Jian Lushi menjadi salah satu korban tewas, dalam kecelakaan tabrakan mobil beruntun.
Akibatnya, jiwanya mengalami perjalanan melintas waktu ke dimensi lain.
Kemudian jiwanya masuk kedalam raga seorang gadis petani malang, yang tanpa sengaja mati akibat ulah saudaranya sendiri.
Yuk ikuti perjalanan Jian Lushi, dalam menjalani kehidupan barunya di dunia asing.
Mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Menjual Buah
"Tentu saja. Kenapa?" tanya Beichen. Matanya menatap Lushi yang dengan santai memasukan uang kedalam tas kainnya.
"Tidak apa-apa, tuan. Karena saya sudah tau kalau apotek anda memberikan harga yang adil. Kemungkinan nanti kalau saya memiliki tanaman obat lagi, saya akan langsung mencari apotek Fu, milik anda. Untuk menukarnya dengan uang." jawab Lushi jujur.
Mendengar ini, Beichen menatap Lushi dengan tidak percaya. Gadis kecil di depannya ini, sepertinya memang penyuka uang.
"Karena transaksi sudah selesai, dan masih ada sesuatu yang harus saya lakukan. Saya mohon pamit undur diri dulu, tuan Fu." lanjut Lushi. Kemudian berdiri, memberi hormat sewajarnya, kemudian keluar ruangan.
Setelah dari apotek, Lushi mengulangi kegiatan menyetok beberapa barang. Terutama makanan matang yang siap makan, roti, kue, makanan ringan, dan camilan.
Ketika Lushi masuk ke toko kue, bibi penjual kue mengenali Lushi. Lalu dia menyapa dan bertanya.
"Selamat datang. Hei gadis kecil, bukankah kau yang datang ke sini siang tadi?"
"Benar bibi.... Aku tidak menyangka, bibi langsung bisa mengenaliku. Padahal aku baru pertama ke sini." jawab Lushi sambil tersenyum.
Lushi tidak menyangka bibi penjual kue ini memiliki ingatan yang cukup bagus. Padahal penjual lain yang tadi dia temui, hanya akan memberikan apa yang dia beli, kemudian selesai begitu saja, mereka tidak akan terlalu berinteraksi.
"Jangan salah, ingatan bibi ini sangat tajam. Kau tau..." ucap bibi itu sedikit membual, dengan ramah.
"Aku percaya, ingatan bibi memang tajam. Setajam pisau." jawab Lushi sambil tersenyum.
Mendengar jawaban lushi, bibi itu hanya tersenyum. Kemudian segera bertanya, "Apa yang ingin kau beli kali ini, bibi akan membungkuskannya untukmu."
"Aku ingin semua rasa, masing-masing sepuluh biji, bibi."
"Oh banyak sekali. Apa yang kau beli tadi siang sudah habis? Kue buatan bibi hanya bisa di simpan paling lama dua hari." kata bibi penjual kue.
Dia mengingatkan Lushi seperti mengingatkan pembeli lainnya. Karena kue buatannya tidak menggunakan bahan pengawet, jadi tidak bertahan lama. Dan dia tidak ingin mengecewakan pelanggan.
"Tidak apa-apa bibi. Aku hanya bertugas membeli kue." jawab Lushi santai.
Kan, nanti kuenya akan di simpan di ruangannya, jadi akan tetap baru dan segar.
Setelah mendengarkan jawaban Lushi, bibi itu langsung mengemas kuenya. Kemudian Lushi membayar, dan keluar dari toko.
"Hati-hati gadis. Jangan lupa mampir ke toko bibi lagi..." ucap bibi itu sebelum Lushi meninggalkan toko kuenya.
Setelah menyimpan kuenya, Lushi masuk ke toko sepeda. Tak lama kemudian dia keluar dengan menuntun sepeda baru. Dia menghabiskan hampir 1.000 Yuan, untuk sepeda barunya. Tapi tidak masalah, nanti dia pasti akan menghasilkan banyak uang lagi.
Untungnya di kehidupan sebelumnya, Lushi sudah terbiasa bersepeda. Jadi kali ini dalam sekali percobaan, dia langsung bisa menyeimbangkan laju sepedanya dengan baik.
Akhirnya Lushi berkeliling jalanan kota kabupaten, menggunakan sepeda barunya.
Hari sudah gelap, ketika Lushi kembali ke penginapan. Sebelumnya dia sudah terlebih dahulu menyimpan sepedanya di ruangan. Setelah mengunci pintu kamar, dia langsung memasuki ruangan.
Kali ini Lushi langsung menanam benih-benih yang di belinya siang tadi. Setelah selesai berurusan dengan benih, Lushi kembali mengambil alat pertukangan.
Tanpa penundaan, dia langsung memotong dan memecahkan beberapa bambu menjadi empat bagian. Kemudian membuat pagar sederhana, untuk kandang ayam dan kandang bebek.
Tadi saat bersepeda, Lushi tidak sengaja bertemu dengan penjual unggas. Jadi dia membeli lima pasang anakan ayam, dan lima pasang anak bebek. Semua itu akan di besarkan dan di kembangbiakan di ruangannya.
Dengan begini, dia tidak akan takut kekurangan telur dan daging. Dia juga berencana memelihara kambing, domba, dan sapi, di ruangannya.
Setelah menyelesaikan semuanya pekerjaannya, Lushi pergi tidur.
Ketika bangun, di dunia luar sudah menunjukan jam lima pagi.
Kali ini Lushi berencana menjual buah-buahannya di pasar. Meskipun tidak akan busuk jika di simpan di gudang di rumah kayu. Tapi Lushi ingin segera mencoba menjualnya. Kalau tidak laku, bisa di simpan lagi. Dan jika laku, uangnya akan bertambah banyak.
Sebelum pergi ke pasar, Lushi mengembalikan kunci kamar pada pegawai penginapan. Dan tak lupa menitipkan surat untuk kakek Wang. Karena kemungkinan besar, pagi ini akan ada banyak orang yang datang mencarinya.
Setelah dekat dengan pasar, Lushi mencari gang sepi. Kemudian mengeluarkan dua keranjang bambu tertutup daun. Sebelum ada banyak orang di jalan, Lushi segera membawa keranjangnya di depan dan belakang.
Ketika menemukan lokasi yang strategis, Lushi menurunkan keranjangnya. Dengan sekali lambaian tangan, dua keranjang itu langsung penuh dengan buah apel dan persik.
Setelah berpura-pura mengeluarkan timbangan dari dalam keranjang. Lushi kemudian mulai berteriak.
"Buah... Buah segar... Buah apel dan persik segar... Apelnya merah, besar, manis, segar dan berair... Persiknya juga besar, manis, segar dan berair... Ayo di pilih.. Di pilih..."
"Ayo.. Ayo... Nyonya-nyonya, tuan-tuan, bibi-bibi, kakak-kakak...Ada Buah apel merah dan persik... Silakan di beli... Di beli..."
"Jangan ragu.. Jangan bimbang... Stok terbatas... Ayo ayo... Siapa cepat dia dapat... Jangan sampai menyesal..."
Lushi berteriak tanpa malu-malu. Dia menirukan beberapa sales yang dulu pernah di temuinya ketika menawarkan barang dagangannya.
Benar saja teriakannya menarik perhatian banyak orang. Mereka segera mendekat, dan melihat buah-buahan yang di jual Lushi.
Melihat buah apel dan persik benar-benar besar dan merah, di tambah aroma manis alami yang keluar dari kedua buah tersebut. Mereka langsung ngiler.
"Oh harum sekali... Benar-benar merah dan besar." ucap seorang bibi.
"Nona, berapa harga apel dan persik yang kau jual ini?" lanjutnya lagi.
"Apel dan Persik yang saya jual berkualitas premium, bibi. Harganya hanya 5 Yuan per kilo." jawab Lushi sambil tersenyum.
"Apa? 5 Yuan? Kenapa mahal sekali? Di tempat lain apel dan persik tidak semahal ini." ucap seseorang setelah mendengar harganya.
"Benar, mahal sekali. Aku tidak jadi beli saja."
"Nona apa kau ingin merampok uang kami?"
"Sabar.. Sabar .. Semuanya tenang... Saya akan memberikan anda semua kesempatan untuk mencicipinya terlebih dahulu. Baru memutuskan untuk membeli atau tidak. Saya tidak pernah memaksa." ucap Lushi keras namun tenang.
Di hadapan banyak orang, Lushi dengan cekatan mengambil satu dari masing-masing apel dan persik. Mencuci kedua buah tersebut menggunakan air yang sudah di siapkan. Setelah mengupas dan memotongnya menjadi kecil-kecil, dan menaruhnya di piring. Dia menyiapkan tusukan dari bambu seukuran tusuk gigi.
Setelah menyiapkan semuanya, dia mempersilakan orang-orang yang hadir untuk mencicipi.
"Kenapa rasanya...."
bunga mendarat/Rose//Heart/