Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Siapa Yang Benar?
Setiap kali bertemu dengan Ben dan Ezra, El selalu saja diberikan pesan agar bisa bersikap baik pada Arneta. Terlepas dari tuduhan El belum tentu benar. Arneta juga adalah sesama manusia yang harus dihargai keberadaannya oleh dirinya. Karena pada dasarnya El adalah pria yang baik, membuat El belajar dengan perlahan menghargai keberadaan Arneta. Dia tidak lagi berkata kasar atau menghina Arneta.
Melihat perubahan di dalam diri El kepada dirinya, membuat Arneta perlahan juga berubah sikap kepada El. Bukan hanya belajar mulai melayani El dengan cara memasakkan makanan untuk El, Arneta juga berpamitan pada El sebelum berangkat bekerja.
"Mungkin aku akan pulang terlambat hari ini." Arneta memberitahu saat dia berpamitan untuk pergi bekerja pada El. Walau pun sedikit penasaran kemana Arneta akan pergi, tak membuat El mempertanyakannya. Dia hanya diam tidak merespon perkataan Arneta.
Arneta gegas pergi meninggalkan kediamannya dan Elvano setelah berpamitan. Seperti biasanya, dia berangkat ke kantor menggunakan ojek motor. El pun turut berangkat menuju kantor setelah tak lama Arneta pergi meninggalkan rumah.
"Lain kali minta El untuk mengantarkan kamu pergi bekerja, Neta. Kamu kan udah punya suami. Masa masih pergi pakai ojek terus!" Tuan Keenan memberikan perintah setelah tadi ia melihat Arneta datang ke kantor menggunakan ojek motor. Sebelumnya dia memang sempat mendengar jika Arneta selalu pergi ke kantor menggunakan ojek motor. Namun, baru kali ini Tuan Keenan melihatnya langsung.
Arneta mengulas senyum. "Aku gak mau merepotkan Mas El, Pah. Lagi pula, arah kantor kami berlawanan. Mas El bisa terlambat nanti kalau mengantarkan aku lebih dulu." Jawaban yang diberikan Arneta memang logis. Namun, Tuan Keenan tetap saja tidak bisa terima.
"Papa akan membelikan kamu mobil agar kamu gak perlu lagi naik ojek untuk pergi ke kantor!"
Arneta terperangah. Dia berusaha menolak pemberian mertuanya. Namun, Tuan Keenan yang sangat tegas tidak bisa dibantah. Alhasil Arneta hanya bisa menego agar dibelikan motor saja.
"Baru kali ini Papa dengar orang menolak dibelikan mobil dan meminta motor!" Tuan Keenan dibuat geleng-geleng kepala. Sepertinya menantunya itu memang tidak lagi menyukai kemewahan sehingga menolak pemberian mobil dari dirinya.
Arneta tersenyum kikuk. Dia tidak mau dibilang memanfaatkan Tuan Keenan untuk mendapatkan sebuah mobil. Jika pun nanti Arneta merindukan membawa mobil atau memilikinya lagi, dia akan membelinya sendiri menggunakan uang hasil kerjanya.
Sore harinya, seperti perkataan Arneta tadi pagi pada El, dia pulang sedikit terlambat. Arneta ingin berziarah ke makam ibunya untuk melepas rindu yang sudah semakin membara di hatinya.
Bertepatan dengan Arneta yang baru saja naik ke atas ojek motor, El tiba di perusahaan yang dipimpin oleh Tuan Keenan. Melihat Arneta pergi meninggalkan perusahaan, membuat El mengurungkan niatnya untuk mengambil sesuatu di perusahaan tersebut. El tergerak mengikuti pergerakan Arneta. El penasaran kemana Arneta akan pergi saat ini.
"Apa dia mau bertemu dengan seorang pria?" Terbesit hal buruk di pemikiran El. Untuk memastikan hal tersebut benar atau tidak, El terus saja mengikuti motor yang membawa Arneta hingga akhirnya motor tersebut berhenti di toko bunga dan kembali melaju menuju area pemakaman.
El terhenyak setelah mengetahui Arneta pergi ke makam mertuanya untuk berziarah. Agar keberadaannya di sana tidak terlihat oleh Arneta, El menjaga jarak jauh yang sulit untuk dijangkau oleh Arneta.
Kini, Arneta sudah berjongkok di samping gundukan tanah makam ibunya. Arneta menatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama ibunya tersebut.
"Ibu... aku datang lagi ke sini, Bu. Maafin aku ya karena akhir-akhir ini sangat jarang ngunjungin makam ibu." Arneta berkata lirih seraya menaburkan bunga di atas makam.
"Bu... sekarang ibu udah hidup bahagia di atas sana. Ibu udah gak sakit lagi. Ibu gak lagi merasakan penderitaan di bumi ini." Air mata Arneta akhirnya luruh walau pun sudah sebisa mungkin ia menahannya.
"Ibu... aku harap ibu akan terus bahagia di sana. Jangan pikirikan aku yang masih setia hidup di bumi ini, bu. Aku janji akan terus bahagia seperti yang ibu harapkan selama ini." Tak sanggup menahan rasa sedih di dalam hatinya, Arneta akhirnya memeluk batu nisan ibunya.
Dari dalam mobil, El terus memperhatikannya. Perlahan dia merasa tergerak untuk mendekati Arneta. El penasaran hal apakah yang sedang Arneta katakan di depan makam ibunya. Dengan gerakan kilat, El kini sudah memakai kaca mata hitam dan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Agar Arneta semakin tidak mengenali dirinya, El memakai topi lengkap dengan jaket hitam yang sudah membalut tubuh kekarnya.
Tak jauh di belakang tubuh Arneta, El mulai mendengar beberapa hal yang Arneta ceritakan kepada ibunya. Hati El terasa sakit mendengar cerita Arneta yang begitu pilu. Hingga beberapa saat berlalu, El terhenyak mendengar Arneta yang kini menceritakan masalah rumah tangganya pada ibunya.
"Aku gak tahu, bu. Kenapa suamiku selalu menuduhku sebagai wanita murahan. Dia juga sering menghinaku dengan perkataan yang begitu pedih. Apakah statusku yang sangat rendah di matanya membuatnya begitu mudah menuduhku seperti itu. Padahal, aku sama sekali tidak melakukan hal kotor yang dia tuduhkan. Aku selalau menjaga kehormatanku walau pun di masa lalu, aku adalah wanita yang suka memanfaatkan kekayaan kekasihku untuk memenuhi segala kebutuhanku dan ibu."
Perlahan, tubuh El menjauh dari Arneta. Jantungnya berdegub sangat kencang. Dia mulai bertanya-tanya apakah tuduhannya selama ini pada Arneta benar atau tidak. El jadi dibuat galau. Hingga saat ia sudah masuk ke dalam mobil, El terus memikirkannya.
"Apakah yang dikatakannya tadi benar? Lalu, bagaimana dengan perkataan Andika waktu itu. Dia bilang..." kepala El rasanya sakit memikirkan perkataan Andika waktu itu. Ditambah, dia juga mengingat saat ia melihat Arneta bekerja di kelab malam.
"Untuk apa dia bekerja di sana jika bukan karena ingin menjual tubuhnya pada banyak pria? Apa lagi saat itu, Andika juga mengatakan hal yang sama jika Arneta akan melakukan banyak cara termasuk menjual tubuhnya agar bisa mendapatkan uang dan apa pun yang dia inginkan!" Batin El mulai berkecamuk. Entah perkataan Andika atau Arneta tadi yang ia percaya. Namun, mengingat Arneta tadi berbicara di samping makam ibunya, membuatnya ragu bila Arneta berbicara dusta pada ibunya.
Rasa sakit kepala yang semakin melanda, membuat El gegas melajukan mobil meninggalkan area pemakaman. Arneta yang tidak menyadari jika tadi El berada dekat dengan dirinya, terus saja menangis di makam ibunya. Entah sudah berapa lama ia berada di sana. Arneta baru beranjak pergi meninggalkan area makam saat mendengar suara adzan yang tak jauh dari area makam berada.
***
Teman-teman. Bantu like dan komendulu yuk sebelum lanjut☺️
serta ditunggu karya selanjutnya lopeupull 😘😘😘