Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-9
Evan segera pergi dari Rumah Sakit, ada pekerjaan penting yang harus dilakukan, beberapa relasi ingin bertemu, dan Evan menjadwalkan semalam.
Lebih pada bermain peran di belakang layar, Evan hanya muncul di perusahaan jika saat diperlukan, dan seseorang yang di percaya di perusahaan itu lebih di kenal sebagai pemilik yang sebenarnya dari pada Evan.
Semua dilakukan agar hidupnya bisa sedikit bebas, kemanapun tanpa beban dan tidak direpotkan dengan statusnya, begitulah sosok Evan yang dengan rapi bisa menyembunyikan jati dirinya.
Ada waktu yang tersisa, dan Evan masih penasaran dengan apa yang disampaikan oleh wanita yang tadi malam telah selamat dari kecelakaan, lalu jari jemarinya membuka laptop dan dengan cepat menjelajah disana.
Plat nomor mobil yang diingatnya, atas nama Dryana Mozart.
"Mozart?, Sepertinya tidak asing?" Batin Evan.
Dan benar sekali, saat Evan menemukan sebuah informasi tentang Dryana, muncullah kabar berita tentang Mozart Company, perusahaan besar yang pernah merajai di negara ini, sayang sekali itu tidak lama, karena sebuah insiden yang membuat sang pemilik meninggal dunia karena kecelakaan.
Dan satu lagi, pendiri perusahaan yang tak lain adalah Darel Mozart kini dikabarkan sakit dan tak bisa apa-apa.
"Hem, miris sekali" gumam Evan.
Sayang sekali apa yang dilakukan harus terhenti, Evan menjawab sebuah panggilan yang ada di ponselnya.
"Ada apa Dry?"
"Bisa membantuku?"
"Hem, ada apa?"
"Laki-laki Sialan ini berani muncul disini, dan aku kesulitan menghadapinya"
"Apa?!, okey Tunggu!"
Evan terperanjat, menutup ponselnya tergesa, dan dengan cepat melesat ke Rumah Sakit tempat Dry di rawat.
Kecepatan tinggi, dan tak butuh waktu lama Evan mengendarai motor kesayangannya.
"Ada yang bisa aku bantu?" Evan segera masuk tanpa mengetuk, dan disana ada seorang laki-laki yang masih berdiri.
Tampangnya boleh juga, tinggi tubuhnya sih lumayan, walaupun masih menang Evan sedikit saja, dan apa yang di kenakan sangat formal, menunjukkan seorang pengusaha yang mungkin cukup di kenal.
Laki-laki itu kini menatap Evan dengan sorot tidak senang.
"Jadi kau yang membantunya?" Tanya laki-laki itu dengan tatapan meremehkan.
"Hem, ada masalah?" Tanya Evan.
"Berapa aku harus membayar mu?" Ucapan yang rasanya mulai membuat Evan terusik.
Ada senyuman tipis dari bibir Evan, lalu berjalan mendekati Dryana dan duduk dengan nyaman disana.
"Harga bantuan ku sangat mahal Tuan, aku takut kau tak mampu membelinya" ucap Evan.
"Jangan keterlaluan San, pergilah dari sini" sahut Dry merasa tak nyaman dengan percakapan tunangan yang di berikan oleh Pamannya.
"Kau berani mengusirku?"
"Ck, jangan membuat masalah lagi, aku sudah melupakan kejadian malam itu, dan ingat kata-kata ku tadi, ganti mobil ku!"
"Diam!, aku bisa memberikanmu sepuluh mobil keluaran itu dengan satu kali menjentikkan jari!"
"Bagus, jadi pergilah!" Sahut Dry merasa sebal sekali, lagi-lagi hanya kesombongan yang bisa di tunjukkan.
"Dan membiarkan mu bersama dengan laki-laki miskin ini?"
Oh my God, rasanya Evan ingin sekali menampar mulut pedas laki-laki dihadapannya ini, pantas Dry tidak respek sama sekali.
"Jadi jangan main-main, sebutkan berapa yang kau inginkan dan tinggalkan tunanganku sekarang juga!" Sambung laki-laki yang dipanggil San oleh Dryana.
Kembali Evan tersenyum, menarik, sepertinya harus ada sedikit drama.
"Okey, karena tuan San memaksa, aku tidak ingin uang, karena aku lihat kau adalah seorang pengusaha, maka bagaimana separuh saham perusahaan mu diserahkan padaku, dan aku akan pergi sekarang juga!"
"Apa?!, hei Ev, kau menjual ku?!" Teriak Dry yang tak terima.
"Tenanglah Sweety, aku yakin kau tidak se berharga itu di mata laki-laki ini" jawab Evan dengan bercanda.
"Oh Shitt!, kau menghinaku?!" Sahut Dry tak terima.
"Diam kalian, kau_!" San menunjuk muka Evan dengan tatapan nyalang.
Dan dengan cepat Evan menghempaskan jari yang menunjuk padanya.
"Bagaimana?" Tanya Evan menantang.
"Brengsek, kau kira aku bisa di bodohi dengan laki-laki macam kau ha!"
Evan hanya melihat saja, dan benar dugaannya, laki-laki di hadapannya bukan orang yang punya nyali untuk kehilangan segalanya demi tunangannya, dan itu berarti hanya ada hubungan yang mungkin hanya sebuah permainan saja.
"Lalu?"
"Pergi dari kamar ini!" Teriak San makin murka melihat wajah santai dan senyuman Evan yang sengaja ditunjukkan.
"Shitt!, kau yang pergi brengsek!" Kini Dry menyahut kembali.
Tak diduga, laki-laki itu berbalik dan mencengkram kerah Dry dengan kasar, Dry yang terluka, tentu saja tak bisa berbuat banyak, dan _
Bug!
Seketika laki-laki itu terjungkal.
Evan tak pernah akan membiarkan seorang laki-laki memukuli wanita di depannya, apalagi jelas kalau Dry saat ini tak bisa berbuat apa-apa.
"Dia pingsan Ev!" Teriak Dry panik.
"Tenanglah" Evan lalu mengambil satu kakinya dan menyeretnya keluar ruangan dengan begitu saja, lalu meminta bantuan tenaga kesehatan yang lewat untuk mengurusnya.
Dry awalnya menatap terkejut dengan apa yang dilakukan Evan, lalu kemudian tertawa cukup keras sampai-sampai tak bisa berhenti, hingga keluar air mata.
"Kau hebat Ev, aku suka!"
"Dan Nasibmu buruk sekali, harus bertunangan dengan laki-laki yang payah"
"Begitulah, sayangnya aku tak bisa berbuat apa-apa"
"Jadi kau setuju akan mempunyai suami seperti dia?"
"Entahlah, sampai saat ini aku belum punya cara untuk melepaskan ikatan ini, tapi aku akan terus berusaha" ucap Dry dan tersenyum menatap Evan yang ada didekatnya.
Evan tak berani terlalu masuk dan ikut campur urusan Dry saat ini, karena memang pada kenyataannya Evan asih belum mengerti apa yang terjadi, walaupun secara perlahan Dry mulai membuka diri.
Hari menjelang sore hari, Dry terlihat masih tertidur setelah meminum obat yang di beri, Evan membiarkan wajah polos itu tidur dengan posisi semaunya sendiri.
Kebetulan saat Evan akan pergi, seorang dokter yang merawat Dry melewati didepannya.
"Dokter tunggu!" Evan menghentikan.
"Iya Tuan, ada apa?"
"Bagaimana keadaan pasien atas nama Dryana Mozart?"
"Oh, nona Mozart?, jangan khawatir, satu Minggu lagi dia akan keluar, perawatan terbaik sedang kamu berikan"
"Oh, syukurlah, jadi tak ada serius akan luka di tubuhnya?"
"Semua aman Tuan, jangan khawatir"
"Oke dokter, Thanks" ucap Than bisa sedikit lega, laku kemudian melanjutkan langkah meninggalkan Dry yang sudah di titipkan ke petugas yang berjaga.
Kini Evan menuju ke Apartemen nya, karena ada teman-teman yang ingin berkumpul disana.
Datang dengan membawa sekantung kresek penuh makanan, Evan di sambut dengan teriakan tiga teman yang di punya.
"Akhirnya kau datang Ev, kami lama menunggu" ucap John.
"Bilang saja kalau kalian sudah kelaparan dan ingin makan di tempat ku"
"Kami ingin kau masak untuk kami Ev"
"Cih, aku bukan pembantu kalian!" Sahut Evan.
Semua tertawa kembali, Evan bukan tipe laki-laki yang apa-apa harus diladeni, pengalaman hidup nya dari satu negara ke negara lain membuatnya lebih bisa mandiri untuk mengurus dirinya sendiri.
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
segera halalkan Dryana lepaskan dia dari keluarga parasitnya