Theodore Sulivan menganggap semua wanita di dunia ini adalah sumber masalah. Masalalu yang memaksanya karena dirinya di khianati oleh sang istri di depan matanya membuat dirinya berubah menjadi sosok pria dingin dan seakan tidak tersentuh.
Namun tiba-tiba dunianya kembali berwarna kala dirinya di pertemukan dengan guru sang putra bernama Hana Pertiwi.
Hana Pertiwi justru takut kepada Theo karena menganggap Theo adalah pria yang menyeramkan sekaligus menyebalkan.
"Call me daddy, baby atau kau akan terus berada dalam cengkraman ku sekaligus penghangat ranjangku" ucap Theo dengan nada dingin namun penuh intimidasi!!!!
Apakah Hana bisa bersama Theo, ataukan Hana malah semakin takut pada pria itu....??????????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Serang Rahmi
Rahmi tersadar dari pingsannya. Ia masih terbaring di atas sofa melihat kedua orang tuanya tengah memandangnya dengan tatapan yang tak biasa.
"Mak, mana Bang Riko? " tanyanya.
"Kabur! " bukan Lilik yang menjawab melainkan Karno sang bapak.
"Kabur, Pak? Hikhikhik" tanya Rahmi.
"Iya kabur!" jawab Karno.
"Gak bisa, pokoknya Rahmi akan cari Bang Riko ke lubang semut sekalian" ucap Rahmi.
Dirinya lantas berdiri dengan tertatih menuju pintu namun sebelum ia mencapai pintu Karno terlebih dahulu mengunci pintu itu.
"Buka pintunya Pak,Rahmi harus cari Bang Riko" ucapnya.
"Diam di rumah, Riko sudah kabur! Ibunya sudah cerita semuanya pada Bapak. Bapak bener-bener nggak nyangka anak yang Bapak besarkan dengan baik dan dididik dengan sopan santun ternyata tak lebih dari seorang wanita murahan, sadar diri Rahmi kau sudah menyakiti temanmu, Hana padahal kamu tahu selama ini siapa yang sudah banyak membantu kita. Orang macam apa kamu? " ucap Karno dengan emosi.
"Karena Rahmi sangat mencintai Bang Riko! Rahmi nggak rela Bang Riko dimiliki oleh siapapun termasuk Hana. Bang Riko itu cinta mati Rahmi Pak" balas Rahmi dengan emosi.
Plak!!!!
Karena kesal dengan jawaban sang putri yang tidak merasa bersalah sedikitpun ia lantas menampar wajahnya sampai Rahmi terhuyung.
"Pak" Lilik langsung menerjang sang putri.
Karno yang selalu bersikap lemah lembut kini seolah-olah menjelma menjadi monster yang menakutkan.
"Terus bela anakmu, Mak! Anak tidak tahu diri, murahan, tidak memikirkan akibat kedepannya lihat saja bahkan pria yang sudah mengambil kehormatannya pun pergi karena mungkin dia tidak mencintai Rahmi. Sadar itu Mak, anak kita sudah kotor dan kau masih membelanya?" Karno tidak habis pikir dengan sang istri.
Lilik pun menyadarinya Ia pun diam!
"Tolong Pak mengerti perasaan Rahmi sedikit aja, Rahmi hanya ingin Bang Riko" Rahmi masih ngotot sembari menangis.
"Riko tidak menginginkanmu Rahmi, dia hanya ingin meniduri mu dasar anak bodoh tidak punya otak. Kita itu orang miskin hidup masih banyak dibantu oleh orang lain harusnya sadar diri" ucap Karno dengan murka.
Lalu tiba-tiba ketika sedang dimarahi perutnya seakan-akan bergejolak dan ingin memuntahkan yang ada di dalamnya.
Rahmi langsung berlari ke kamar mandi namun tidak ada makanan yang keluar melainkan hanya air saja.
Karno dan lilik sudah curiga, ketakutan yang terbersit membuat keduanya menggelengkan kepala namun melihat perubahan yang Rahmi alami minggu-minggu ini membuat Karno tidak tinggal diam.
"Beli tespek Mak, Bapak curiga Rahmi hamil" ucap Karno kepada sang istri.
"Tapi Pak tidak mungkin Rahmi hamil" Lilik malah membantahnya.
"Jangan banyak membantah Mak, turuti saja perintah Bapak cepat ek ke apotek sekarang" ucap Karno setengah membentak.
Lilik akhirnya keluar dari rumah menuju Apotek untuk membeli testpack tak lama wanita paruh baya itu pun kembali lagi ke rumah sembari membawa kantong kresek.
Di sana juga Rahmi sedang duduk di samping karno.
"Mana barangnya?" pinta Karno sembari menengadahkan tangannya.
"Ini Pak" balas Lilik sembari memberikan kresek yang berisi testpack.
"Cek pake ini" tegas Karno sembari melempar tas kresek itu.
"Tapi, Pak? " Rahmi ragu.
"Tes sekarang atau kita pergi ke dokter kandungan hari ini" ujar Karno.
"Cepat masuk kamar mandi sekarang, jangan buat Bapakmu tambah marah" ucap Lilik kesal sekali dengan sang anak.
Rahmi terpaksa masuk kedalam kamar mandi, dan melakukan tes urine disana, tak sampai satu menit hasilnya sudah keluar dan benar saja apa yang di khawatirkan dirinya akhirnya terjawab sudah.
Sebuah garis dia terpampang nyata disana membuat Rahmi ambruk.
"Rahmi sudah? Cepat keluar" Lilik menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Keluar atau Bapak dobrak? " Karto berteriak membuat Rahmi keluar.
"Mana hasilnya? " pinta Lilik.
Dengan gemetar Rahmi memberikan testpack itu.
Lilik melihat seketika ia melotot dengan tangan gemetar.
"Garis dua Pak" lirih Lilik.
Bruk!!!
Mendengar itu Karno langsung pingsan..
...Skip....
Pagi harinya Hana seperti biasa berangkat ke sekolah! Semangat baru walau hatinya masih diliputi rasa sesak apalagi setiap melihat Rahmi, ia selalu meradang.
Tak ada perasaan apapun ia mengajar seperti biasanya di kelas. Anak muridnya pun belajar dengan tentram dan damai walaupun sedikit di bumbui oleh rayuan gombal para murid laki-laki.
Ketika sedang memeriksa laporan kerja kelompok, Tiba-tiba pintu kelasnya di dobrak dari luar oleh seseorang membuat ia dan semua muridnya terkejut.
"Bu Rahmi? Kenapa dia? " ucap Rummy dalam hatinya.
"Ada apa Bu Rahmi? Kenapa anda bersikap seperti itu? " tanya Hana.
"Arghhh brengsek kamu Hana! Dimana kau sembunyikan Bang Riko? " Rahmi mengamuk seperti orang kesetanan tidak peduli walau itu di depan para murid.
Keadaan begitu keos, Rahmi menerjang Hana. Hana yang tidak siap dengan serangan itu tersungkur di atas lantai di saksikan oleh semua murid.
"Aku gak tahu dimana Riko" balas Hana yang memang tidak tahu dimana keberadaan sang mantan.
"Persetan denganmu.. Kembalikan Bang Riko, kembalikan" ucap Rahmi.
"Wooy pisahin kok pada diam? " Rummy yang melihat itu kesal sendiri melihat Hana tidak ada yang menolong.
Rahmi duduk di atas perut kana, ia menampar, mencakar dan menjambak rambut Hana.
Sedangkan guru yang sedang mengajar di kelas sebelah buru-buru menghampiri suara ribu-ribut.
Hana yang tiba-tiba dapat tenaga, langsung membalik Rahmi hingga Rahmi terjengkang.
"Sialan pelakor sialan. Anak-anak cepat keluar ini urusan ibu" teriak Hana.
Murid-murid langsung meninggalkan kelas.
Hana sudah kepalang emosi, ia menendang wajah Rahmi dengan keras sampai gigi depannya copot dua biji. Hana juga membenturkan kepala Rahmi dan menginjak. perutnya karena Hana tidak tahu kalau Rahmi sedang hamil.
"Keparat kamu Rahmi! Manusia yang tidak punya etika pantas Riko pergi. Manusia miskin adab, sudah banyak di bantu gak tahu diri" maki Hana.
Beberapa guru berdatangan, memisahkan mereka berdua. Keadaan Hana sudah kacau apalagi Rahmi yang mengeluarkan darah akibat giginya copot.
"Kalian ikut saya sekarang" perintah Tiur.
Hana berjalan sempoyongan sedangkan Rahmi di tandu oleh guru laki-laki.
Sesampainya di ruang kepala sekolah Tiur meminta keduanya menceritakan kenapa sampai ada insiden yang sungguh tak terpuji ini.
"Jelaskan Bu Rahmi kenapa anda tiba-tiba menyerang Bu Hana? " tanya Tiur.
"Karena dia yang menyembunyikan Riko Bu, dia pasti menyuruh Riko pergi dari saya! " papar Rahmi.
"Benar itu Bu Hana? " tanya Tiur.
"Saya tidak tahu apa-apa Bu. Dia itu merebut pacar saya, Riko. Cuma saya sudah mengikhlaskannya, dan saya tidak tahu lagi tentang Riko semenjak jalang sialan ini merebutnya" papar Hana sembari menunjuk wajah Rahmi.
Luka di wajahnya tidak seberapa sakit ketimbang apa yang di lakukan Rahmi padanya.
"Jadi kamu itu pelakor? Dasar gatal padahal kamu tahu, kalau kamu bisa kerja di sekolah elite ini berkat Hana. Dia yang bujuk saya supaya terima kamu walau kamu hanya lulusan SMA. Saya juga tidak habis pikir kenapa kamu dengan beraninya berbuat hal yang sangat tidak terpuji di depan anak didik yang sedang fokus belajar" kesal Tiur.
"Maafkan saya Bu! " sesal Rahmi.
"Jangan meminta maaf pada saya, Bu Rahmi karena saya tidak anda rugikan, meminta maaflah pada Bu Hana yang sudah anda sakiti hati dan fisiknya. Sekolah tidak bisa mentolerir kekerasan apalagi di lakukan oleh orang di lingkungan sekolah. Maka hari ini saya sebagai orang yang di beri kewenangan, memecat anda dan detik ini juga anda bukan lagi bagian dari keluarga yayasan Kasih Bangsa. Silahkan kemasi barang-barang anda sekarang" ucap Tiur dengan tegas.
"Bu tolong jangan pecat saya" Rahmi mengiba sedangkan Hana hanya diam saja menonton drama Rahmi.
"Keputusan sudah final, uang pesangon akan di kurangi untuk mengganti kerugian pada Bu Hana" balas Tiur.
Rahmi menangis sembari meninggalkan ruang kepala sekolah. Kini hanya penyesalan yang ada. Dirinya hamil tanpa suami lalu harus di keluarkan dari tempat bekerja padahal gaji sebagai TU atau tata usaha di sekolah elit itu lumayan besar gajinya dan bisa membiayai kedua orang tuanya.
yg bikin seneng itu ada yg agk"" gila hotnya paling suka klo ada gt"" ny bikin semangat bacanya tetap semangat author 👍👍💪💪