Plakk!!!
"Kamu itu emang beban ya" kata Papa
"Ma-Maaf Pa, aku cuma pengen Papa dateng besok ambil rapotku"
"Papa Sibuk, kamu suruh Bi ijah aja yang ambil sana"
"Tap..."
"Jangan banyak omong kamu"
Tak Di Pedulikan, Tak Di anggap dan tak Di Inginkan itulah hal yang selalu Laili rasakan, setiap ia pulang ke Rumah yang sudah lama Runtuh itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laililya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Tanda Tanya??
Di Sekolah.
Pagi-pagi sekali Laili sudah berangkat ke Sekolah.
"LI" Teriak Sinta
Sinta pun menghampiri Laili.
"Bareng ke kelas boleh ga?" Tanya Sinta
"Boleh"
Mereka pun ke Kelas bersama-sama.
Di dalam Kelas.
"Sin bisa bicara bentar?" Tanya Dimas
"Bi-bisa"
"Yuk" kata Dimas
"I-iya"
Dimas dan Sinta pun perge ke belakang sekokah.
"Ada apa lo ngajak gue kesini?" Tanya Sinta
"Gue pengen tau, lo bilang lo mau ngelindungin Laili, emangnya lo mau ngelindungin Laili dari apa?" Tanya Dimas
"Dari orang yang gangguin Laili"
"Maksud lo?"
"Sebelum Laili pindah ke sekolah ini, dulu Laili sering di teror"
"Hah, di teror?"
"Iya, di teror bakal di bunuh"
"Lo serius"
"Gue serius, mangkannya gue pindah kesini, karena gue dapet pesan dari peneror Laili"
"Boleh liat pesannya apa" kata Dimas
"Boleh, tapi bentar gue cari dulu"
"Oke"
Sinta pun mencarai pesan dari peneror Laili.
Ting Ting Ting.
"Aduh udah bell lagi" kata Sinta
"Ya udah kita balik ke Kelas, lo cari dulu pesannya apa nanti kalau ketemu baru ngomong ke gue"
"Oke"
Mereka berdua pun kembali ke Kelas.
***
Di Kelas.
"Dari mana lo Sin?" Tanya Diva
"Gu-gue dar-dari kantin, iya gue dari kantin"
"Sama Dimas?" Tanya Laili
"Enggak kok"
"Terus tadi Dimas ngajak lo ke mana?" Tanya Laili
"Oh itu, Dimas cuma nanya soal tugas"
"Oh gitu"
"Iya"
"Kenapa Li, cemburu ya liat Sinta sama Dimas?" Tanya Lussy
"Eh, enggak kok"
"Ga usah bohong deh"
"Beneran"
"Muka lo merah tapi"
"Apaan sih, udahlah"
Tak lama kemudian Pak Toni pun masuk ke Kelas.
"Baik anak-anak, sudah satu minggu apa kalian sudah menyiapkan tugas yang Bapak suruh?" Tanya Pak Toni
"Sudah Pak"
"Kalau gitu silakan kumpulkan ke depan nanti satu persatu akan bapak panggil untuk presentasi kedepan memperlihatkan hasil eksperimen kalian"
"Baik Pak"
Semua murid pun mengumpulkan tugasnya, Pak Toni pun memanggil nama kelompok mereka satu persatu.
Kini giliran kelompok Laili, Dimas, Lussy, dan Jesi. Mereka pun maju ke depan.
Mereka pun mem-presentasikan tugas eksperimen mereka.
"Wah bagus sekali, silakan duduk kalian" kata Pak Toni
Mereka pun kembali ke tempat duduk, tapi saat mereka kembali Tiba-Tiba.
BRUKK!!!
"LAILI" teriak Dimas
"Cepat bawa ke UKS" kata Pak Toni
"Baik Pak"
Laili jatuh pingsan, Laili pun segera di bawa ke UKS.
"Bu saya boleh disini aja?" Tanya Dimas
"Sebaiknya kamu kembali, nanti kamu boleh kesini lagi kalau istirahat"
"Tapi Bu, saya khawatir sama Laili"
"Biar saya yang jaga, kamu kembali ke kelas"
"Tapi Bu"
"Kamu pacarnya Laili, ngotot banget pengen jagain Laili?" Tanya Bu Tari
"I-iya Bu, saya pacarnya"
"Pantesan, tapi kamu tetap harus kembali ke Kelas, kalau kamu ga mau, nilai kamu akan Ibu kurangi"
"Jangan Bu, saya balik aja ke Kelas"
Dimas pun kembali ke Kelas, namun ia tak fokus ia memikirkan Laili, Dimas juga baru ingat kalau Laili punya sakit Anemia.
"Apa Anemia Laili kambuh ya" kata Dimas dalam hati
Pak Toni pun mengumumkan pemenang dari tugas eksperimen.
"Selamat kepada kelompoknya Dimas" kata Pak Toni
"Yeeeyeyeyye, kita menang" kata Lussy
"Yes" kata Jesi
"Dimas silakan maju ke depan" kata Pak Toni
"Dim, Dimas" kata Lussy
"Eh i-iya ada apa?"
"Di suruh Pak Toni maju"
"Oh i-iya"
Dimas pun maju ke depan.
"Dimas tolong jelaskan apa saja yang di butuhkan untuk eksperimen kelompok kalian"
"Maaf Pak, ini ide Laili jadi yang tau bahan-bahannya yang paling utama ya Laili"
"Loh memangnya kamu ga tau?" Tanya Pak Toni
"Ga tau Pak, maaf Pak saya ke Toilet dulu" kata Dimas berbohong
Dimas pun lansung ke luar kelas, ia ke belakang sekolah untuk menenangkan pikiran nya ada banyak sekali pertannyaan yang ada di pikirannya sekarang.
Dimas pun pergi ke kantin untuk membeli minum dan makanan, karena sebentar lagi bell akan berbunyi.
Ting Ting Ting.
Dimas pun lansung pergi membawakan Laili makanan.
Di UKS.
"Hai Li" kata Dimas
"Hai"
"Gimana udah enakkan?" Tanya Dimas
"Udah kok, kata Bu Tari tadi lo yang bawa gue kesini, makasih ya"
"Iya sama-sama, oh ya nih gue bawain makanan"
"Makasih"
"Vitamin lo dimana biar gue ambilin"
"Gue lupa ga bawa Vitamin, mangkannya gue lemes tadi terus pingsan"
"Lain kali dibawa ya"
"Iya"
Tiba-Tiba.
"Li, lo ga papa?" Tanya Tegar yang muncul Tiba-Tiba
"Ga papa kok, lo kok bisa tau gue disini?" Tanya Laili
"Di kasih tau sama temen-temen lo"
"Oh, terus mereka mana?" Tanya Laili
"Di luar, kata Bu Tari ga boleh masuk banyak-banyak"
"Oh gitu"
"Iya"
"Li, lo ga papa?" Tanya Sinta
"Ga papa kok, aman"
"Vitamin lo mana?"
"Di rumah gue lupa ga gue bawa"
"Aduh, ceroboh banget sih, lain kali bawa ya"
"Iya"
***
Se Pulang Sekolah.
"Li gue anterin pulang ya" kata Tegar
"Ga usah gue pulang sama Diva"
"Sama gue ajalah"
"Ga bisa maaf banget ya"
"Padahal sama gue lebih aman lo Li" kata Tegar
"Jangan maksa Laili" kata Dimas tiba-tiba
"Tau tuh, jangan maksa bisa ga sih"
"Oke-oke, maaf ya Li, gue maksa lo kalau gitu gue cabut dulu"
Laili pun pulang bersama Diva.
Ting.
Satu pesan berhasil masuk ke Hp Sinta.
"Jam lima sore, gue tunggu di Caffe Tirta, ada yang pengen gue tanyain sama lo"
- Dimas -
"Oke"
- Sinta -
***
Tepat jam lima sore Dimas datang ke Caffe Tirta, tak lama kemudian Sinta pun datang.
"Pesen dulu sana" kata Dimas
"Oke"
Sinta pun memesan minuman dan beberapa cemilan.
"Jadi lo mau ngomong apa?" Tanya Sinta
"Gimana pesan yang di kirim penero Laili ketemu ga?" Tanya Dimas
"Oh iya gue lupa ngasaih tau lo"
"Apa?"
"Ini kalau pesannya udah ketemu"
"Mana coba liat"
"Nih" kata Sinta
Dimas pun lansung mengeluarkan Leptopnya dan menyalakan Leptopnya.
"Mau ngapain lo"
"Diem aja lo, nanti gue kasih tau kalau udah beres"
"Oke"
Dimas pun melacak nomor yang mengirim pesan untuk Sinta.
"Aneh, kenapa bio datanya ga ada" kata Dimas
"Lo ngapain sih?" Tanya Sinta
"Gue ngelacak nomer ini"
"Hah, emang bisa?" Tanya Sinta
"Bisalah"
"Berarti lo Hecker dong?" Tanya Dimas
"Suuutttthhh, diem gue mau lo sembunyiin ini semua, paham lo"
"Iya tenang aja"
"Tapi ada yang aneh"
"Apa?" Tanya Sinta
"Gue ga bisa ngelacak nomer ini, kayaknya dia juga Hecker yang sama kayak gue"
"Terus gimana dong?"
"Ada satu cara tapi ini bakal bahaya buat gue"
"Ga usah deh, kalau emang bahaya, buat lo"
"Tapi gue pengen tau, siapa yang teror Laili, kita juga bisa waspada kalau Laili di teror lagi"
"Ya bener sih tapikan bahaya"
"Ga papa deh, gue rela semua demi Laili"
"Lo yakin?" Tanya Sinta
"Iya gue yakin"
"Ya udah terserah lo aja"
"Tapi gue ga bisa ngelakuinnya disini"
"Kenapa?"
"Tempatnya terlalu terbuka, terlalu bahaya"
"Terus gimana?"
"Aman nanti aja kalau udah sampek di rumah, gue bakal nyobak cari ini"
"Oke, terus lo mau tanya apa lagi?" Tanya Sinta
"Lo tau soal Laili sakit Anemia?" Tanya Dimas
"Gue tau, malah gue ngikutin Laili sama Bi Ijah yang anterin Laili pesiksa"
"Bi Ijah?" Tanya Dimas
"Bi Ijah orang yang kerja di rumah Laili"
"Terus Bokap sama Nyokap nya, Laili tau soal itu?" Tanya Dimas
"Tau tapi mereka ga perduli"
"Kenapa Bokap lo benci banget sama Laili?"
"Gue ga tau, gue juga mau cari tau kenapa Bokap gue benci banget sama Laili, selain Laili anak haram dari Bokap gue" kata Sinta
"Terus lo tau soal anak laki-laki Bokap lo?" Tanya Dimas
"Hah, anak Laki-Laki?" Tanya Sinta
"Iya, lo ga tau?"
"Enggak, siapa sih yang lo maksdu?"
"Jadi sebelum Bokap lo nikah sama Nyokap lo, Bokap lo sempet nikah sama perempuan namanya gue belum tau, mereka punya anak Laki-Laki, seumuran kita" kata Dimas
"Hah, jadi selama ini Papa juga nyembunyi-in ini semua"
"Gue penasaran sama anak Bokap lo yang Laki-Laki ini soalnya dia juga sekokah di sekolah yang sama kayak kita" kata Dimas
"Hah, lo serius?" Tanya Sinta
"Iya gue serius"
"Berarti kita harus cari tau, semua ini, lo mau kan bantuin gue?" Tanya Sinta
"Iya gue mau demi Laili"
"Makasih"
"Sama-sama" kata Dimas
"Gue curiga yang teror Laili itu anak Laki-Laki dari Bokap lo" kata Dimas lagi
"Bisa jadi sih, terus rencana awal kita apa?" Tanya Sinta
"Gue mau nyelidiki nomor ini dulu, nanti kalau bisa gue kabarin lo"
"Oke gue tunggu kabar lo"
"Iya"
Dimas dan Sinta pun pulang, Dimas mengantarkan Sinta pulang.
"Hati-hati ya lo" kata Sinta
"Iya"
"Makasih udah anterin gue"
"Sama-sama"
Dimas pun pulang, sedangkan Sinta masuk ke dalam Rumahnya.
Misal.
"Aku selingkuh juga karena kamu yang terlalu sibuk dengan dunia kamu sendiri." teriak Herman tak kalah menggelegar.