Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Laras
"Lalu apa hubungannya dengan sekretaris abang?" tanya Laras kesal
"Sekretaris itu adalah anak dari wanita itu, ia ingin balas dendam. Dengan cara, menghancurkan perusahaan dan juga rumah tangga abang. Sudah ada beberapa file penting, yang ia curi dan sembunyikan. Maka dari itu abang mempertahankan wanita itu, sampai abang bisa mengambil kembali file tersebut." jawab Bima, Laras mengeratkan pegangannya pada stir mobil.
Ia menghentakkan kepalanya, pada sandaran jok beberapa kali. Marah dan kesal menjadi satu, sejak kapan abangnya jadi sebodoh ini?
"KENAPA ABANG TIDAK BILANG KE LARAS DARI AWAL?" teriak Laras marah, ia kecewa dengan sang abang
"Karena abang pikir, abang bisa menyelesaikannya sendiri."
"DENGAN MEMBIARKAN, KAK RAYA STRESS DAN TERTEKAN. BAHKAN KINI DIA TERANCAM KEGUGURAN, KARENA PENDARAHAN." Laras meluapkan amarahnya
DEG
"APA ABANG TAU, KALO SELAMA INI KARYAWAN DI PERUSAHAAN MENJELEK-JELEKKAN KAK RAYA?" tanya Laras penuh penekanan, seraya menghentikan mobilnya.
Bima terdiam, ia menggelengkan kepalanya.
"AAAAAAAAAAAA" Laras benar-benar marah, sangat marah. Ia mencengkram stir mobil
"Apapun alasannya, Laras benar-benar kecewa sama abang. Padahal abang tau, kalo Laras bisa menyelesaikan ini hanya dalam waktu sekejap. Tapi abang malah membiarkan nya berlarut-larut, sampai 3 bulan. Tiga bulan baaaang!!! Laras akan menghancurkan wanita itu, dia akan benar-benar hancur. Jangan kan untuk kembali bangun, bahkan untuk mengesot pun ia takkan bisa." tatapan Laras penuh dengan kekecewaan dan Bima bisa melihatnya.
"Maaf" air mata Bima pun jatuh, ini salahnya. Ia hanya berpikir, untuk tidak selalu melibatkan Laras. Tapi ternyata keputusannya salah, kini istrinya menjadi korban dari kebodohannya.
Menyesal? Tentu saja, bahkan ia sangat sangat menyesal.
"Kalau sampai terjadi apa-apa pada kak Raya, abang akan menerima hukumannya dari Laras. Berdoalah, agar kak raya juga anak yang ada dalam kandungannya selamat. Laras tak peduli, bila abang adalah kakak kandung Laras. Bahkan Laras rela menukar abang dengan kak Raya, meski Laras sangat menyayangi abang." Laras keluar dari mobil, karena mereka sudah tiba di parkiran rumah sakit.
BRAAKK
Bima berjingkat, karena terkejut dengan bantingan pintu mobil. Ia pun segera keluar, menyusul Laras untuk masuk ke dalam rumah sakit.
.
.
"Bagaimana kondisi kak Raya ma?" tanya Laras, saat sudah ada di depan IGD.
Kedua orang tuanya, tengah duduk di kursi tunggu. Ajeng yang sedang menangkup wajahnya, menggunakan kedua telapak tangannya langsung menegakkan tubuhnya dan membukanya. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya, bukan menuju Laras. Namun ia berjalan mendekati Bima, dan..
PLAK
Laras dan Arjuna terkejut, ini merupakan kali pertama sang ibunda ratu, melakukan kekerasan fisik pada anak-anaknya.
"BAGAIMANA BISA KAMU SEBODOH INI BIMA" teriak Ajeng, seraya menarik kerah kemeja Bima. Bima hanya diam, menatap wajah sang mama dengan tatapan penuh penyesalan.
"Beruntung mama dan papa tidak terlambat membawa istrimu, sehingga anak dan istrimu baik-baik saja. Meski akhirnya harus bedrest, benar-benar tak boleh turun dari ranjang. Istrimu depresi Bimaaaa... ISTRIMU HAMPIR GILA" ucap Ajeng, dengan berteriak di akhir kalimat.
Ada perasaan lega, namun tetap perasaan bersalah dan menyesal yang paling dominan. Istri dan calon anaknya baik-baik saja, syukurlah. Tubuh Ajeng merosot, ia menangis sembari duduk di lantai. Ia sangat ketakutan tadi, kilasan masa lalu berkelebat. Di saat dirinya juga merasakan tertekan, saat tengah hamil Laras dulu.
"Ma, sudah ma. Ini memang bukan murni kesalahan abang, namun ini memang kebodohan abang." ucap Laras menenangkan sang mama, Ajeng yang masih sesenggukan menoleh pada Laras. Laras mengangguk dan tersenyum, kini hatinya lega karena kakak iparnya baik-baik saja. Laras akan mendampingi kakak iparnya, ia akan membawa Raya konseling pada Psikiater.
Laras membantu sang mama untuk bangun, ia mengajak Ajeng untuk kembali duduk di kursi.
"Apa maksudmu tadi?" tanya Arjuna
"Pa.. ini semua masih berhubungan dengan masa lalu mama dan papa" jawab Laras, membuat kedua orang tuanya mengerutkan dahi
"Cassandra"
DEG
"Cassandra, wanita yang sama?" Laras mengangguk
"Ternyata wanita yang menjadi sekretaris abang, adalah putri dari wanita itu. Ia berniat membalaskan dendam ibunya, melalui abang. Menghancurkan perusahaan dan juga menghancurkan rumah tangga abang, dengan cara mencuri file perusahaan dan membuat kak Raya tertekan. Menyebarkan berita bohong, berharap kak Raya gila. Dan abang membencinya, lalu menceraikan kak Raya." jawab Laras
"APA?!" teriak Arjuna dan Ajeng serempak
"Tentang perusahaan, benar. Namun tentang kak Raya, itu adalah tebakan Laras. Dan Laras yakin, tentang hal ini. Laras yakin 100 %, bahkan 1000 %. Bahwa wanita itu merupakan Asep Sunandar, dari penyebaran berita palsu mengenai kak Raya." ucap Laras, membuat ketiga orang di sana mengerutkan dahi bingung.
"Ohh... maksudmu dalang." Laras mengangguk, Arjuna menggelengkan kepalanya. Antara ingin tertawa dan kesal, menjadi satu karena ucapan Laras. Dalang cepot di bawa-bawa, sebenarnya putrinya ini benar-benar bisa serius apa tidak?
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Ajeng
"Ck.. menghancurkannya lah ma, menghancurkan dia sampai menjadi remahan yang tak berarti. Bukan hanya wanita itu, aku juga akan menghancurkan seluruh keluarganya. Akar permasalahannya adalah, selama mereka memiliki harta. Maka akan mudah bagi mereka, untuk menjalankan rencananya." jawab Laras
Ajeng dan Arjuna mengangguk setuju, uang memang bukan segalanya. Tapi segalanya, membutuhkan uang.
"Lakukan" ucap Ajeng, yang memang masih menyimpan dendam pada wanita itu.
.
.
"Bubun mana sayang?" tanya Bintang celingukan, yang baru saja selesai mandi. Ia pun ikut berkumpul dengan anak dan keponakannya, di ruang bermain.
"Inda tau, watu Jala banun tidul udah inda ada." jawab Zara, seraya menggambar.
Bintang memilih mengambil ponselnya, di lantai. Lalu menghubungi sang istri, tadi ia tidak menghubungi, karena berpikir Laras ada di rumah.
Panggilan pertama, tidak di angkat. Panggilan kedua..
ceklek
'Assalamu'alaikum yah, bunda di rumah sakit. Maaf tadi ga bilang ke yayah, karena urgent,'
"Wa'alaikum salam bun, ada apa? Siapa yang..
'Kak Raya hampir keguguran, tadi ia pendarahan. Karena kebodohan seseorang, nyaris membuat gila istrinya.' Bima hanya diam, ia tak menyela ataupun protes.
"Apa yayah perlu menyusul?" tanya Bintang
'Apa bang Ke dan kak Nuri sudah pulang?'
"Sudah"
'Kalo gitu, titipin anak-anak ke bang Ke. Yayah ke sini bawa laptop bubun, ada hal yang harus bubun lakukan. Bubun tak bisa menundanya lagi, ini semua harus selesai sekarang juga.' mesti tidak paham dan juga penasaran, Bintang pun mengiyakan permintaan Laras.
Panggilan pun selesai, Bintang meminta ijin pada kedua anaknya untuk menyusul bubun mereka. Tanpa memberitahukan, bila Raya masuk rumah sakit. Mereka yang sedang asyik, dengan kedua sepupunya mengiyakan.
"Ada om Ken dan onty Nuri, kalo ada apa-apa bilang saja sama om dan onty. Ada mbak juga di rumah"
"Oteh yah, peldilah." jawab Zara, tak lupa Bintang mencium puncak kepala kedua anak dan kedua keponakannya.
.
.
...****************...
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading...
laras aneh aneh aja🤣🤣🤣🤣🤣🤣