"Hanya satu tahun?" tanya Sean.
"Ya. Kurasa itu sudah cukup," jawab Nadia tersenyum tipis.
"Tapi, walaupun ini cuma pernikahan kontrak aku pengen kamu bersikap selayaknya istri buat aku dan aku akan bersikap selayaknya suami buat kamu," kata Sean memberikan kesepakatan membuat Nadia mengerutkan keningnya bingung.
"Maksud kamu?"
"Maksud aku, sebelum kontrak pernikahan ini berakhir kita harus menjalankan peran masing-masing dengan baik karena setidaknya setelah bercerai kita jadi tau gimana rasanya punya istri atau suami sesungguhnya. Mengerti, sayang!"
Loh, kok jadi kayak gini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlalu Percaya Diri
Sean baru saja keluar dari ruangan sang ayah bersama kakak iparnya, Eric. Saat itulah wanita yang sejak tadi Sean coba hindari kini malah berdiri di depannya seakan dia memang sudah menunggu Sean keluar dari sana. Dipikirnya wanita itu tadi sudah pulang tapi ternyata dia masih ada di sana. Dia cukup gigih juga rupanya.
"Gue duluan ya," ujar Eric menepuk pundak Sean pelan sebelum berlalu dari sana meninggalkan Sean bersama Arumi.
Sebenarnya Sean ingin sekali ikut dengan abang iparnya itu namun Arumi menghalangi dengan berdiri di hadapannya membuat pria itu hanya bisa menghela napas berat lalu memutar bola matanya malas.
"Aku mau bicara sebentar sama kamu, Sean," kata Arumi dengan nada begitu memohon. Bahkan dia sudah memasang wajah memelas di sana. Jika dulu Sean akan langsung luluh jika Arumi sudah memasang wajah seperti itu namun sekarang Sean malah muak melihatnya.
Hanya bicara kan? Sepertinya tidak akan apa-apa. Dan di sinilah mereka sekarang, di taman belakang rumah orangtua Sean yang cukup luas. Arumi sedikit kecewa sebab dia sudah berekspektasi jika Sean akan membawanya bicara di dalam kamar. Oh iya dia lupa jika wanita yang saat ini menyandang status sebagai istri Sean ada di sana. Bicara di taman memang pilihan terbaik.
"Kamu mau bicara apa?" tanya Sean dingin. Sedingin cuaca malam itu.
"Kamu benar-benar gak seneng liat aku di sini?" Arumi malah balik bertanya. "Aku udah bela-belain datang loh demi kamu padahal aku lagi ada syuting," lanjutnya.
Sean tertawa kecil. Dari dulu sampai sekarang Arumi tidak pernah berubah, selalu saja mengumbar apa yang dia lakukan untuk mendapat pengakuan. Sepertinya wanita itu pantang sekali melakukan sesuatu dengan ikhlas.
"Emang siapa yang nyuruh kamu dateng? Bukan aku kan?" ujar Sean.
Arumi mengerjabkan matanya beberapa kali. Padahal apa yang dikatakan Sean itu sangat jelas masuk ke dalam rungunya namun wanita itu menepis hal tersebut menganggap jika Sean tidak pernah mengatakannya. Dia lalu tersenyum manis di sana.
"Aku tahu kalo kamu itu masih cinta sama aku, Sean. Kenapa sih kamu harus nikah sama orang lain kayak gini?" tanya Arumi dengan penuh percaya diri. Dia begitu yakin jika apa yang dilakukan Sean saat ini hanyalah sebatas kebohongan. Pria itu hanya berpura-pura mengatakan jika dirinya sudah menikah. Dia itu seorang artis berpengalaman, tidak mungkin bisa tertipu oleh trik seperti yang tengah dimainkan Sean.
"Kamu gak perlu ngelakuin hal sampai sejauh ini cuma buat aku kembali. Aku bakalan kembali sama kamu, Sayang," kata Arumi lagi kemudian memeluk Sean. Hanya pelukan sepihak sebab Sean justru diam saja.
"Aku tau, kamu lagi pura-pura kan bilang kalo kamu udah nikah." Arumi menyentuh dada Sean pelan seakan tengah menggoda pria itu.
Sean tertawa pelan kemudian mendorong tubuh Arumi cukup kuat. Untung saja Arumi masih bisa menyeimbangkan dirinya, jika tidak mungkin dia sudah jatuh terduduk di atas tanah. Wanita itu menatap Sean seakan tidak percaya. Ternyata bukan hanya kata-kata saja namun perilaku Sean juga berubah terhadapnya. Pria itu sudah berani kasar padanya.
"Aku gak pernah menganggap pernikahan itu sebuah permainan. Apalagi sampai melakukan pernikahan pura-pura. Kamu pikir aku lagi bikin film?" kata Sean menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Ya. Arumi sangat tahu akan hal itu. Bahkan saat mereka masih bersama, Sean sudah beberapa kali mengajak Arumi untuk menikah dengannya namun karena alasan karir yang sedang melonjak naik Arumi menolak lamaran Sean dan menyuruh pria itu menunggu sebentar.
Sean memang menunggunya tapi Arumi yang justru meninggalkan Sean dengan pria lain. Ralat, Arumi tidak meninggalkan Sean. Saat itu dia hanya sedang khilaf saja dan tidak sengaja tidur dengan pria lain.
Tubuh serta bibir Arumi gemetar. "Ja-jadi kamu beneran udah nikah sama dia?" tanyanya dengan pelupuk mata yang mulai memanas.
"Iya," jawab Sean tanpa ragu.
Arumi mendengus pelan kemudian tertawa kecil. Air mata yang bertumpuk di pelupuk mata kini jatuh membasahi kedua pipinya.
"Semudah itu kamu lupain aku, Sean?" Arumi masih belum percaya juga jika Sean sungguh sudah melupakannya lalu mencintai wanita lain. Bahkan dia menunjukkan kelemahan terbesar Sean. Pria itu paling tidak bisa melihat Arumi menangis.
"Tentu saja." Namun anggapan Arumi salah. Bukannya luluh Sean malah terlihat senang di sana. Pria itu melangkah lebih dekat lalu menunduk sedikit untuk menyamakan tingginya dengan Arumi.
"Semudah kamu tidur dengan pria lain," ujar Sean. Ucapan pria itu bisa saja pelan namun sanggup membuat sekujur tubuh Arumi lemas. Sehina itukah dirinya sekarang di mata Sean?
Arumi hanya bisa menatap nanar pribadi Sean yang semakin jauh tanpa bisa dia jegah lagi. Wanita itu mengepalkan kuat kedua tangannya seakan tidak terima dengan apa yang baru saja Sean katakan padanya.
Arumi kembali ke dalam rumah setelah menetralkan perasaannya.
"Eh, kamu dari mana, Mi?" tanya Indira yang ternyata juga belum tidur.
Arumi menatap ke arah kamar Sean yang sudah tertutup rapat sebelum menoleh ke arah Indira. Wanita itu tersenyum simpul di sana.
"Aku pamit pulang dulu ya, Tante," kata Arumi.
"Loh, kamu gak nginap aja? Ini udah malam banget," kata Indira dengan raut wajah khawatir.
"Aku gak bisa, Tante. Soalnya besok ada ada jadwal pemotretan," alibi Arumi padahal jadwalnya kosong untuk besok.
"Ya udah kalo gitu Tante bakalan minta tolong Sean buat nganterin kamu ya," kata Indira akan beranjak ke arah kamar Sean namun belum sampai tiga langkah dia sudah berhenti lagi.
"Sean itu capek, Ma. Dia baru aja sampai loh. Masa udah mau disuruh pergi lagi?" kata Senja yang sejak tadi sudah mendengarkan obrolan dua wanita itu. Dia awalnya ingin ke dapur mengambil minum.
"Tapi, kasihan Arumi. Masa dia pulang sendirian," kata Indira.
"Dia kan datangnya juga sendirian masa gak bisa pulang sendirian?" sindir Senja membuatnya saling beradu pandangan tajam dengan Arumi.
"Iya, Tante, gak apa-apa kok. Aku pulang sendiri aja," kata Arumi seketika mengubah ekspresi dan nada bicaranya.
Dasar pencari perhatian.
"Tapi---"
"Gak apa-apa, Tante," potong Arumi. "Aku juga gak enak kalo Tante harus bangunin Sean," tambahnya. Padahal dalam hati tadi dia sudah sangat senang karena Indira akan menyuruh Sean mengantarnya. Namun semuanya gagal karena kakak dari pria itu.
"Kalo gitu aku pamit ya," katanya pada Indira. Dia sempat melirik Senja namun wanita itu langsung buang muka sembari berjalan ke arah dapur.
'Dasar si4la4n!' umpat Arumi dalam hati.