EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Ibu atau Mami ?
"Pak Dion," ucap Reni dengan mimik wajah terkejut melihat Dion pulang lebih awal. Sebab yang ia tahu, Dion akan pulang besok bukan hari ini.
"Disya kenapa Ren? Mana Maminya?" tanya Dion dengan wajah penuh cemas berjalan ke arah ranjang putrinya berada.
"Pa_pi. Atu tanen Mami," cicit Disya dengan nada terbata-bata seraya masih sesenggukan.
Dion pun memeluk dan menciumi putrinya itu. Hati Dion mencelos melihat putrinya sakit.
"Iya sayang," jawab Dion singkat. Sebab ia juga bingung ingin bicara apa dengan Disya tentang keberadaan Maminya. Sedangkan dirinya sendiri belum jelas. Ia tak tahu apa pun kondisi yang terjadi di dalam rumahnya.
Raganya tengah letih dari perjalanan luar kota untuk mengembangkan bisnisnya yang cukup menguras pikiran dan tenaganya. Berharap di rumah untuk istirahat agar besok dirinya bisa beraktifitas kembali dengan baik. Namun sepertinya ia tengah diuji untuk tak bisa beristirahat dengan tenang karena putrinya sedang sakit.
"Saya juga enggak tahu tentang keberadaan istri Bapak. Tadi pagi pas saya ke sini, Bik Ima sudah panik dan bingung karena ponsel Bapak dan Binar tidak aktif semua. Disya mendadak demam dan rewel mencari Maminya terus. Bik Ima sekarang sedang mengantar dan menemani Devina di sekolah. Saya tadi mau kompresin Disya sekaligus menyuapinya sarapan. Tapi putri Bapak masih rewel jadinya semuanya dibuang begini. Maaf Pak," ucap Reni.
"Dica gak mau ama antee, Pi. Dicaa mau na Mami aja. Mami... huhu..."
"Cup...cup...cup... sayangnya Papi. Mami lagi kerja. Nanti sore, Mami pasti sudah pulang ya sayang. Sekarang Disya harus dikompres biar cepat sehat. Harus sarapan juga ya biar perutnya enggak kosong. Mau ya disuapi Papi dulu. Nanti Mami pulang, Disya sama Mami." Dion berusaha membujuk Disya.
"Pon Mami bental, Pi. Dicaa anen," rengek Disya dengan hidung naik turun karena terus menangis.
"Iya, nanti telepon ke Mami. Sekarang ponsel Papi kan low bat jadi harus di charger dulu ya sayang. Setelah Disya makan baru boleh telepon Mami," ucap Dion.
Disya pun menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui saran Papinya.
Setelah berhasil ditenangkan dan juga sarapan. Kini Disya pun tertidur pulas kembali usai meminum obat dan dahinya tengah di kompres.
Dion sudah menghubungi ponsel Binar di depan Disya namun masih tidak aktif. Alhasil Disya sempat menangis terus dan merengek mencari Maminya. Karena lelah dan pengaruh obat demam akhirnya Disya pun tertidur dengan sendirinya.
Dion dan Reni pun keluar dari kamar Disya. Kini keduanya duduk di ruang tamu. Bik Ima masih berada di sekolah Devina. Menunggu hingga selesai.
"Ini berkas dari kampus, Pak. Dan minggu depan ada undangan seminar di Medan selama tiga hari," ucap Reni seraya menyodorkan berkas dan undangan seminar pada Dion.
"Makasih, Ren. Untung kamu ke rumah pagi ini. Kalau enggak, aku gak bisa bayangin kerepotan Bik Ima ngasuh si kembar yang sangat aktif. Terlebih Disya lagi sakit. Binar juga ke mana sih? Anak sakit malah sibuk kerja saja. Huft !!" gerutu Dion.
Saat di ruang tamu, Reni sempat menyampaikan bahwa Binar ke rumah sakit. Hanya saja dia kurang tahu kenapa malam-malam Binar ke rumah sakit. Tentu saja Dion berpikir Binar bekerja.
Dion mengira Binar meninggalkan Disya yang tengah sakit demam. Dan lebih memilih mementingkan pekerjaannya sebagai dokter di rumah sakit daripada mengurus anaknya di rumah yang sedang sakit. Sebab Reni tak menjelaskan secara detail kronologi waktu kapan Disya sakit pada Dion. Dan kesalahpahaman pun terjadi di benak Dion.
☘️☘️
Tak berselang lama Reni pun pamit karena harus pergi ke kampus. Setelah mobil Reni meninggalkan rumah Dion, Bik Ima pulang bersama Devina.
"Papi," ucap Devina menyapa Dion.
Devina langsung mencium tangan Papinya dan Bik Ima pamit ke belakang meninggalkan Dion dan Devina bercengkerama hangat di ruang keluarga.
"Anak cantik Papi sudah pulang. Sekolahnya gimana sayang?"
"Baik, Pi. Cuma aku kesel sama Reno. Dari tadi nyariin Disya mulu. Udah aku bilang Disya sakit tapi masih tanya-tanya terus. Huh !!" keluh Devina.
"Reno teman sekolah kalian? Yang mana ya anaknya kok Papi lupa-lupa ingat," ucap Dion.
"Anaknya song ong abis pokokna, Pi. Sok kecakepan. Masih ganteng Papi," cerocos Devina tanpa sadar.
"Haha...tumben anak Papi yang biasanya pendiam ini, eh sekarang sibuk ngomel. Mirip banget sama Ibu kalau lagi ngomelin Papi," ucap Dion seraya tertawa melihat tingkah Devina yang menggemaskan.
"Papi suka Ibu apa Mami?" tanya Devina tiba-tiba.
Deg...
Bersambung.
🍁🍁🍁
BANTU LIKE💋
Terima kasih utk karyanya Kak 🙏🏼💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya terbarunya 💪🏼🥰