Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
" Terimakasih mas" Adiba mengucapkan terimakasih pada Riki sebelum ia keluar dari mobil pria tampan tersebut.
" Aku yang harusnya berterimakasih pada kamu, karena telah menerima ajakan mbak Dea untuk makan siang bersama"
Adiba tersenyum mendengar ucapan Riki" di traktir makan masak ia saya nolak mas,kan ga ada doa menolak rezeki, yang ada doa bersyukur atas rezeki yang Allah berikan kepada kita " jawab Adiba di selingi candaan.
Riki mengangguk seraya tertawa kecil" aku kira kamu cuma bisa serius aja,ternyata kamu juga bisa bercanda"
" Saya bukan robot mas" balas Adian sebelum ia benar-benar keluar dari mobil Riki,Riki mengaguk dan ikut membuka pintu mobil nya,keluar bersama Adiba,berjalan beriringan namun berjarak.
" Sudah berapa lama kamu kenal mbak Dea?, kalian kelihatan akrab,mbak Dea juga kelihatan nyaman banget berteman dengan kamu, sampai-sampai dia sering cerita tentang kamu ke mama papa kami"
" Belum terlalu lama sih, mungkin hampir satu tahun gitu,mbak Dea baik banget sih orangnya " puji Adiba.
Riki mengangguk seraya tersenyum mendengar pujian Adiba untuk kakak nya" dia orangnya memang perhatian dan lemah lembut, keibuan juga,cocok deh dengan spesialis yang dia ambil"
Adiba mengangguk membenarkan ucapan Riki, keduanya berpisah di IGD,Adiba memasuki bagian tersibuk di rumah sakit, sedangkan Riki melanjutkan langkahnya menuju lantai teratas dimana ruangan pimpinan berada.
***
Di lain tempat..
Brak...
Abizar membanting beberapa berkas di depan nya,matanya menatap tajam beberapa petinggi perusahaan yang duduk di meja panjang berhadapan dengan nya, mereka berada di ruangan meeting.
" Apakah kalian sudah bosan bekerja di perusahaan ini ? Hem?" tanya Abizar dengan suara dingin.
" JAWAB" bentak Abizar dengan suara menggelegar membuat beberapa petinggi itu bergetar.
"Tidak tuan, maafkan ke teledor ran kami" ucap mereka gugup, keringat bercucuran di wajah mereka, mereka sudah percaya isu tentang kekejaman putra pemilik FG grup itu, sebelumnya mereka belum pernah bertemu dengan pengusaha muda yang di juluki sebagai macan nya Eropa itu,dan satu tahun ini mereka merasakan di bawah pimpinan nya.
" Bereskan barang-barang kalian tinggalkan perusahaan ini" perintahnya tajam.
" Tuan tolong jangan pecat kami tuan,kami janji akan memperbaiki semuanya dan secepatnya,tolong beri kami kesempatan satu kali saja lagi tuan,kami mohon" seorang manajer senior memohon dengan sangat hati-hati.
Abizar tak menjawab, ia meninggalkan ruangan itu " Jhon...urus mereka" perintahnya pada sang asisten.
"Baik tuan muda " patuh Jhon menjawab dengan cepat.
" Kalian semua saya beri waktu sampai besok pagi selesaikan semuanya,saya tunggu di ruangan saya" perintah Jhon pada beberapa petinggi perusahaan itu,ia tau mereka adalah karyawan paling berkualitas yang sudah bekerja cukup lama di FG group.
Jhon meninggalkan ruangan meeting,ia segera menuju ruangan sang bos,mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk,saat setelah mendengar jawaban dari sang bos yang memberikan izin untuk nya masuk , barulah Jhon masuk.
" Tuan membutuhkan sesuatu?" tanya Jhon hati-hati, ia tau bos mudanya itu tengah tidak baik-baik saja,ada sesuatu yang mengganggu pikiran sang bos,dan pikiran nya tertuju pada satu orang.
" Jemput dia di FG hospital,saya menginginkan nya" perintah Abizar tegas.
" Ta-tapi untuk apa nona di rumah sakit tuan? Apakah nona sakit?" tanya Jhon berpura-pura tidak tahu,ia masih mencoba melindungi Adiba,wanita yang ia akui sebagai nona mudanya.
" Kamu ga perlu membohongi saya lagi Jhon,selama ini kamu membohongi saya kan?" tuduh Abizar tegas.
Jhon memasang wajah bingung" mana berani saya membohongi anda tuan, data yang saya dapatkan memang seperti itu " jawab jhon cepat.
" Keluar..gajimu bulan ini saya potong sepuluh persen" usir Abizar tanpa basa-basi.
Jhon mengangguk patuh,ia segera membalikkan badannya meninggalkan sang bos ' ternyata dugaan ku benar,nona muda lah yang menjadi sumber masalahnya,aduh non non..kenapa lagi sih? Aku deh yang jadi korban' batin Jhon.
Abizar memejamkan matanya seraya memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing,sejak tadi ia berusaha konsentrasi namun tidak bisa, pikiran nya terus terbayang bagaimana perlakuan manis Riki pada istrinya.
" Shit..." umpat nya geram,ia segera bangkit dari duduknya,meraih jasnya yang ia letakkan di sandaran kursi,memakainya dan meninggalkan ruangan nya setelah meraih kunci mobil dan ponselnya yang berada di atas meja kerja nya.
Abizar mengendarai mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata, bahkan beberapa kali ia mendapatkan makian dari pengendara lainnya,namun ia tak peduli,ia ingin secepatnya tiba di villa.
Sampai di villa Abizar segera menuju halaman belakang villa nya,melepas jas,kemeja dan celana bahan nya dan segera melompat ke dalam kolam renang,Abizar berenang dengan lincah kesana kemari.
Sedangkan di depan gerbang mobil Jhon baru saja tiba bersama Adiba,ia benar-benar melakukan tugasnya.
Adiba turun dengan perasaan yang berdebar,ia berjalan pelan menuju pintu utama, yang langsung di sambut oleh bibi Inem dengan wajah tersenyum ramah.
" Tuan muda menunggu non cantik di halaman belakang" ucap bibi Inem menyampaikan pesan sang tuan muda pada Adiba.
" Saya simpan tas saya dulu ya bu" izin Adiba.
Bi Inem mengangguk seraya tersenyum ramah, menatap punggung Adiba yang menuju kamar,selalu ada rasa iba saat melihat wajah teduh Adiba.
Setelah menyimpan tas nya,Adiba keluar dari kamar dan menuju halaman belakang, yang ternyata ada sebuah kolam renang yang terlihat begitu indah dan asri.
Adiba mendekat saat melihat Abizar yang bersandar di dinding kolam seraya memejamkan matanya,namun Adiba tau bahwa Abi tau kedatangan nya.
Adiba berdiri di sisi kolam,kedua tangannya saling meremas ujung hijabnya,entah mengapa ia merasa takut berlebihan,seakan ia ketahuan berbuat salah.
" Duduk" perintah Abizar tegas dengan nada dingin.
Adiba segera berjongkok tepat di sisi Abizar,di tepi kolam.
Byurr...
Abizar menarik Adiba ke dalam kolam, membuat Adiba memekik tertahan karena terkejut,refleks Adiba memeluk erat leher Abizar,ia tidak bisa berenang,Adiba sampai gelagapan, sedangkan Abizar sedikit terkejut melihat Adiba yang ternyata tidak bisa berenang,namun juga ada rasa nyaman saat Adiba melingkarkan kedua tangannya di leher nya, bahkan tubuh mereka menempel.
"Tu-tuan tolong,saya tidak bisa berenang" pinta Adiba lirih, wajahnya menunduk dalam.
Abizar tak menjawab, ia menatap wajah Adiba yang tertunduk, sebelah tangan nya berada di pinggang ramping Adiba, sebelahnya lagi ia gerakkan membuka hijab Adiba.
" Tu-tuan...." baru Adiba ingin protes,Abizar sudah lebih dulu mengecup bibir nya.
" Tidak ada siapapun yang berani datang jika saya sedang berenang,kecuali bibik jika saya yang meminta" ucap Abizar tegas.
Adiba semakin menunduk" Apa hubungan mu dengan Riki?" tanya Abizar dingin.
Adiba menggeleng" tidak ada hubungan apapun,hanya teman" jawab Adiba pasti.
" lalu bagaimana dengan Dea?" tanya Abizar lagi, matanya menatap intens wajah Adiba yang terus menunduk.
" Teman dan sekarang tau mbak Dea kekasih anda" jawab Adiba berusaha untuk tetap tenang.
" Tidak ada yang ingin kamu tanyakan atau katakan?"
Adiba menggeleng pasti, walaupun dalam hatinya merasa sangat ingin tau sejauh apa hubungan Abi dan Dea" tidak" jawab Adiba.
Sedangkan Abi merasa tidak terima,ia meremas kuat genggaman tangan nya yang berada di belakang tubuh Adiba, entah mengapa ia merasa sangat berharap Adiba mengatakan bahwa ia cemburu.
" Kapan perjanjian kita akan berakhir tuan?" tanya Adiba tiba-tiba.
Abizar menajamkan tatapannya,seraya tersenyum smirk" kenapa? Hem? sudah tidak sabar ingin segera bersama Riki? " tanya Abi sarkastik.
Adiba menggeleng" perjanjian kita tidak ada hubungannya dengan mas Riki"Adiba tidak mau jika Abi melibatkan orang lain dalam skandal mereka.
Abizar diam,ia menatap wajah cantik Adiba yang basah, terlihat begitu indah dan seksi,entah mengapa ia merasa tidak mampu menahan dirinya untuk tidak menyentuh wanita yang memiliki wajah bak boneka tersebut.
Dengan sekali sentakan Abi sudah merobek dress panjang milik Adiba, membuat Adiba merasa sangat terkejut dan shock,ini di luar ruangan,di alam terbuka, walaupun kolam renang itu ada atapnya,tapi tak berdinding.
Adiba tak mampu berkata apapun, keadaan tubuhnya yang tak menyisakan sehelai benang pun membuat ia reflek semakin erat memeluk tubuh sispax Abi dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria kejam itu.
" Please jangan seperti ini tuan" pinta Adiba lirih, suaranya tertahan oleh isakan,Abi merasakan hangat di dadanya dan ia tau itu air mata Adiba,ini ketiga kalinya ia melihat Adiba menangis, pertama saat Adiba memohon tentang ayahnya,kedua saat ia dengan paksa merenggut kesucian nya,dan ketiga hari ini,Abi bahkan tak melihat air mata di wajah Adiba saat ayah wanita itu pergi untuk selamanya.
Sesaat Abizar terdiam,namun sesuatu di tubuhnya Ingin segera di tuntaskan, dengan sekali sentakan keduanya saling menyatu,tubuh kekar Abi berkeringat walaupun mereka tengah berada di dalam air, matanya terpejam menikmati hentakan demi hentakan hingga ia mencapai kenikmatan nya.
Sedangkan Adiba masih terisak bahkan hingga Abi mengakhiri penyatuan mereka,merasa cukup Abi melepaskan penyatuan nya, mengangkat Adiba ala bridal style,Abi meraih jubah mandi dan menutupi tubuh polos Adiba,dan melanjutkan langkahnya menuju ke dalam villa, dengan keadaan tubuh nya yang basah kuyup, dengan hanya memakai boxer.