Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan untuk tubuh
Tidak butuh waktu lama, tubuh gadis itu kini sudah tidak bisa di gerakkan dengan leluasa. Rasa pusing menekan kuat kening juga bagian kepala lainya. Tubuhnya sangat lemah bahkan dia tidak bisa mengerakkan tangan dan kakinya lebih kuat. Tenaganya seperti telah di sedot habis tanpa sisa.
Pelayan Bi er mengarahkan perlahan tangan Nona mudanya melewati pembatas kain. Tabib mulai memeriksa denyut nadi dengan kain sebagai pembatas antara tangannya saat memeriksa tangan Li Anhe.
Nyonya tua Chao yang mendengar cucunya sakit dia memutuskan untuk menunda waktu berdoa. Dia tidak bisa tenang meninggalkan cucunya di kediaman dalam keadaan sakit. Wanita tua itu menatap penuh khawatir. "Tabib bagaimana?"
"Nyonya, Nona muda baik-baik saja. Hanya masuk angin karena terlalu lama berada di cuaca dingin. Setelah istirahat beberapa hari tubuhnya akan kembali segar lagi. Aku akan meresepkan obat untuk di tebus," tabib menulis resep obat yang ia anjurkan. "Nyonya," memberikan kertas yang telah di tuliskan obat apa saja yang dapat di minuman.
Nyonya tua Chao memberikan sepuluh tahil perak kepada tabib. Uang itu cukup besar jika di gunakan sekali pemeriksaan. "Bi er, antarkan tabib sampai di depan."
"Baik," Bi er mengantar tabib sampai di depan pintu utama kediaman.
"Bibi Xin segera belikan semua bahan obat ini," Nyonya tua Chao memberikan uang juga kertas yang ada di tangannya kepada pelayan setianya. Wanita tua berusia hampir sama dengannya.
"Baik," Bibi Xin pergi untuk membeli obat.
Nyonya tua Chao menatap gadis di balik kelambu. Hatinya merasa sakit melihat cucunya sudah terbaring tidak berdaya di tempat tidur. "Yi er, kamu harus lebih banyak istirahat. Nenek akan membuatkan bubur kesukaan ku. Kalian jaga Nona muda dengan baik."
"Baik," jawab dia pelayan wanita yang sudah berjaga di dalam kamar.
Nyonya tua Chao berjalan pergi meninggalkan kamar bersama empat pelayan lainnya.
Gadis di balik kelambu itu hanya dapat menatap langit-langit kamar dari balik kain penutup untuk menyingkirkan nyamuk atau hewan lainnya. 'Semua keperluan dan kebutuhan dari gadis ini selalu di layani pelayan. Tentu saja akan memiliki tubuh manja tanpa bisa di andalkan dengan baik. Heh,' gumamnya di dalam hati dengan Hela nafas dalam.
Dua jam lamanya, Nyonya tua Chao dan pelayan Bi er datang bersamaan. Bi er membawa nampan berisi mangkuk bubur panas dengan cangkir berisi obat. Saat mereka mendekat kedua aroma itu saling bercampur membuat Li Anhe menjadi mual. Dulu dia bukanlah gadis pemilih soal makanan atau obat yang akan di minum. Sekarang pemilik tubuh menolak keras bau obat juga bubur di atas nampan.
Bi er meletakkan nampan di atas meja samping tempat tidur. Dia juga membuka kelambu nenalikan pada kedua sisi agar tidak jatuh menutupi. Dia mundur beberapa langkah membiarkan Nyonya tua Chao untuk mendekat.
"Nenek bantu untuk duduk," Nyonya tua Chao sangat berhati-hati dalam membantu cucunya untuk bangun. Setelah tubuh Li Anhe sedikit terangkat Bi er langsung memasukkan dua bantal sebagai penahan. "Setiap kamu sakit nenek selalu memasakkan bubur kesukaan mu. Bau harum ini selalu membuat mu tersenyum," mengambil mangkuk di atas meja. Setelah meniup beberapa kali dia memberikan suapan pertama.
Saat bubur masuk ke dalam mulut rasa pahit menyebar cepat memenuhi lidah. Rasa mual semakin kuat menekan gadis itu. Tapi dia tidak bisa memuntahkannya hanya dapat memakannya hingga habis. 'Apa benar gadis ini menyukai bubur buatan neneknya?' menahan bubur agar dapat ia telan. Ekspresinya masih sama tidak ada yang tahu jika dia tidak menyukai makanan itu. Setelah bubur habis setengah mangkuk dia menggelengkan kepalanya agar neneknya berhenti menyuapi. Nyonya tua Chao mengerti dia meletakkan bubur lalu mengambilkan air minum.
"Obat ini cukup pahit. Nenek sudah membawakan manisan yang kamu suka," mengeluarkan bungkusan dalam saku bajunya. Nyonya tua Chao membukanya memperlihatkan buah kering dengan taburan gula yang telah menempel kuat. Dia memberikan obat beserta manisan secara bersamaan. "Setelah obat di minum segera makan manisan dan kamu tidak akan merasa terlalu pahit."
Li Anhe mengangguk mengerti. Dia menggak habis obat serta memakan manisan yang ada di depannya. Obat juga manisan bercampur menjadi satu di mulutnya. Menjadikan rasa pahit sedikit memudar. Rasa mual juga perlahan dapat ia atasi dengan baik.
"Kamu bisa beristirahat lebih banyak. Nenek akan pergi dulu. Biar Bi er menemani ku di sini," bangkit dari tempat duduknya. Wajah Nyonya tua Chao masih terlihat penuh kekhawatiran.
"Baik," Li Anhe menjawab pelan.
Nyonya tua Chao berjalan pergi dari kamar di ikuti semua pelayan. Hanya Bi er yang masih menemani untuk menjaga Nona muda Li Anhe yang masih sakit. Saat pintu kembali di tutup. Li Anhe berusaha untuk bangkit dari tempat tidur. Dia mengangkat kepalanya yang masih cukup pusing. Namun dia bukan seseorang gadis muda yang manja atau membiarkan rasa sakit menunda keinginannya.
"Nona muda," Bi er dengan cepat membantu Nona mudanya bangkit. "Anda masih sakit. Jangan terlalu di paksakan."
Saat Li Anhe telah dalam posisi duduk dia perlahan ingin bangkit namun tubuhnya tertahan. Seperti batu besar menekan pundaknya agar tidak pergi dari tempat tidur. "Baiklah. Mungkin beristirahat beberapa waktu tidak ada salahnya," dia kembali berbaring di tempat tidur. Memejamkan matanya dan tertidur cukup pulas. Obat mulai bekerja dengan baik. Gadis itu bangun saat dia mendengar suara keramaian di luar ruangan. Tubuhnya juga sudah kembali lebih segar. Sepertinya obat telah membuat panas di tubuhnya turun pelan. Dia bangkit dari tempat tidurnya mengambil baju luar lalu berjalan kearah pintu.
Krekk...
Pintu di buka,
Beberapa pekerja sudah ada di depan halaman tempat tinggalnya. Mereka membuat ayunan kayu juga kolam ikan. Enam pelayan wanita telah berjaga di depan pintu memastikan tidak ada pekerjaan yang berniat buruk memasuki kamar Nona muda mereka.
Bi er menyadari jika Nona mudanya telah bangun. "Nona muda, jangan terlalu terkena angin luar. Anda harus beristirahat dengan baik. Agar cepat sembuh," dia menggunakan tangannya untuk mengukur suhu tubuh melalui dahi Nona mudanya. Dia merasa lega panas sudah turun. "Syukurlah panas sudah turun," dia membantu Nona mudanya supaya masuk kembali ke dalam kamar.
"Mereka membaut ayunan dan kolam ikan?" ujar Li Anhe saat duduk di kursi.
"Benar. Nyonya besar selalu ingat keinginan Nona muda dua tahun lalu, saat Nona muda bermain di kediaman ini. Karena Nona muda tidak pernah mau di ajak kembali ke kediaman Chao. Nyonya besar tentu belum memiliki kesempatan untuk membuatnya. Dan sekarang beliau telah mengabulkan keinginan Nona muda," jelas Bi er.
"Nenek sangat perhatian," ujar gadis itu mengambil kue di atas meja. "Bisa kamu ambilkan aku air jahe hangat?"
"Baik," Bi er pergi ke luar kamar. Namun dia masih merasa aneh karena Nona mudanya sangat membenci semua makanan atau minuman berbau jahe di dalamnya. Meskipun begitu dia tidak ingin terlalu curiga. Lagi pula dia benar-benar Nona mudanya. Bukan orang lain yang berpura-pura menjadi Nona muda Li Anhe.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut