Siapa sangka putri tertua perdana menteri yang sangat disayang dan dimanja oleh perdana menteri malah membuat aib bagi keluarga Bai.
Bai Yu Jie, gadis manja yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Dalam keadaan kritis, Yu Jie menyimpan dendam.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Sabarlah untuk menunggu pembalasanku, ibu dan adikku tersayang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
"Ada apa?" tanya Ling Hua penasaran.
Kereta mereka semakin melaju kencang tak karuan.
"Mereka mati," jawab Li Mei datar.
"Apa?" teriak Xing Lian dan Li Mei serentak.
Meski terkejut tapi Yu Jie bisa menebaknya. Perjalanannya tidak mungkin akan mulus. Namun, siapa sangka kejadiannya akan secepat ini.
"Ling Hua bantu aku mendobrak dinding kayu ini!"
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Ling Hua bingung namun tetap mengikuti perintah Li Mei.
"Kau ingin kita mati sia-sia?"
Ling Hua menggeleng. Bayangan kematian terlintas di benaknya hingga dia bergidik ngeri.
Untung saja kereta kuda yang diberikan oleh mantan tuan mereka cukup buruk. Kereta kuda untuk kalangan biasa. Dindingnya tidak terlalu kokoh karena dimakan usia.
Li Mei dan Ling Hua berusaha sekuat tenaga mendorong dan menarik kayu yang mulai terlepas akibat ulah mereka. Lubang di depan mereka semakin lebar, cukup untuk dilewati satu orang bertubuh sedang.
Angin malam menghantam tubuh mereka cukup kuat melalui lubang. Li Mei segera keluar dari lubang. Lagi-lagi matanya membulat.
Meski cukup jauh, Li Mei bisa melihat ada tikungan di ujung jalan. Li Mei berusaha keras menyingkirkan tubuh salah seorang kusir yang sudah dia pastikan tidak bernyawa.
"Berat sekali!" keluh Li Mei saat kedua tangannya berusaha mendorong pria tak bernyawa itu ke samping.
"Ling Hua, bantu aku!" teriak Li Mei.
Awalnya Ling Hua takut untuk keluar dan membantu Li Mei. Akan tetapi, bayangan kematian yang semakin dekat membuat gadis kecil itu mengesampingkan rasa takutnya.
"Argh!" teriak Ling Huan saat paha kanannya tergores oleh ujung kayu. Lubang itu cukup sempit untuk tubuhnya yang lebih berisi dari Li Mei.
"Tahanlah sebentar!" seru Li Mei.
Ling Hua mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Gadis itu kembali merangkak keluar perlahan agar tidak tergores lagi.
"Dorong ke samping!" seru Li Mei.
Kedua gadis itu berusaha mendorong tubuh pria itu sekuat tenaga hingga terdengar bunyi sesuatu yang menghantam tanah.
Li Mei langsung mengambil alih tali kekang. Sedikit lagi kuda-kuda itu akan melesak masuk ke dalam hutan. Dengan cekatan Li Mei mengalihkan kuda-kuda itu ke jalur yang seharusnya.
Keadaan perlahan terkendali. Dari laju, sedang, perlahan hingga langkah kaki kuda-kuda itu berhenti.
"Hua, Li Mei! Kau penyelamatku!" teriak Ling Hua sambil menangis.
Dia memeluk Li Mei erat. Siapa pun dalam kondisi seperti itu akan mengalami trauma berat.
"Berhenti menangis! Apa kau tidak malu pada nona?" ucap Li Mei.
Ling Hua seketika berhenti menangis mengingat ada nona mereka yang mungkin lebih takut darinya saat menghadapi situasi tadi.
"Nona, apa anda baik-baik saja?" tanya Ling Hua sambil berbalik melihat ke dalam kereta.
"Aku tidak apa-apa. Terima kasih, kalian sudah menyelamatkan kami," ucap Yu Jie pelan.
"Tidak nona. Bukan aku, tapi Li Mei," jawab Ling Hua sambil menunjuk Li Mei.
"Kau jug membantu Li Mei," ucap Xing Lian mewakili Yu Jie.
"Nona, apa yang akan kita lakukan?" tanya Nuan.
Yu Jie berpikir sejenak. Dia harus memikirkan cara agar mereka bisa bertahan hidup.
"Kita turun dari kereta," ucap Yu Jie.
"Nona, luka anda belum pulih. Jangankan pulih, obatnya saja baru dioles beberapa waktu lalu," ucap Nuan.
"Aku yakin selir Huang pasti menyiapkan rencana lain jika melihat kereta ini terus melaju," jawab Yu Jie.
"Selir jahat!" geram Ling Hua.
"Jadi, bagaimana kita melaluinya?" tanya Li Mei.
"Li Mei, kau atur kembali kereta ini ke jalur sebelum tikungan tadi. Cambuk kudanya agar melesak masuk ke hutan. Nuan dan Ling Mei hapus jejak kuda dan kereta!" perintah Yu Jie.
"Berarti kita harus jalan kaki," ucap Ling Hua.
"Benar."
"Baik nona. Kami akan mengerjakan perintah anda," ucap Li Mei.
"Bibi Lian bantu aku turun dari kereta," pinta Yu Jie pada Xing Lian.
Ketiga gadis itu langsung mengerjakan perintah Yu Jie tanpa suara. Meski lelah dan mengantuk mereka harus bekerja dengan cepat. Lengah sedikit, bisa-bisa nyawa mereka melayang.
"Nona, setelah ini kita kemana?" tanya Nuan.
"Kita memasuki hutan dan bersembunyi," ucap Yu Jie.
"Hah! Nona, hutan itu sangat gelap pasti banyak binatang buasnya," lagi-lagi Ling Hua ketakutan.
"Ini namanya keluar dari mulut buaya masuk ke kandang harimau," timpal Ling Hua.
Diantara tiga pelayan muda Yu Jie, usia Ling Hua paling kecil, lima belas tahun. Sedangkan Li Mei dan Nuan seumuran, sembilan belas tahun. Di antara mereka bertiga, Ling Hua yang paling cengeng.
"Setidaknya kita berusaha menyelematkan diri. Kau mau mati dibunuh dan rohmu gentayangan di tempat yang tidak jelas?" cecar Li Mei.
Li Mei juga takut. Ini adalah pertama kalinya dia memasuki hutan. Meski dulu dia dan keluarganya menumpang tinggal di sebuah ladang dan peternakan kuda, tapi Li Mei tidak pernah memasuki hutan.
"Aku juga takut," ucap Yu Jie.
Mata Ling Hua membulat. Tersirat sedikit harapan bahwa bukan hanya dia saja yang takut tapi nona mudanya juga takut.
"Tapi kita harus kuat. Saat ini hutan adalah jalan terbaik. Aku rasa hutan ini sangat lebat. Mungkin kita bisa menemukan tempat untuk bersembunyi sementara," jelas Yu Jie.
"Aku tidak takut lagi karena nona juga takut," ucap Ling Hua.
"Ayo, nona! Kita harus segera memasuki hutan," ucap Ling Hua semangat.
"Bukannya tadi kau yang ketakutan setengah mati!" ketus Nuan.
"Tidak, tidak, tidak. Jika aku takut, siapa yang akan melindungi nona," balas Ling Hua.
"Hmm, dasar kau ini!" seru Li Mei.
Li Mei berjalan paling depan sebagai pembuka jalan. Ling Hua dan Nuan berjalan paling belakang untuk melindungi Yu Jie dan membawa barang bawaan mereka. Xing Liang memapah Yu Jie dan mereka berjalan di belakang Li Mei.
Aku akan mengingat hutang ini, selir Huang. Kau mencelakai para pelayan setiaku dan ingin menghilangkan nyawa kami. Tunggulah dengan sabar! Nikmati semua kemewahan keluarga Bai. Yu Jie menggeram di dalam hati. Tanpa dia sadari tangannya menggenggam erat tangan Xing Lian.
"Nona, apakah anda sakit?" tanya Xing Lian.
"Ah, maaf bibi! Aku tidak sengaja," ucap Yu Jie.
"Tidak apa-apa nona. Bibi pikir anda mengalami kesakitan akibat luka-luka anda," ucap Xing Lian.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih bibi," ucap Yu Jie.
Kelima wanita berbeda generasi itu berjalan memasuki hutan dalam diam. Sesekali mereka berhenti saat mendengar sesuatu. Ini adalah pengalaman pertama mereka memasuki hutan lebat di pinggir kota. Pada tengah malam pula.
Penerangan mereka hanya cahaya bulan. Tak ayal sesekali mereka tersandung karena jarak pandang yang minim.
"Nona, di sana ada gua. Sebaiknya kita kesana," ucap Li Mei.
Mereka berada di tempat yang sedikit lapang sehingga cahaya bulan cukup memberi jarak pandang yang cukup jauh.
Yu Jie memperhatikan gua yang dimaksud Li Mei.
"Tidak," jawab Yu Jie.
Li Mei terkejut. Dia tidak menyangka nona mudanya akan menolak untuk istirahat di dalam gua. Lagipula dia lelah karena sudah menghabiskan banyak tenaga tadi.
lanjut up lagi thor
lanjut up lagi thor