"Aku pikir, kamu malaikat baik hati yang akan membawa kebahagiaan di hidupku, ternyata kamu hanya orang sakit yang bersembunyi di balik kata cinta. Sakit jiwa kamu, Mas!"
Kana Adhisti tak menyangka telah menikah dengan lelaki sakit jiwa, terlihat baik-baik saja serta berwibawa namun ternyata di belakangnya ada yang disembunyikan. Akankah pernikahan ini tetap diteruskan meski hati Kana akan tergerus sakit setiap harinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tak Terduga
Malam harinya, seperti yang telah dijanjikan, Adnan menyuruh supirnya menjemput Kana untuk menghadiri acara pesta. Penampilan Kana malam ini kembali memukau di acara pesta yang dihadiri oleh ketua partai. Kana mengenakan dress panjang dengan kerah turtle neck berwarna hijau tua, serasi sekali dengan tas tangan dan sepatu high heels yang ia kenakan.
Dengan bangga Adnan menggandeng Kana dan memamerkannya sebagai istri sempurna di hadapan para tamu. Kana berusaha terlihat ceria saat mendampingi Adnan, namun dalam hatinya, ia terus memikirkan tentang Rio dan semua misteri yang belum terpecahkan.
Tak bisa dipungkiri, menikah dengan Kana membuat nama Adnan Chaman semakin naik daun. Banyak partai politik yang berniat menjadikannya sebagai kader partai, termasuk partai yang kali ini mengundangnya sebagai tamu kehormatan.
Kana merasa bosan datang ke acara yang dipenuhi orang-orang yang penuh intrik namun sebagai istri yang baik, ia harus menemani Adnan dan mendukung karir suaminya. Adnan berjasa banyak pada Kana, kalau bukan karena Adnan sampai sekarang Kana masih mencicil pinjaman kafe di bank. Adnan melunasi semua tanpa banyak cakap. Adnan juga memberikan uang bulanan yang besar pada Kana. Sebagai timbal balik, Kana harus mendukung setiap kegiatan Adnan.
Setelah acara selesai, Kana dan Adnan kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, Kana langsung menuju kamarnya. Ia terlalu lelah untuk berlama-lama di ruang tamu.
"Na, besok aku ada pekerjaan di luar kota. Aku akan menginap dua hari," ujar Adnan sebelum masuk ke kamar utama.
"Iya, Mas, mau aku siapkan baju untuk Mas bawa?" tanya Kana. Kana berharap bisa masuk ke dalam kamar utama karena baju Adnan banyak tersimpan di sana dibanding di kamarnya.
"Tak usah. Sudah ada yang siapkan." Adnan masuk ke dalam kamar dan meninggalkan Kana yang mencibirkan bibirnya karena kesal.
****
Setelah Adnan berangkat ke luar kota, Kana juga pergi dari rumah. Ia menghampiri Desi di kafe miliknya. Dengan tekad bulat, Kana dan Desi memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang keberadaan Rio.
Berbekal informasi yang didapat dari Desi tentang lokasi terakhir kali melihat Rio, keduanya menyamar dan menyusuri pemukiman padat penduduk itu. Kana menggulung rambut panjangnya hingga menjadi sebuah cepol berantakan. Ia mengenakan kaos oblong yang agak kebesaran di tubuhnya dan celana jeans robek. Sepasang sepatu kets usang melengkapi penampilannya. Dengan terburu-buru, ia mengoleskan bedak tipis dan lip balm warna pink muda. Ia juga mengenakan topi baseball, kacamata bulat dan masker untuk menyamarkan wajahnya. Kini, ia terlihat seperti seorang remaja yang sedang bolos sekolah.
"Aku yakin kita akan menemukannya di sini, Na," ucap Desi semangat, matanya menyapu setiap sudut gang sempit.
Kana mengangguk, namun hatinya dipenuhi kekhawatiran. "Aku harap kita bisa menemukannya sebelum ia kabur lagi."
Mereka berdua berjalan kaki menyusuri gang-gang kecil, menanyakan kepada warga sekitar apakah mereka pernah melihat seorang pria yang sesuai dengan ciri-ciri Rio. Sayangnya, sebagian besar warga yang mereka tanyai tidak mengenal orang yang mereka cari.
"Jangan menyerah, Na," ucap Desi menyemangati. "Kita pasti bisa menemukannya."
Setelah berkeliling selama beberapa jam, akhirnya mereka menemukan sebuah warung kopi kecil di ujung gang. Pemilik warung, seorang nenek tua, tampak ramah menyambut kedatangan mereka.
"Nenek, pernahkah nenek melihat seorang laki-laki muda yang agak tinggi, rambutnya agak gondrong dan sering terlihat di sekitar sini?" tanya Kana seraya menunjukkan foto terakhir Rio.
Nenek itu mengerutkan keningnya, berusaha mengingat. "Hmm ... laki-laki yang seperti itu ya? Sepertinya pernah. Dia sering membeli rokok di warung saya. Katanya, dia sedang mencari pekerjaan."
Mata Kana dan Desi langsung berbinar mendengarnya. "Nenek tahu dimana dia tinggal?" tanya Desi.
"Di kontrakan belakang. Kalian lewat gang samping, nanti ada kontrakan satu kamar dengan pintu kayu warna biru, itu kontrakannya," jawab Nenek tua tersebut.
"Terima kasih, Nenek," ucap Kana. "Kami sangat berterima kasih atas informasi dari Nenek."
Mereka berdua bergegas menuju kontrakan dengan pintu warna biru yang ditunjukkan oleh nenek itu. Kana mengetuk pintu warna biru seraya menahan nafasnya menunggu Rio membukakan pintu.
Dengan sabar Kana dan Desi menunggu sampai Rio akhirnya membuka pintu kontrakannya. "Kana?" Rio terkejut melihat Kana berdiri di depannya. Rio hendak menutup pintu namun Desi dengan sigap menahannya.
"Jangan pergi lagi! Aku tak akan menghakimimu, aku hanya ingin bertanya saja," kata Kana membuat Rio terdiam.
Rio akhirnya menyerah ia membuka pintu kontrakan lebih lebar, memperlihatkan sebuah ruangan sempit dengan perabotan seadanya. Cahaya matahari siang menyinari debu-debu yang menari-nari di udara. Rio berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat pasi. Ia menatap Kana dan Desi dengan tatapan penuh penyesalan.
"Mas Rio," gumam Kana, suaranya bergetar. "Kenapa kamu harus melakukan semua ini padaku?"
Rio menghela napas panjang. "Aku terpaksa, Na. Dia punya kelemahanku. Aku tak berani menentangnya. Dia mengancamku."
Desi yang sejak tadi mengamati ruangan kamar Rio, kini mendekati Rio. "Siapa dia yang kamu maksud, Mas Rio? Siapa yang memaksamu melakukan semua ini?" tanyanya dengan nada tegas.
Rio mengacuhkan pertanyaan Desi. Ia menatap Kana dan terlihat ragu-ragu sejenak. "Sejak awal, aku memang sudah ditugasi untuk menghalangi karirmu, Na, agar tidak semakin cemerlang. Beberapa kontrak yang bernilai fantastis untukmu, selalu kutolak. Namun, kamu terlalu baik, Na. Aku juga tak tega melihatmu yang berjuang demi membahagiakan keluargamu. Diam-diam aku mengambil kontrak bernilai fantastis dan pada akhirnya aku diancam karena kamu semakin naik daun. Kelemahanku ada padanya dan ia gunakan untuk mengancamku. Itulah kenapa dia memaksaku menaruh barang haram itu di saku jaketmu. Maafkan aku, Na. Aku tak bisa berbuat apa-apa."
"Heh, jawab dulu, dia itu siapa?" tanya Desi tak sabaran.
Rio menatap Kana dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku tak bisa mengatakannya demi keselamatanku dan keluargaku. Yang jelas, dia yang menyuruhku menghancurkan karirmu."
Kana merasa hatinya hancur mendengar penuturan Rio. Ia tidak menyangka bahwa orang yang amat ia percayai nyatanya tega menghancurkan karirnya karena disuruh orang lain. "Aku kecewa sama kamu, Mas. Aku begitu mempercayaimu tapi apa yang kudapat? Semoga kamu bahagia dengan pilihan yang kamu buat."
Dengan hati kecewa, Kana pergi meninggalkan rumah Rio. Setelah semua kepercayaan yang Kana berikan, Rio malah mengkhianatinya. Siapapun yang menyuruh Rio, jelas orang tersebut iri dengan pencapaian yang Kana peroleh.
Desi mengantar Kana sampai depan rumah dengan motor miliknya. Ia tak tenang meninggalkan Kana pulang seorang diri dengan perasaan kalut.
Dengan tanpa semangat, Kana masuk ke dalam rumah. Rupanya Bu Erin tak tahu kalau Kana sudah pulang. Ia membiarkan pintu kamar Nyonya Besar terbuka.
Melihat pintu kamar Nyonya Besar terbuka, kesempatan ini tidak Kana sia-siakan. Kana melihat kiri kanan dan mengendap masuk ke dalam kamar yang terlihat minim cahaya tersebut. Kana menutup pintu lalu saat berbalik badan mata Kana terkejut dengan apa yang ia lihat.
****
kenapa dulu dia ninggalin kamu.. terus siapa itu yg sepertinya merasa terbakar dg kabar terbaru mengenai Kana. Adnan Kah??
awan atau mantan suami gila nya
dua duanya agak" gila sih 🤣
apa mending samaa orang baru aja yg emang tulus sama Kana,,,,
pda mninggalkn tp akhirnya pda menyesal.. itu kn akn balik jga adnan sprtinya... apa yg ada d pikiran dy tuhh,,? melepaskn krna tak mau kana sakit hati lg dgn keadaan dy yg lg pengobatan,,atw ada rencana lain?