Karena suatu kejadian yang tidak terduga, Carlina harus melahirkan anak kembar yang super jenius.
Carlina sendiri tidak tahu, siapa ayah dari anaknya tersebut. Namun kemunculan dua anak kembar tersebut membuat Arthur harus menyelidiki kejadian 8 tahun lalu itu.
Akankah semuanya terungkap? Apa sebenarnya hubungan mereka?
Penasaran? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Carla dan Carlos langsung masuk kedalam kamar, mereka ingin mencari tahu tentang Doni dan apa hubungannya?
Karena mereka tidak punya urusan dengan orang yang bernama Doni. Namun tiba-tiba mereka hendak di culik.
Carla dan Carlos membuka laptopnya masing-masing. Mereka mencari nama Doni, tidak butuh waktu lama, merekapun mendapatkannya.
"Ternyata kakek tua itu papanya wanita yang menculik mama," ucap Carlos.
"Hmmm, lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Carla.
"Perusahaan," jawab Carlos.
"Maksudnya bikin bangkrut?" tanya Carla.
"Tidak perlu, kita bekukan aset dan keuangan nya, setelah itu kita suruh papa mengakuisisi perusahaan tersebut. Dengan begitu, nasib para karyawan akan terselamatkan," jawab Carlos.
"Ternyata adikku pintar juga," ucap Carla.
Carla pun membekukan keuangan perusahaan milik Doni, dengan begitu, kartu kredit juga tidak bisa digunakan.
Dengan jari-jari kecil nya yang lincah mengetik keyboard laptopnya, ia dengan mudah membekukan keuangan perusahaan milik Doni.
"Selesai!" Carla meregangkan otot-otot seperti orang dewasa saja.
Mereka belum tahu jika Doni sudah diculik oleh pengawal bayangan. Karena mereka tidak melihatnya.
Carlina masuk, dan mengajak mereka untuk makan. Namun Carlos ingin mandi dulu, Carlina pun mengiyakan saja.
"Ayo sayang kita makan dulu!" Ajak Carlina.
"Tunggu adek dulu Ma, gak lama kok," ujar Carla.
Beberapa menit kemudian, Carlos sudah selesai mandi dan berganti pakaian rumahan. Hanya celana pendek dan baju kaos oblong.
Itupun sudah membuatnya sangat tampan, apalagi rambutnya di tata model cepak. nampak berantakan, namun terlihat cool.
Carlina menggandeng tangan anaknya kiri dan kanan menuruni anak tangga. Tiba di meja makan, mereka langsung duduk.
"Aku ambil sendiri saja, Ma," ucap Carlos.
Carlina tidak bisa membantah, iapun membiarkan anaknya melayani dirinya sendiri. Carla pun ikut-ikutan, gengsi dong sama adik.
"Setelah ini kalian istirahat ya," pinta Carlina.
"Nyonya, ada Nyonya dan Tuan besar datang," ucap pelayan melaporkan jika Diva dan Darmendra datang.
"Suruh ke sini saja Bik, biar makan bareng," ucap Carlina.
Pelayan pun ke ruang tamu untuk memanggil Diva dan Darmendra. Merekapun mengikuti pelayan ke ruang makan.
"Oma, Opa silahkan," ucap Carlina.
Diva tersenyum, cucunya tidak salah pilih istri. Begitu sopan kepada orang tua, itulah yang Diva suka.
"Bagaimana sekolah nya, sayang?" tanya Diva.
Saat ini mereka sudah berkumpul diruang tamu. Tadi selesai makan, Diva meminta Carlina untuk menemui nya diruang tamu.
"Sangat menyenangkan, Oma buyut," jawab Carla.
"Apa yang ingin Oma bicarakan?" tanya Carlina.
"Hanya ingin menanyakan tentang resepsi pernikahan kalian," jawab Diva.
"Buat yang sederhana saja Oma, lagi pula kami sudah memiliki anak," kata Carlina.
"Apa masalahnya jika sudah punya anak?" tanya Darmendra.
"Aku cuma malu Opa, nanti apa kata orang," jawab Carlina.
"Tidak ada yang berani mengatai keluarga kami," ucap Darmendra.
Carlina tersenyum, ia tau, tidak ada yang bersuara mengatakan keluarga Henderson. Hanya saja ia kurang percaya diri.
"Terserah Oma sajalah," kata Carlina akhirnya.
"Kamu memang wanita yang baik, beruntung cucuku mendapatkan mu," ucap Diva.
"Aku yang beruntung, Oma. Jika tidak mana mungkin aku melahirkan anak-anak super jenius," balas Carlina.
Darmendra tersenyum, garis keturunan nya tidak ada yang tidak jenius. Mungkinkah ini anugerah atau ujian Tuhan?
Tapi ia tetap bersyukur, Tuhan menyelamatkan nyawa anak-anaknya melalui tangan orang lain.
Jika tidak, mungkin garis keturunannya tidak sampai ketahap ini. Darmendra menganggap ini adalah takdir yang sudah digariskan.
Dengan mempertemukan jodoh yang sesungguhnya melalui anak-anaknya. Jika mengingat hal itu, kadang Darmendra merasa terharu.
"Kenapa?" tanya Diva lalu mendekati suaminya. Darmendra menggeleng, lalu memeluk istrinya.
"Opa buyut kok nangis?" tanya Carlos.
Dengan cepat Darmendra menghapus airmata nya, airmata nya keluar dengan sendirinya. Mungkin karena terharu.
"Opa cuma bangga dengan kalian, Opa tidak tahu berapa lama lagi Opa bisa hidup di dunia ini. Opa sudah tua, kini saatnya untuk kalian menjadi penerus keluarga ini," ucap Darmendra.
Diva yang mendengar itu semakin mempererat rangkulannya. Meskipun tidak ada yang tau kapan Tuhan memanggil kita, tapi Diva belum siap jika harus berpisah dengan suaminya.
Jika boleh meminta, biarlah mereka pergi menghadap Tuhan bersama-sama. Agar tidak ada rasa kehilangan.
"Opa jangan bicara begitu," ucap Carlina. Darmendra hanya mengangguk.
Dari luar rumah terdengar suara deru mesin mobil berhenti. Pelayan segera membukakan pintu.
Ternyata Lina dan Randy yang datang, kemudian disusul Arthur yang kebetulan juga baru pulang dari kantor.
"Kok bisa barengan?" tanya Carlina.
"Ketemu didepan tadi," jawab Lina.
"Apa pekerjaannya sudah selesai? Cepat sekali sudah pulang," tanya Carlina.
"Sudah dong," jawab Arthur sambil menaik turunkan alisnya ke arah anaknya.
"Paling cuma minta kita yang kerjakan," ujar Carlos.
Randy, Lina, Diva dan Darmendra saling pandang. Sejak kapan Arthur menjadi malas bekerja? Begitulah pikir mereka.
Sementara Arthur cuma nyengir saja, karena tebakan anaknya benar. Ya walaupun tidak sebanyak kemarin.
"Sejak kapan kamu jadi malas? Setahu papa kamu paling gila kerja," tanya Randy.
Tapi Arthur tidak menjawab, ia malah bertanya hal lain kepada anaknya. Sepertinya ia memang menghindari pertanyaan papanya.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Arthur pada kedua anaknya.
Keduanya menggeleng. "Penjahat nya masih belum cukup kuat," jawab Carla.
"Penjahat?" tanya Diva dan Lina serentak.
Carlina pun menceritakan tentang kejadian yang mereka alami tadi. Kemudian Arthur pun memperlihatkan rekaman video di ponselnya.
Merekapun tertawa melihat tingkah konyol Carlos saat melawan musuhnya. Hingga musuhnya tidak berkutik.
"Mirip sekali sama Arthur, hubby," kata Lina.
"Namanya juga anaknya," ujar Randy.
"Lalu bagaimana? Apa sudah diamankan?" tanya Darmendra.
"Sudah Opa, pengawal bayangan yang mengamankan mereka. Sudah pasti mereka akan lenyap tanpa jejak," jawab Arthur.
Diva merasa bersyukur anak dan cucunya hingga cicitnya semua belajar ilmu beladiri. Setidaknya bisa menjaga diri saat ada musuh.
Sejak dulu keluarga mereka selalu ada saja musuh. Entahlah, padahal mereka baik dan peduli terhadap sesama.
Hanya saja jika di usik, mereka akan lebih kejam. Diva meminta cicitnya untuk istirahat, tapi Carla dan Carlos menolak.
"Pa, cepat akuisisi perusahaan milik kakek tua itu. Kami sudah membekukan keuangannya," kata Carlos.
"Mengapa di akuisisi?" tanya Darmendra.
"Kasihan para karyawan yang tidak tahu apa-apa, setidaknya mereka tidak kehilangan pekerjaan," jawab Carla.
Diva dan Lina semakin bangga dengan kedua anak itu. Mereka pintar tapi juga peduli dan memikirkan nasib orang bawah.
Arthur pun akan mengakusisi perusahaan tersebut, ia akan membelinya disaat perusahaan itu akan bangkrut.
Dan akan menempatkan orang kepercayaan nya untuk mengelola perusahaan tersebut. Benar kata kedua anaknya, demi para pekerja yang tidak tahu apa-apa.
Yg aq nyaho mh kreker rasa keju 😁😁😁