NovelToon NovelToon
Hello Tuan Harlan

Hello Tuan Harlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.

Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.

Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tumbang

Maira sempat heran dengan wajah Reina yang tampak pucat, tetapi Reina berkata jika ia baik-baik saja, dia tak ingin membuat Maira cemas.

Sisanya dihari itu berjalan lancar, bahkan Elke memberikan keduanya bonus karena pemesan kue tadi merasa puas dengan pelayanannya.

Maira tentu saja senang bukan main, dia bercerita jika saat menyajikannya di ruang rapat, dia sekaligus mempromosikan kue dari kafe ini.

Hanya Reina yang diam karena tak tahu harus berkata apa.

Masa aku bilang mungkin ini kompensasi untukku dari Harlan karena telah melecehkanku?

"Rei hari ini kamu banyak ngelamun, kamu baik-baik aja kan?" tanya Maira lagi.

Reina tersenyum tipis.

"Kalau masalah Elyana, kamu tenang aja. Ada kejutan buat kamu besok!" Reina heran tapi tak penasaran, sebab hatinya masih merancu karena kejadian tadi.

Reina pulang ke rumah di sambut dengan wajah sumringah Tama.

"Non ... Bi Astrid udah kerja lagi," ucapnya yang membuat senyum Reina berkembang.

"Benarkah?"

"Ta-tapi Non," Tama terlihat gugup saat akan mengatakan sesuatu.

"Ada apa Paman?"

"Saya minta tolong, apa pun yang akan dilakukan dia nanti untuk menolong Non, tolong untuk mengabaikannya. Saya tahu semua bukan salah Non, istri saya memang ingin melindungi Non, tapi—"

"Paman tenang saja, aku ngga akan pernah menyeret Bi Astrid ke dalam masalah. Aku janji."

Reina tak marah karena kekhawatiran Tama. Mereka sudah cukup berumur dan mungkin akan kesulitan mencari pekerjaan jika keduanya di pecat dari sana.

Reina bergegas masuk, tak lama dia mendengar di ruang kerja sang ayah, ayahnya tengah memekik memarahi seseorang.

"Non udah pulang?" sapa Astrid yang membuat Reina langsung memeluknya.

"Siapa yang dimarahi ayah Bi?"

"Den Laksmana. Bibi khawatir jantung Tuan akan kambuh," lirih Astrid.

Meski Hendro sekarang menyebalkan, tapi Astrid setidaknya masih mengingat kebaikan majikannya itu saat masih bersama ibunya Reina.

Entah kenapa Hendro berubah juga padanya setelah menikah dengan Meike. Hubungan keduanya yang dulu hangat seperti kekeluargaan, sekarang berubah dingin layaknya majikan dan pembantunya, meski memang hubungan mereka seperti itu.

Reina memilih tak peduli, hingga setelah mendengar keramaian di ruang kerja sang ayah dia dan Astrid akhirnya memutuskan mendekat.

Terlihat Hendro ambruk dengan tangan memegang dadanya.

Reina sendiri baru tahu sang ayah mengidap penyakit jantung. Bagaimana baru tahu sebab keduanya tak pernah sama sekali pun berbincang.

Keduanya memilih berdiri di depan pintu, sedangkan Meike dan Laksmana mereka mengerubungi Hendro.

"Jangan diam aja! Cepat hubungi ambulans!" titah Laksmana memekik.

Tanpa banyak tanya Reina meraih telepon di ruang kerja sang ayah dan menghubungi rumah sakit.

Napas Hendro terlihat sesak. Bagaimana pun dia adalah anaknya dan saat ini ia merasa cemas.

Setelah pihak rumah sakit menjawab akan segera datang, keduanya lantas membaringkan Hendro dengan lurus.

Laksmana terlihat gusar di sana. Wajahnya kusut masai. Reina tak peduli dan mengabaikan kakak pertamanya itu.

Akhirnya ambulans datang dan Hendro sudah menjalani pemeriksaan di rumah sakit.

Hal pertama yang membuatnya kesal. Laksmana memintanya untuk mendampingi ayah mereka diambulans sedang dia dan Meike memilih mengendarai mobil sendiri.

Namun reina tak mengeluh dan tetap melakukan apa yang mereka pinta.

Hendro telah menjalani serangkaian pemeriksaan dan sekarang akan menjalani perawatan di ruang rawat.

Reina memilih duduk menghadap sang ayah, sedangkan Laksmana dan Meike duduk di sofa yang nyaman.

Entah apa yang terjadi, Meike yang biasanya akan berkata dengan mulut tajamnya, kini bahkan seperti ubur-ubur yang terlihat tak bertulang.

"Sedang apa kamu di kantor Tuan Harlan tadi?" tiba-tiba Laksmana bertanya padanya.

Posisi Reina masih memunggunginya dan tak berniat berbalik untuk menjawab Laksmana dengan sopan.

"Kamu lihat aku bawa apa bukan? Dan jelas sekali kamu mendengar di sana, kamu masih tanya?" cibirnya.

Laksmana merasa geram dengan jawaban Reina. Namun ia tahu maksud gadis itu. Ia hanya heran kenapa orang se kaku Harlan tiba-tiba mau bertemu dengan orang asing.

Saat berbisnis dengannya dan sang ayah, Harlan bahkan hanya mengutus asisten pribadinya.

Ia pun baru pertama kali bertatapan langsung dengan lelaki itu dan seperti rumor yang menyebar, dia tampak angkuh dan tak tersentuh.

Bahkan lelaki itu tak pernah mau mendengarkan penjelasannya hingga membuatnya menjatuhkan diri untuk meminta maaf.

Reina bangkit berdiri. Dia ingin pulang, tubuhnya lelah dan ia lapar. Besok dia harus bekerja jadi untuk apa berlama-lama di sini. Toh sang ayah sudah menjalani perawatan.

Meike yang melihat anak tirinya hendak pergi lantas bangkit berdiri.

"Kamu mau ke mana?"

Reina mengernyit heran. "Pulang."

"Sebaiknya kamu di sini menjaga ayahmu, aku sudah tua, ngga mungkin menjaganya semalaman bisa-bisa kami sakit semua."

Reina benar-benar tak percaya. Ibu tirinya memang layak dikatakan sebagai jelmaan nenek sihir dan parasit.

Lihatlah saat ini, saat suaminya sakit, dia tak mau mengurusnya dan hanya mau uangnya saja.

Melihat tatapan Reina dan Laksmana yang seolah mencibirnya, Meike buru-buru menjelaskan.

"Aku sudah tua, kalian tahu, aku ngga bisa tidur sembarangan—"

"Bukankah sejak dulu kamu bahkan hidup melarat, bagaimana bisa kehidupan satu tahunmu tiba-tiba telah merubah kebiasanmu?" sela Reina mencibir.

"Reina!" bentak Laksmana yang lagi-lagi membela Meike kalau tidak ya Elyana.

"Kenapa? Bukankah benar? Matamu buta apa bagaimana? Dia datang cuma mau harta ayah aja, dan saat ayah sakit lihat? Dia langsung mau kabur!"

Meike mengeluarkan jurus air mata buayanya. "Aku bukannya begitu, aku tau kamu sangat membenciku, tapi aku juga lagi pusing memikirkan nasib Elyana. Kamu sendiri ngga mau membantunya 'kan?" Meike dan Elyana adalah dua spesies manusia yang pandai sekali menyalahkan orang lain dan menjadikan diri mereka seolah-olah korban.

"Kamu itu lucu sekali, masalah kamu dengan Nona Elke, jelas di luar kendaliku, kamu minta apa? Meskipun aku bersujud dia juga ngga akan mau melepaskan Elyana, ini tentang bisnis!"

Reina lantas berlalu dari sana, dia tak mau menjaga sang ayah. Meski khawatir, tapi hatinya tetap sakit saat mengingat perlakuan mereka padanya.

"Tunggu. Enggak bisakah kamu sedikit perhatian sama ayah? Semua ini terjadi juga gara-gara kamu. Andai kamu ngga keras kepala dan memilih kerja di tempat wanita sialan itu, pasti semua ngga akan kaya gini!"

"Sebaiknya kamu urus dirimu sendiri. Bukankah kalian tadi meributkan tentang bisnis? Jangan ikut campur urusanku, masalahmu sendiri saja ngga bisa kamu selesaikan sampai buat ayah sakit 'kan? Kenapa ngga kamu yang jaga? Ini kan gara-gara kamu!" balas Reina berani.

"Kau—" Laksmana mengangkat tangannya bersiap menampar sang adik sebelum sebuah suara menghentikannya.

"Jangan ribut di rumah sakit, kalau enggak saya akan minta keamanan untuk menyeret kalian keluar!" sela seorang perawat yang kebetulan lewat.

Reina menyentak tangan Laksmana dan berlalu dari sana. Ia tak mau mengalah dan berkorban lagi.

Terserah siapa yang akan menjaga sang ayah dia tak peduli.

.

.

.

Lanjut

1
Dapllun
semangat kak, aku tinggalkan komentar ku disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!