Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Dania Melawan
Kedua mata yang sejatinya mampu menghadirkan cinta saling menatap. Ada perasaan rindu tetapi juga benci, terutama Dania yang tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini, dia juga mulai mempertanyakan apakah rencananya harus terus dilanjutkan atau mencoba cara lain.
Alvin dan Dania sama-sama berjalan menuju ke pintu utama. Perempuan menggunakan sidik jarinya untuk masuk ke dalam, dia masih tak mau menyapa dan bergegas pergi ke kamarnya.
“Lebih baik, malam ini aku tidur kamar tamu, agar aku bisa menenangkan diri!” Kata Dania dari dalam hati.
Alvin melihat gerak-gerik istrinya dari belakang dan berinisiatif membuat teh hangat. Baru saja merebus air, lelaki itu dikejutkan dengan Dania yang membawa bantal, selimut, serta beberapa bajunya.
“Loh, kamu mau kemana?” Tanya Alvin sambil mengambil dua gelas yang bertuliskan mama dan papa.
Dania tak menjawab pertanyaan itu, dia berjalan menuju ke kamar tamu. Malam ini perempuan itu ingin sendiri dan berpikir panjang bagaimana selanjutnya. Alvin masih terdiam, dia melanjutkan membuat teh yang cukup harum, Dania pun mampu mencium aroma melatinya, sepertinya nikmat kalau diminum di saat seperti ini.
Namun, perempuan itu terus berjalan tanpa mau memandang sedikitpun bahkan, langsung menutup rapat kamarnya. Alvin mencoba mendatangi kamar Dania, mengetuk pintunya, “Teh hangatnya sudah jadi!” Lagi-Lagi istrinya tetap diam.
“Aku taruh di meja makan, ya!” Teriak Alvin, Dania masih saja tak menjawab.
Perempuan itu duduk di kasur, mencoba memahami situasi ini, “Rasanya apa yang aku ke katakan di klinik menjadi kenyataan,” Dia teringat bagaimana semua solusi yang pernah dia ajarkan ke orang, semua kata dan ekspresinya mendadak muncul.
Sementara itu, Alvin masih menatap kamar Dania dan berkata, “Kalau begini terus keadaannya, rencana aku bisa gagal dong!” Kata Alvin yang bersandar pada kursi meja makan.
Lelaki itu kemudian kembali ke dapur membuat mie instan rasa rendang ditambah kornet dan telor kesukaan Dania. Walau sebelum ini dia tidak pernah peduli dengan istrinya, Alvin masih sempat curi-curi kesempatan melihat apa yang sering dibuat oleh perempuan itu.
Aroma mie instan rasa rendang ini menggugah selera, memunculkan harapan untuk kata damai. Namun, Dania justru beli makanan online nasi rendang langganannya. Ketika dia keluar dari kamar untuk mengambil makanan, perempuan itu sempat mencium bau mie yang membuatnya ingin menikmatinya.
“Tunggu!” Kata Alvin yang melihat Dania membawa makanan menuju kamar tamu
Dania berhenti, membawa makanan tanpa melihat wajah suaminya sama sekali. Rasa kesal dan benci menjadi satu, ingin rasanya membentak lelaki itu dan menamparnya, tetapi dia masih menahan semua keinginan itu.
“Kamu kenapa sih, dari tadi diem, suami buatin teh nggak dijawab, buatin makan malah beli online, maksud kamu apa?” Bentak Alvin yang menghampiri Dania.
Perempuan itu masih diam saja dan tanpa mau melihat wajah suaminya. Kesabarannya masih cukup tinggi, tetapi aliran darahnya mulai terasa panas.
“Harusnya kamu bersyukur, aku mau pulang dan berbaik hati kepadamu!” Kata Alvin yang kesabarannya mulai melemah.
“Aku nggak pernah minta kamu pulang, toh selama ini aku selalu sendiri, dan kamu sibuk dengan selingkuhanmu itu!” Jawab Dania yang sudah tak tahan untuk meluapkan semuanya.
“Bukan aku saja kan, yang selingkuh?” Kata Alvin yang mencoba memutar balikkan fakta.
Dania tersenyum tipis, “Aku nggak nyangka kamu selicik ini ternyata,”
“Sudahlah, Ayah meminta kita mengadakan pesta ulang tahun pernikahan yang pertama!” Kata Alvin.
“Aku nggak mau,” Kata Dania yang mau masuk ke kamar.
“Tunggu! Apa maksud kamu dengan tidak mau?” Tanya Alvin yang memegang tangan Dania.
“Lepasin tangan aku!” Kata Dania.
“Nggak mau, sebelum kamu bersedia dengan pesta itu!” Kata Alvin yang memegang tangan Dania dengan erat.
Dania menampar Alvin dengan keras, “Aku tak peduli, kalau kamu takut dengan Ayah, besok aku akan pergi kesana!” Lalu dia pergi ke kamar dan mengunci pintunya.
Alvin mencoba mengejar Dania, dia mengetuk pintu berkali-kali tetapi perempuan itu tetap tak merespon sama sekali, dia asik makan sambil mendengarkan musik menggunakan earphone, lelaki.itu berhenti lalu masuk ke dalam kamar dengan membawa mie instan yang sudah selesai dibuatnya sembari membanting pintunya.
Lelaki itu duduk di ranjangnya, menikmati mie tersebut dengan sangat lahap, dia mencoba berpikir bagaimana kalau besok Dania benar-benar bicara dengan Pak Dhanu. Kemudian, Ayahnya mengizinkan dan pada akhirnya keduanya bercerai, lalu harta warisannya jatuh ke tangan Dania.
Pikiran itu terus menghantuinya, dia tidak tenang, dan sulit untuk tertidur. Lelaki itu,
mencoba menelpon Nila dan menceritakan semuanya, “Aku harus gimana honey?”
“Kamu ancam Dania, kalau kamu bisa merusak karirnya dengan berita yang kemarin,” Kata Nila dari telepon.
Alvin merasa ide Nila itu bisa dilakukan, terlebih beberapa klien istrinya itu dia kenal dan berteman baik dengannya juga Ayahnya. Dia bisa memanfaatkan itu untuk mengancam Dania agar rencananya bisa berjalan.
Alvin mulai mencari berbagai nama klien Dania yang dikenalnya. Dia mulai menelpon satu per satu dan memberikan penawaran yang cukup berani, beberapa ada yang mau diajak bekerja sama, tetapi sebagian masih memikirkannya.
“Semoga dengan ini, perempuan itu tidak lagi keras kepala!”
Langit berjalan cepat, membawa keduanya ke hari berikutnya. Dania sudah bangun dari tidurnya, dia ingin sekali berangkat sepagi mungkin agar tidak melihat suaminya.
Namun dia teringat kalau dirinya pernah berkata dalam sebuah talk show, “Sebenci apapun Anda kepada suami, Anda tetaplah istri yang harus menjalankan kewajibannya, walau rasanya sakit, namun biarkan sakit itu jadi jalan bahagia,”
Kata-Kata itu terngiang di telinganya dan seakan-akan mengingatkannya untuk segera membuatkan sarapan pagi. Dia bangkit lalu berkata “bagaimanapun aku masih istri mas Alvin, aku tidak boleh melalaikan kewajibanku!” Sambil berjalan ke dapur dan membuatkan sesuatu.
Alvin cukup terkejut dengan makanan di meja ada nasi goreng, ayam goreng, dan beberapa lalapan segar, semuanya terlihat enak. Lelaki itu berpikir bahwa semuanya sudah baik-baik saja dan Dania mulai memaafkannya, senyumannya mulai terkembang saat dia dan istrinya makan berdua.
“Jadi kamu mau pesta ulang tahu pernikahan kita dimana?” Kata Alvin yang mengambil nasi goreng dan ayam.
“Jangan pikir, aku masak seperti ini aku mau pesta pernikahan itu ya mas!” Jawab Dania yang mengambil ayamnya dulu baru nasi.
“Boleh saja kalau kamu menolak, tetapi aku pastikan semua klienmu akan pergi karena kamu telah berselingkuh,” Kata Alvin yang minum teh hangatnya.
“Silahkan saja! Memangnya aku takut!” Kata Dania yang selesai menyiapkan bekal untuknya kemudian pergi dengan membawa beberapa perlengkapan mandi dan pakaian kantor.
Alvin menggebrak meja, dia tidak mengira kalau Dania akan berani melawannya seperti ini. Lelaki itu menghubungi sekretaris Ayahnya dan berharap Ayahnya ada agenda meeting hari ini, tetapi semesta lebih mendukung Dania daripada Alvin.
“Dania tidak pernah mengingkari perkataannya, dia pasti akan ketemu Ayah hari ini, aku harus gimana?” kata Alvin yang wajah ya sedikit pucat