PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Sasarn
"Mily, maaf, ya, soal kemarin malam," ucap Carmen yang mendekat bersana Nani.
"Iya, Mily. Maaf, ya. Aku sama Carmen kelewatan banget, ya, kemaren," sesal Nani ikut membujuk Emily yang sudah berada di dalam kelasnya.
"Kalian memang kelewatan." Walau ucapannya bernada kesal, tapi Carmen dan Nani tau kalo Emily sudah memaafkan mereka.
Mereka pun seperti anak kecil yang kegirangan setelah mendapat permen coklat dari maminya, spontan duduk di kiri kanan Emily.
"Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tingkah gila kita, bagaimana kalo abis kuliah kita ke salon eksklusif? Aku punya member vip," tawar Carmen merayu.
"Ya, oke."
"Miilyyyyy....." Keduanya langsung memeluk Emily dengan perasaan bahagia. Bodoh amat dengan perhatian teman teman mereka yang lain yang tertuju pada mereka.
Emily tersenyum. Dengan dua temannya dia merasakan kehangatan yang ngga pernah dia dapatkan di rumah.
Segila.apa pun kedua temannya, Emily merasa merekalah keluarganya, di tengah tengah keramaian yang sama sekali ngga mempedulikannya.
*
*
*
Baru saja selesai melakukan perawatan komplit di salon, papanya memintanya datang ke perusahaannya
"Bukannya harusnya besok, ya?" gumam Emily sambil menyimpan ponselnya.
"Ayo, kita makan besar. Nani mau live nih," ajak Carmen.
Nani juga berjalan di dekat Carmen menghampiri Emily yang masih saja menatap ponselnya.
"Kenapa?" tanya Carmen heran.
"Papa meminta aku menemuinya di perusahaannya."
"Yaaa..... Jadi ngga ikut, dong." Wajah Nani tampak kecewa. Padahal sudah lama mereka ngga live bertiga.
"Mau gimana lagi. Bos besar memanggil," ucap Carmen memaklumi.
"Ya okelah, mau gimana lagi," ucap Nani berusaha ngga nampak kecewa.
"Kapan kapan, ya," lanjutnya sedikit menuntut.
"Iya." Senyum Emily merasa bersalah. Dia sudah mengirimkan lokasinya pada Om Wira yang akan menjemputnya.
"Dijemput Om.Wira atau aku antar?" tanya Carmen. Sudah kebiasaannya membawa mobil kemana mana. Nani biasa nebeng Carmen. Hanya kalo mobil Carmen lagi perawatan aja baru Nani akan membawa mobilnya.
Emily juga punya mobil, hadiah papanya. Diganti model tiap tahun, sama seperti Nagita.
Tapi dia lebih suka diantar jemput Pak Wira aja. Macetnya jalanan ibu kota membuatnya lebih suka naek motor vespanya. Sayangnya papanya ngga membolehkannya mengendarainya ke kampus.
Mereka pun berpisah ketika Pak Wira menjemputnya.
"Papa anda masih meeting, nona. Anda tunggu aja di ruangan beliau."
"Siap, om."
Emily diantar hingga pintu masuk perusahaan.
"Makasih, Om," ucapnya saat akan keluar dari mobil.
"Hati hati, nona," ucap Om Wira penuh perhatian.
"Ya, om." Senyum Emily sebelum beranjak pergi.
Mbak mbak dan mas mas pegawai papanya yang dia temui melemparkan senyum manis padanya.
Tapi Emily tau kalo itu hanya kemunafikan mereka saja. Emily pernah mendengar mereka menggunjingkannya.
"Sebentar lagi papa nona akan selesai meeting," ucap salah seorang padanya
"Thank's," ucapnya sambil berlalu pergi.
Dia malas berbasa basi lagi pada orang orang yang sering menggosipkannya.
Dia pun bergegas memasuki lift CEO. Papanya meeting di ruangan yang satu lantai dengan ruangannya.
Tapi begitu keluar dari lift dia terpaku sesaat melihat laki laki kurang ajar yang juga melangkah keluar dari dalam ruang meeting.
Dengan emosi yang meledak di dalam dadanya, Emily melangkahkan kakinya cepat cepat ke arah Dewa.
PLAK
Laki laki kurang ajar itu menatap kaget bercampur kesal pada perempuan muda yang tiba tiba menamparnya dengan sangat keras.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Emily ngga peduli dengan tatapan para staf dan beberapa orang yang baru keluar dari ruangan meeting, yang juga sangat terkejut dengan perbuatannya.
Terutama laki laki kurang ajar itu.
Emily merasa lebih baik masuk ke ruangan papanya saja, menunggunya di sana.
Kelamaan melihat laki laki itu, takutnya dia akan semakin brutal menghajarnya.
*
*
*
Laki.laki.yang ditempar ternyata Dewa, masih ingat dengan ekspresi penuh benci perempuan tadi padanya.
Dia yang buru buru keluar dari ruang meeting duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan iti.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa.staf dan rekan meeting nya pun terpaku melihatnya.
Kecuali Sean dan Dewa yang masih mematung di depan pintu keluar ruang meeting.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sean tanpa menjawab pertanyaan Dewa.
Dan keduanya langsung membeku ketika tatapan Dewa mengarah padanya. Khususnya pada Dewa dengan sangat tajam.
Dewa sadar, perempuan itu sama seperti perempuan lainnya yang salah mengiranya adalah Deva.
Tapi ini adalah respon paling frontal yang dia terima. Biasanya perempuan perempuan itu malah sering malu malu jika bertemu dengannya. Beda dengan yang ini.
Apa.yang sudah Deva lakukan padanya!
Tanpa mengatakan apa pun lagi Dewa segera melangkah pergi.
Hari ini benar benar memalukan!
"Gimana ini?" tanya Deva sambil menatap Sean, minta pertolongan.
"Ada apa, Sean, Deva?"
Juhandono yang baru saja keluar, menghentikan langkahnya dan menatap keduanya yang tampak kebingungan.
Juga dia mendengar kasak kusuk beberapa staf dan peserta meeting.
"Ngga apa apa, Om. Emm....., kita pergi dulu, ya, Om," pamit Sean sopan.
"Ya udah, hati hati."
"Ya, om," sahut Deva. Sebenarnya di hatinya diliputi banyak pertanyaan, tentang gadis yang menampar Dewa.
Mengapa dia berada di sini?
Tapi semua pertanyaannya harus diredam karena saat di parkiran, mereka bertemu Dewa. Kembarannya itu ternyata menunggunya.
"Kamu menidurinya, hah?" Kesabaran Dewa menipis. Harusnya tadi dia buru buru pergi ke perusahaannya karena daddy mengajaknya meeting.
Tapi hal mengesalkan dan membuat dia malu tadi, membuat nya enggan untuk menemui daddynya.
"Ya, enggaklah," bantah Deva membela diri. Serem juga melihat Dewa bisa marah. Biasanya kembarannya sangat sabar dan tenang.
Nyali Sean juga agak menciut. Ngga nyangka Dewa bakal semurka ini
"Laen kali kalo mau bertingkah aneh aneh, kasih tau kamu punya kembaran, An-jiiirrr!" geram Dewa sambil membuka pintu mobil dan menutupnya dengan bantingan kasar.
BRAKK!
Deva dan Sean sampai berjengkit.
Kemudian mobil Dewa meluncur pergi meninggalkan Deva dan Sean yang masih shock dengan suara bantingan pintu yang dilakukan Dewa tadi.
"Tamparannya pasti sangat keras," ucap Sean setelah kekagetannya mereda. Cap lima jari perempuan itu tercetak jelas di pipi Dewa .
"Iya. Pasti rasanya panas banget," sahut Deva seolah dapat merasakan apa yang dirasakan Dewa.
"Selain itu dia pasti malu banget," tambah Sean.
"Kaget dan malu akibat perbuatan seseorang," lanjut Sean lagi menyindir.
Keduanya masih berdiri memandang mobil Dewa sampai menghilang.
"Aku, kan, ngga nyangka sampai begini akibatnya," bela Deva.
"Kamu kapan pernah mikir..... Kamu enak enak bisa mencium.gadis itu, tapi Dewa yang digampar," sarkas Sean.
Untung ngga punya kembaran, batinnya lega.
"Apa gadis itu ngga suka ciumanku?"
Baru kali ini ada yang mempermasalahkan ciumannya. Selama ini para perempuannya senang senang saja. Malah banyak yang ketagihan, batin Deva membela dirinya.
"Tau, ah, Dev. Gelap," ujar Sean sambil berjalan menuju ke mobilnya.
"Hei, tunggu Sean. Antarkan aku ke perusahaan daddy," seru Deva sambil mengejar Sean.
"Yaa....."
DevaVina sama2 Suka
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
emang. kamu tu aneh Deva...
baru nyadar...????
🤣🤣🤣🤣🤣
Aaron modusin Nagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan