Menikah sekali seumur hidup adalah mimpi Adel. Namun, gadis berhijab yang memiliki nama lengkap Dandelion Az-Zahra itu harus menerima kenyataan bahwa pernikahannya dengan orang yang pernah ia sukai di masa putih abu itu bukanlah pernikahan impiannya. Karena, Sakha Rafardhan, menikahinya hanya sebatas rasa bakti kepada sang ayah di akhir hayatnya yang ingin melihat putra semata wayangnya menikah. Sementara sang kekasih yang akan ia nikahi justru hilang bak di telan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun kepadanya.
" Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku terpaksa menikahimu karena Lisa tiba-tiba hilang tanpa kabar. Jika aku telah menemukannya kembali, maka di saat itu pula pernikahan ini berakhir". Sakha
" Sampai waktunya tiba, izinkan aku tetap melaksanakan tugasku sebagai istrimu. Karena apapun alasanmu menikahi ku, aku tetaplah istrimu." Adel
Bagaimana perjalanan mahligai rumah tangga mereka di saat akhirnya Sakha bisa menemukan Lisa?
Benarkah tidak ada cinta untuk Adel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBW 25 Mertua Idaman
Di Batas Waktu (25)
"Wa'alaikumsalam", Mama Ria memeluk Adel. Menyalurkan rasa rindu terhadap menantunya. " Akhirnya kamu pulang juga. Terimakasih sudah mau kembali pada anak Mama yang b0d0h ini"ucap Mama Ria sambil mendelik ke arah Sakha.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Sakha hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Membuang muka ke arah lain dan berpura-pura tak mendengar.
Adel hanya terkekeh melihat tingkah suaminya.
" Kalau dia berbuat salah lagi, bilang aja sama Mama, biar mama yang ngasih dia hukuman"
Adel hanya mengangguk.
" Aku gak akan melakukan kesalahan yang sama, Ma", sangkal Sakha.
" Semoga saja" jawab Mama Ria dan Sakha hanya menghela nafas. " Kamu dengar, sekalipun dia anak Mama, Mama tidak akan membelanya dan apapun yang akan terjadi nanti, kamu akan tetap jadi anak Mama. Putri Mama", Mama Ria memegang kedua bahu Adel meyakinkan.
Adel tak mampu berkata apa-apa. Ia hanya kembali memeluk Mama Ria. Sangat bersyukur memiliki mama mertua yang baik dan sayang. Di saat di luaran sana banyak yang butuh perjuangan agar bisa dekat dan meluluhkan hati mertuanya. Ia justru di sambut dengan tangan terbuka. Bahkan mungkin ia justru malah lebih dulu meluluhkan hati mertuanya sebelum hati suaminya.
Mama Ria membalas pelukan Adel. Sedikit banyak ia tahu seperti apa kehidupan Adel. Tangannya mengusap lembut punggung sang menantu.
" Sayang, sudah jangan menangis terus. Hari ini kamu sudah banyak menangis", jelas Sakha ikut mengusap punggung Adel.
" Mama juga, kenapa membuat istriku terus-menerus berdiri. Dia sedang hamil", Entah mendapatkan keberanian dari mana ia malah memarahi ibunya. Melihat Mama nya melihat ke arahnya, Sakha jadi salah tingkah ia langsung menuntun Adel untuk segera duduk di sofa.
Mama Ria ikut duduk di sofa.
"Apa anak Mama membuat kamu menangis lagi?", tanya Mama Ria pada Adel. " Apa yang sudah kamu perbuat?", Mama Ria menatap tajam sang anak.
" Mama jangan salah paham", Sakha tak ingin di salahkan.
" Aku menangis karena terlalu bahagia, bukan karena sedih, Ma" Adel menjelaskan alasannya menangis.
Tak ingin terus di salahkan, Sakha mengambil ponselnya. Membuka galeri dan menayangkan video kejadian sore tadi di toko.
Mama Ria serius menonton. Namun, kemudian ia tersenyum. Sementara Adel sudah tersipu malu.
" Ternyata kamu bisa romantis juga", ucap Ma Ria yang terdengar seperti ledekan di telinga Sakha. Sementara pipi Adel tiba-tiba merah merona ingat kejadian tadi.
" Mama kayak gak tahu aku aja"
" Ya,, ya,, ya,, ", Mama Ria hanya mengangguk-anggukkan kepalanya jengah.
Selesai bercengkrama, semua masuk ke kamar masing-masing untuk melaksanakan shalat Maghrib.
Sampai akhirnya tiba waktunya makan malam. Kini, meja makan kembali dengan pormasi semula. Mama Ria bahagia melihat anak dan menantunya yang terlihat lebih saling perhatian. Dulu, hanya Adel yang melayani Sakha. Kini, Sakha malah yang sibuk mengisi piring Adel dengan aneka makanan.
" Kamu harus makan yang banyak. Agar anak kita sehat di dalam sana", Sakha membuat isi piring Adel menggunung.
" Porsi makanku memang bertambah. Tapi, jangan di kasih porsi kuli juga", Adel mendengus. Sedangkan Mama Ria hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Sakha.
Sakha yang hanya fokus mengambil aneka makanan di hadapannya tidak menyadari ulahnya. Ia sendiri kaget melihat ulahnya.
" Kita makan berdua", Sakha akhirnya ikut makan di piring yang sama karena dia memang belum mengisi piringnya.
Mama Ria terkekeh pelan. Cinta memang membuat anaknya bertingkah k0ny0l.
Hari ini, Sakha benar-benar bersikap tidak seperti biasanya. Jujur Adel sedikit aneh melihat perubahan drastis Sakha. Namun, ia tak memungkiri jika hatinya sangat tersentuh dengan semua perhatian Sakha. Bahkan Sakha tak malu menyuapinya. Lebih tepatnya memaksa Adel agar mau ia suapi.
" Malu sama Mama", bisik Adel.
" Gak apa-apa. Mama juga pernah muda. Pasti ngerti", elak Sakha yang memasukkan sendok berisi makanan ke mulut Adel.
" Dasar anak muda jaman sekarang. Kalau udah bucin suka gak tau tempat. Dunia terasa milik berdua dan yang lain ngontrak", Mama Ria mendengus, berbicara tanpa sedikitpun melihat ke arah Sakha.
" Giliran dong mah. Yang suka ngumbar kemesraan duluan emangnya siapa?. Lagian disini cuma ada Mama", Merasa dirinya tersindir, Sakha memberi alasan. Ia tidak menyadarinya raut muka sang ibu yang sudah berubah sendu.
Mama Ria dan sang suami memang sangat romantis. Bahkan di usia mereka yang terbilang sudah tua. Seringkali keduanya memperlihatkan keromantisannya di depan Sakha yang terkadang membuat Sakha iri melihatnya . Kini ia bisa melakukan apa yang orang tuanya lakukan bersama Adel.
" Mama kenapa?", tanya Adel yang pertama menyadari perubahan Mama mertuanya.
" Mama jadi ingat papamu", jawab Mama Ria sendu.
Mendengar jawaban itu, Sakha langsung menyadari kesalahannya. Segera berdiri dan menghampiri sang ibu. Memeluknya dengan sayang.
" Maaf", ucap Sakha memeluk sang ibu dari arah belakang.
" Tidak apa-apa.", Mama Ria mengusap lengan Sakha yang memeluknya dari belakang. "Papamu pasti senang melihat kebahagiaan kalian. Apalagi sebentar lagi anggota keluarga kita akan bertambah", Mama Ria meneteskan air mata.
" Karena itu, Mama gak boleh sedih lagi", pinta Sakha.
" Mama tidak sedih. Mama justru terlalu bahagia. Papamu bilang, jika Adel jadi menantunya, ia akan bisa memberikan kebahagiaan di rumah ini. Membuatmu lupa pada wanita itu. Ternyata, perkataan Papa benar."
" Jangan ingatkan soal itu lagi, Ma", Entah kenapa kini Sakha justru merasa kesal bila di ingatkan tentang mantannya. Padahal dulu sangat cinta bahkan tak peduli orang berkata apa, ia hanya percaya perkataan Lisa.
" Mama harus selalu mengingatkan. Agar kamu sadar, jangan lagi melakukan keb0d0han yang sama", ketus Mama Ria.
Sakha hanya bisa menghela nafas. Bagaimanapun kesalahan itu adalah masa lalunya yang suatu saat bisa saja di ingat atau di bahas kembali. Sepertinya ia harus mulai mempersiapkan diri jika kedua perempuan yang ia sayang itu mulai membahas lagi masa lalunya.
" Ya,, ya,, ya,,", jawab Sakha malas.
" Adel kemarilah!", Adel yang dari tadi hanya menyaksikannya Sakha dan Mama Ria langsung duduk di kursi sebelah kiri yang kosong. Mama Ria langsung menggenggam tangan Adel.
"Mama berterima kasih padamu karena mau menerima Sakha apa adanya. Bahkan mengorbankan perasaanmu demi menyenangkan hati Mama dan juga Papa. Sehingga di akhir hayatnya, Papa merasakan kebahagiaan karena bisa melihat Sakha menikah. Papa bilang, ia akhirnya bisa tenang karena Sakha memiliki pendamping yang akan bisa menghormatinya...", Mama Ria tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia merasa sesak jika ingat sang suami.
Adel mengusap punggung mertuanya.
" Bahkan sudah bisa membuatnya bucin padamu sampai bertingkah k0ny0l seperti tadi", Mama Ria tiba-tiba terkekeh geli mengingat kembali tingkah Sakha.
" Mah, jangan drama deh. Tadi nangis sekarang tiba-tiba ketawa", Sakha mendengus. " Lagian Mama bisa-bisanya tahu kata bucin. Emang mama tau artinya?"
" Budak Cinta. Mama tahu dari sinetron yang suka mama tonton", jelasnya membuat anak dan menantunya geleng-geleng kepala.
" Sikap aku ke Adel bukan bucin mah, tapi romantis", Sakha tak mau di katakan bucin.
" Betul Ma, kalau sikap Mas Sakha ke Lisa dulu, itu baru namanya bucin", jelas Adel tanpa dosa. Sementara Mama Ria dan Sakha langsung melihat ke arah Adel.
" Apa bedanya?" tanya Mama Ria akhirnya penasaran.