setidaknya mencoba melupakan, meski untuk sesaat saja.

Namun, tanpa disadarinya, kamera tersembunyi di sudut ruangan merekam semua kejadian malam itu dengan jelas.

Ethan yang duduk santai di ruang kerjanya hanya tersenyum tipis saat melihat rekaman jelas dari aksi Zhao Rong dengan seorang wanita cantik di kamar VIP bar. Mata tajamnya menunjukkan kepuasan dingin seolah langkah ini adalah bagian dari permainan yang telah direncanakannya dengan rapi.

“Victor,” panggil Ethan dengan tenang.

“Siap, Tuan Ethan,” jawab Victor yang berdiri tegap di sampingnya.

“Pastikan video ini sampai ke tangan Nyonya Lilith Zhao.”

Victor mengangguk dengan penuh pengertian. "Akan segera dilakukan."

Ethan bersandar di kursinya dengan ekspresi dingin namun puas. "Biarkan dia merasakan dampak dari pengkhianatan yang dia banggakan selama ini," gumamnya pelan.

Pagi itu di mansion keluarga Zhao, Lilith yang baru saja selesai sarapan menerima sebuah paket kecil tanpa nama pengirim.

"Nyonya, ada paket tanpa nama untuk nyonya." pelayan itu memberikan sebuah amplop coklat membuat dahi Lilith mengkerut.

Wanita paruh baya itu mengangguk. "Pergilah!" usirnya sombong.

Rasa penasaran membuat Lilith membuka bungkus tersebut, dan di dalamnya terdapat sebuah flashdisk berwarna hitam polos.

Dengan dahi berkerut, Lilith membawa flashdisk itu ke ruang kerjanya. Dia menyambungkannya ke laptop pribadi dan memutar satu-satunya file video yang ada di dalamnya.

Namun detik berikutnya, wajah Lilith membeku. Suara musik dari bar malam dan adegan intim Zhao Rong bersama seorang wanita muda dan seksi jelas terpampang di layar.

“Tidak ... ini pasti salah!” gumam Lilith dengan gemetar. Tapi semakin dia menonton, semakin tak terbantahkan kebenarannya. Air mata mulai mengalir di pipinya.

“Zhao Rong! Bajingan!” jerit Lilith histeris, tangannya gemetar saat mematikan video itu.

Jeritan Lilith membuat para pelayan di mansion panik. Salah satu dari mereka berlari mencari Felix yang masih tertidur di kamar sebelah. Suasana pagi yang seharusnya damai berubah menjadi kekacauan penuh amarah dan tangisan.

Di ruang kerjanya yang modern dan elegan, Ethan duduk santai di kursinya, menatap layar monitor besar yang menampilkan rekaman langsung dari mansion keluarga Zhao. Wajah Lilith tampak pucat dengan mata sembab, sementara Felix berdiri di sampingnya dengan ekspresi tegang dan penuh keterkejutan.

"Aku tidak percaya Ayah bisa melakukan ini ...." gumam Felix dengan suara serak.

Lilith masih terisak, tangannya mengepal kuat. "Keluarga kita ... dipermalukan!"

Ethan menyandarkan tubuhnya ke kursi, senyum tipis penuh kepuasan terukir di wajah tampannya. "Itu baru permulaan," gumamnya pelan dengan nada dingin.

Keira yang berdiri di dekat Ethan menatap layar dengan ekspresi datar. "Sepertinya efek domino sudah mulai berjalan, Tuan Ethan."

Ethan mengangguk pelan. "Biarkan mereka menikmati kehancurannya sendiri. Aku hanya mempercepat prosesnya. Aku ingin wanita itu merasakan artinya di duakan seperti dia menjadi wanita perebut suami."

Tiga hari kemudian, setelah insiden itu Lilith mencoba menghubungi Zhao Rong yang tidak pulang-pulang. Namun, Zhao Rong tidak menanggapi telponnya sama sekali.

Siang ini keadaan Lilith sudah lebih baik, wanita paruh baya itu mencoba berpikir positif jika sang suami di jebak oleh seseorang.

Tapi sepertinya pikiran itu salah, terlihat Zhao Rong melangkah masuk ke mansion dengan wajah tanpa rasa bersalah, menggandeng seorang wanita muda yang memancarkan aura angkuh. Gaun merah elegannya melekat sempurna di tubuhnya, membuat suasana semakin menegangkan.

Lilith yang duduk di ruang tamu bersama Felix langsung berdiri dengan wajah penuh kemarahan dan kebingungan. "Apa maksudnya ini, Zhao Rong?!" serunya dengan suara bergetar.

Zhao Rong hanya tersenyum tipis. "Ini istri baruku," katanya dengan nada datar, seolah tidak ada yang aneh dalam pernyataan itu.

Felix ternganga tak percaya. "Ayah, apa kau sudah gila?!"

Tanpa menjawab, Zhao Rong menarik wanita itu untuk duduk di sofa, seolah Lilith tidak ada di sana.

Lilith yang matanya sudah memerah karena amarah dan rasa malu tiba-tiba limbung, tubuhnya jatuh ke lantai dengan suara keras. Felix bergegas menahan ibunya yang pingsan. "Ibu! Ibu bangun!"

Brugh!

Sementara itu, Zhao Rong hanya menghela napas panjang seolah semuanya adalah hal sepele. "Bawa dia ke kamarnya," katanya dengan acuh tak acuh.

Wanita muda di sampingnya hanya menyeringai sinis, menikmati pemandangan kehancuran keluarga itu.