Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
...****************...
Akademi Scarelion
Anthea turun dari kereta kuda dengan lambang khas kediaman Duke Millard yang terukir indag di pintunya. Deretan bunga berwarna lembut menghiasi jalan setapak menuju asrama akademi, menyambut para putri dan pemuda dari kalangan bangsawan.
Dua pelayan Anthea mengikuti di belakangnya, masing-masing membawa peti-peti berisi pakaian dan perhiasan yang menggambarkan kemewahan keluarga Millard. Namun, Anthea tahu ini akan menjadi saat terakhir ia merasakan kenyamanan dibantu pelayan; di akademi, aturan ketat melarang semua siswa bangsawan membawa pelayan pribadi.
Langkah-langkah kakinya terdengar ringan di lorong asrama, hingga akhirnya ia tiba di pintu kayu berukir dengan nomor kamarnya. Dengan napas tertahan, ia mendorong pintu itu perlahan dan mendapati seorang gadis sedang membereskan tempat tidur di sisi ruangan lainnya. Gadis itu berbalik, menampakkan senyum ramah yang seakan-akan membawa kehangatan musim semi ke dalam ruangan.
"Salam kenal, aku Shenina dari bangsawan Marquess Alter," ucap gadis itu, suaranya jernih dengan nada percaya diri. Anthea mengangguk, senyum tipis terulas di bibirnya.
Menyadari sesuatu, Anthea mengerutkan dahinya, “Alter? Kau dari keluarga Ratu?” Tanya Anthea, Ratu Valery memang berasal dari bangsawan Marquess Alter.
Gadis itu—Shenina mengangguk, “Benar, ibuku adalah sepupu Ratu Valery,”
"Aku Anthea, Putri Duke Millard," balas Anthea memperkenalkan diri.
“Ya, aku sudah tau, Putri. Suatu kehormatan aku bisa se kamar dengan Putri Mahkota Kerajaan ini,” Gadis bernama Shenina itu sedikit menunduk memberikan salam penghormatan pada bangsawan yang lebih tinggi darinya.
“Santai saja, Lady Shenina. Kedepannya kita akan bersama di ruangan ini, cukup panggil namaku saja,” Pinta Anthea, gelar Tuan Putri yang belum lama ia dapat seolah membuatnya jauh dari lawan bicaranya.
“Baiklah, Anthea. Begitu pula denganmu,”
Anthea mengangguk, setelah berkenalan dengan teman barunya, Anthea meminta dua pelayannya meletakkan barang-barang milik Anthea di salah satu lemari sisi tempat tidur barunya. Keduanya pamit pergi setelah majikan mereka mempersilahkan.
“Kamar ini cukup luas ya,” Ujar Anthea memperhatikankamar barunya, ia pikir akan sangat kecil dengan tempat tidur bertingkat, ternyata ada ranjang masing-masing dan keperluan lain, hampir mirip seolah 2 kamar dijadikan satu.
“Tentu saja, gedung ini di khususkan untuk bangsawan, untuk rakyat biasa di gedung sebelah,” Jawab Shenina, gadis itu terlihat tengah membereskan pakainnya di lemari, berbeda dengan milik Anthea yang telah di rapikan pelayannya.
“Ah, begitu. Aku pikir benar-benar tidak ada diskriminasi di sini.”
Shenina mengangguk, “Awalnya aku pikir juga begitu. Tapi sepertinya itu hanya berlaku di kelas nanti,”
Anthea beranjak menuju jendela, kamarnya ada di lantai dua. Jendela ini berhadapan langsung dengan gedung utama akademi.
Di sinilah, di akademi Scarelion ini, mereka akan menghabiskan waktu bersama tanpa hiruk pikuk para pelayan dan keistimewaan status bangsawan. Di sini, semua harus berdiri dengan kaki mereka sendiri.
***
Pagi ini, selesai mengisi tes pengetahuan dasar untuk pembagian kelas, Anthea dan Shenina mengarahkan langkah menuju Pavilion Rotter, sebuah tempat yang terkenal dengan aneka makanan ringan dan minuman penyegar, tempat para siswa berbagi cerita setelah sesi akademi yang panjang.
Jika di dunia modern, Pavilion Rotter ini seperti kantin versi elit. Paviliun Rotter berdiri megah dengan pilar-pilar marmer putih berhias ukiran dedaunan emas. Suara riuh siswa, tawa yang ceria, dan dentingan cangkir yang beradu menciptakan suasana meriah di dalamnya. Aroma teh herbal dan manisan apel yang menguar membuat siapa pun merasa nyaman sejenak, menyegarkan pikiran setekah ujian yang baru berlalu.
Namun, tak lama setelah mereka masuk, Anthea menangkap pemandangan yang tidak asing untuk dilihat. Di sudut ruangan, sekelompok gadis berpakaian mewah mengerumuni seorang siswi dengan gaun polosnya.
Tubuh Anthea menegang sejenak, mengetahui siapa gadis yang tengah di rundung itu melihat ciri-cirinya.
Dia, Ressa. Batin Anthea. Gadis itu adakah Pemeran Utama di dunia ini.
Di antara mereka, seorang gadis bangsawan yang tampak lebih mencolok dari yang lain, Lady Clarissa, berdiri dengan seringai angkuh. Gaun merah tua dengan renda emas yang dikenakannya berkilauan di bawah cahaya lampu kristal.
“Jadi, apa alasanmu datang ke akademi ini?” tanya Clarissa dengan nada sinis, jemari halusnya menyentuh dagu gadis itu dengan sikap merendahkan. “Apakah kau berharap dapat memiliki pengetahuan setara dengan kami hanya karena keberuntungan mendapat beasiswa?”
Ressa, gadis itu menundukkan kepala, menahan tangis yang mengambang di pelupuk matanya. Tangannya yang gemetar mencengkeram erat nampan kosong yang sejak tadi berusaha ia amankan. Ia bukanlah rakyat jelata, tetapi bangsawan dengan kasta terendah.
Tidak semua bangsawan kaya dan tidak semua rakyat biasa miskin.
Beberapa siswa lain di sekitar hanya bisa menonton dalam diam, takut terseret ke dalam amarah Lady Clarissa yang terkenal tak kenal ampun, gadis itu adalah bangsawan Marquess dan salah satu keponakan Duke.
“Kau bahkan tidak tahu bagaimana harus bersikap, lihat dirimu,” Clarissa melanjutkan, menarik nampan itu tiba-tiba terjatuh ke tubuh gadis itu. Melihatnya yang kotor akan makanan, Tawa kejam gadis-gadis di sekelilingnya meledak, memecah suasana Pavilion Rotter yang biasanya damai.
Mata Hazel Anthea menangkap pemandangan itu dengan datar, ternyata diskriminasi di sini sangat kental. Sebenarnya Anthea tak perlu heran, di masa ini kasta saja masih sangat di pandang.
“Bukankah itu Lady Anthea? Putri Duke Millard?”
“Apa-apaan panggilan mu itu, dia itu Putri Mahkota. Sepertinya kita cukup beruntung karena satu angkatan dengan calon Ratu.”
“Wah, aku baru melihatnya dari dekat. Benar-benar cantik ya,”
“Benar, Lady Clarissa yang katanya gadis tercantik di akademi ini tidak ada apa-apanya.”
“Seandainya aku lebih dulu dari Pangeran Mahkota, aku pasti sudah melihatnya,”
Saat Anthea dan Shenina memasuki Paviliun, tak sedikit mata yang memandang dua gadis cantik itu, terlebih Anthea. Bisik-bisikan tentangnya mulai terdengar. Tanpa perlu perkenalan, semua bangsawan Scarelion sudah melihatnya di pesta pertunangan Anthea bulan lalu.
Lady Clarissa yang menyadari arah atensi semua orang menoleh, pandangannya beradu dengan mata Hazel Anthea, Satu-satunya gadis dengan status bangsawan lebih tinggi darinya.
Anthea dan Shenina mendekat, menatap prihatin pada Ressa, gadis yang menjadi tertawaan tadi.
“Pergilah, bersihkan dirimu,” Ujar Anthea.
Gadis itu mendongak, “Terimakasih, Lady.” Gumamnya menyadari ada gadis bangsawan yang berbaik hati menolongnya dari Clarissa yang telah satu tahun ini menganggunya.
“Ah, senang rasanya dapat bertemu Putri Mahkota di sini,” Suara dari Clarissa terdengar, wajah sinisnya tak dapat disembunyikan saat melihat Anthea.
“Tentu, Lady,” Suara Anthea terdengar sedikit mengambang di udara, ia tak tau gadis ini dari bangsawan apa.
Dan Clarissa menyadari itu, ia diam-diam mengepalkan tangan menggeram, bisa-bisanya ada yang tidak mengenal dirinya di sini. Salah satu teman Clarissa berbisik di sebelahnya ditutupi kipas merahnya.
“Jangan membuat masalah dengannya, Clarissa,” Ujar teman Clarissa.
“Perkenalkan, Putri Anthea. Aku Clarissa Serein Yar Volta, Putri dari bangsawan Marquess Volta,” Ujar Clarissa, terselip nada sombong dari suaranya.
Oh ya? Lalu aku harus apa?? Batin Anthea malas.
“Aku tau kau adalah Putri Mahkota, tapi kau masih tingkat satu, aku harap kau bisa menjaga sikap di akademi ini,” Lanjut Clarissa. Ia adalah siswa tingkat 2 saat ini.
“Pfttt,” Suara tawa tertahan itu berasal dari Shenina, ia langsung ditatap tajam oleh Clarissa.
“Ah, apa aku harus memperkenalkan diri juga? Namaku Bilqis Shenina Ren Alter.” Ujar Shenina.
Beberapa orang di sekitar mereka cukup terkejut, tanpa perlu Shenina menjelaskan orang-orang sudah tau bahwa ia adalah keluarga Ratu dan sepupu jauh dari Pangeran Kerajaan.
“Sial,” gumam Calarissa menyadari kedua gadis ini bukanlah tandingannya.
“Ayo kita pergi,” Ujar Clarissa menatap kedua temannya, atau mungkin para kacungnya.
“Tunggu,” Suara Anthea mengurungkan langkah Clarissa.
Dengan senyuman tipis Anthea melanjutkan, “Pemandangan seperti tadi, kedepannya aku tidak ingin melihatnya lagi.” Pintanya.
Tanpa menjawab Clarissa berlalu pergi, berbeda dengan dua temannya yang sedikit menunduk pada Anthea lalu menyusul.
“Cih, benar-benar tidak sopan,” Ujar Shenina.
“Sudahlah, biarkan saja.” Untungnya Anthea tak gila hormat, gadis itu membiarkan.
Ngomong-ngomong, apa Ressa tadi baik-baik saja? Batin Anthea.
***
tbc.
Maaf kalau banyak typo, gak sempet edit gess.