Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Maaf Eve, kalian akan menikah!"
Langkah Eve terhenti, kemudian tanpa menoleh ia kembali melanjutkan langkahnya. Entah menikah dengan siapa Eve tidak peduli.
"Eve, kamu akan menikah dengan Jonathan!" Teriak Diona lagi.
Joe yang juga terkejut mendengar ucapan Diona semakin terkejut. Dia juga tidak tahu soal ini.
"Maaf Tante, apa yang Tante maksud?" tanya Joe.
"Kami ingin menjodohkan kalian Jo, kamu dan Eve." terang Liana.
"Huh?"
Diona mengambil tangan Jonathan, menggenggamnya erat.
"Joe, hanya dengan cara ini Eve ada yang jaga, om dan tante akan menetap di luar negeri." Ucap Diona memohon.
"Tunggu dulu, aku tidak mengerti. mengapa bunda tidak perna menanyakan pendapat Joe terlebih dulu?"
"Nak, kami tidak punya banyak waktu" sahut Alex.
"Tapi,"
"Sudah lah Joe, papa yakin kamu tidak akan mengecewakan kami." ucap Frans.
Joe tak dapat berkata kata lagi. Mulutnya terbungkam.
"Beri Joe waktu." lirihnya, lalu memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.
Keesokan harinya, seperti biasa Eve berangkat ke sekolah. Ia melewatkan ruang makan ketika melihat mama dan papa nya duduk di sana. Kejadian semalam ka tidak ingin di bicarakan lagi.
"Eve, ayo sarapan dulu." Panggil Diona.
Eve menghiraukan panggilan mamanya. Dia terus berjalan keluar rumah dan langsung masuk ke dalam mobil.
"Eve.." Panggil Diona hendak menyusul putrinya. Namun, di tahan oleh Alex.
"Beri dia waktu ma, besok kita akan menjelaskan padanya lagi."
"Baiklah."
Eve melajukan mobilnya, dia terus mengutuk kehidupannya yang selalu sial.
"Apa yang mereka pikirkan. Mengapa harus menjodohkan gue dengan brengsek itu."
"Tidak, gue gak akan terima. Apapun caranya gue gak akan mau!!!"
Eve melaju cepat, ia harus lebih cepat datang ke sekolah untuk menghindari geng Ketos itu.
"Ah kenapa mendadak macet begini? ada apa sih di depan sana!" gerutu Eve semakin kesal. Matanya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan.
30 menit berlalu, barulah Eve tiba di sekolahnya.
Sekolah sudah terlihat sepi, Bel sudah berbunyi sejak tadi.
"Ah sial, gue terlambat!" pekik Eve kesal di dalam hati.
Dengan langkah cepat, Eve melewati koridor sekolah. Tampak sepatunya terdengar nyaring seiring dengan lajunya ia berlari.
Eve begitu tergesa gesa ketika melewati lorong lorong kelas. Ia tidak mau rombongan orang orang kurang kerjaan itu mengganggunya lagi.
Namun tiba tiba seseorang menghentikan langkah Eve.
"Berhenti!!!!" Suara tegas terdengar dari belakang.
Eve berhenti di tempat, matanya terpejam menahan kesal. "Oh astaga tamat riwayat gue!"Gumamnya.
Bukan karena Eve takut, tapi hari ini dia memang salah meskipun tidak ia sengaja.
Eve sudah malas berurusan dengan para orang kurang kerjaan ini. Ia hendak melanjutkan langkahnya. Namun, seseorang menarik tas nya dari belakang seperti menjinjing anak kucing.
"Mau kemana Lo hm?" Ucap seseorang.
Eve menoleh,suara yang menghentikannya berbeda dengan orang yang tengah menahan tas nya.
"Dasar pembuat onar, sehari saja Lo gak buat masalah apa tidak bisa?" Ucap Jia, salah satu anggota OSIS yang tidak menyukai Eve. Jia selalu berpikir Eve caper pada Jonathan, karena itu ia sangat membenci Eve.
"Heh, Lo kalo yang kurang kerjaan. Lo yang selalu ikutin gue dan mencari cari kesalahan gue!" Balas Eve.
"Lo itu emang salah, ngebantah lagi!" Balas Jia.
Eve tidak terima, ia hendak menyerang Jia. Namun, tangan yang menahan tas nya masih bertahan . Sehingga langkahnya tidak bisa menggapai Jia yang menghindar darinya.
"Lepas, sialan. Gue akan merobek mulut nenek lampir itu!" Ucap Eve berusaha melepaskan diri.
"Apa Lo, sini kalo berani!" Teriak Jia hendak menyerang Eve. Beruntung anak OSIS lainnya ikut menahannya.
"Jia!! Eve!! Hentikan!!" Bentak Tio, selaku wakil ketua OSIS.
"Joe!" Panggil Tio.
Joe yang baru saja memeriksa lorong kelas lainnya setelah menghentikan Eve tadi langsung mendekati mereka.
"Ada apa?" Tanya Joe, matanya melirik Eve tajam.
"Seperti biasa, kedua kucing ini kembali bertengkar!" Tutur anggota OSIS yang menahan Jia.
Joe menatap keduanya secara bergantian. Kemudian berkata dengan suara tegasnya.
"Tidak tahu malu!"
"Bawa ke ruang OSIS !" Titahnya,lalu berjalan lebih dulu.
Eve menepis tangan Tio, lalu menyenggol baju Jia dengan bahunya ketika melewati gadis itu.
"Ih sakit tahu!!" Pekik Jia pura pura tak berdaya, karena joe ada di sana.
Di dalam kelas, Nadia dan Tiara merasa gelisah. Tadi Eve mengatakan jika dirinya sudah berangkat sejak pukul 7. Seharusnya gadis itu sudah tiba di kelas. Namun, sampai saat ini batang hidung Eve masih belum terlihat.
"Eve kemana sih,kenapa masih belum datang?" Tanya Tiara.
"Gak tahu, keknya kejebak macet deh" jawab Nadia.
Tubuh Nadia dan Tiara menegang, jika Eve terjebak macet, maka dirinya akan terlambat. Jika dia terlambat maka dia??
"Gak mungkin kan Tiara?" Gumam Nadia menatap Tiara yang juga menatap kepadanya.
Keduanya langsung heboh, kemudian berlari menuju ke ruang OSIS.
"Yuk yuk lihat Eve di ruang OSIS. Jangan sampai dia kembali terjerat di sana" seru Tiara.
"Ah Nene lampir juga ada di sana pasti. Apalagi iblis tanpa " balas Nadia.
Mereka segera berlari menuju ke ruang OSIS untuk mencari Eve yang memang sudah di bawa oleh anggota OSIS ke sana.
Eve di dudukkan di kursi depan meja Joe. Ia persis seperti tersangka di persidangan. Di sana anak OSIS berkumpul menatap kearahnya.
Sebenarnya mereka sudah malas menghukum Eve yang selalu mereka seret ke ruangan yang paling di takuti oleh siswa siswi lain.
"Lo terlambat lagi?"
"What?"
Eve langsung berdiri, dia tidak suka mendengar penuturan Joe.
"Lo gila, gue hanya terlambat 3 kali dalam 1 semester ini. Dan Lo bilang apa? lagi??" protes Eve dengan suara tinggi nya.
"Pelan kan suara Lo!" Hardik Jia.
"Diam Lo!" balas Eve tak kalah kerasnya.
"Lo yang diam!" balas Jia tak mau kalah.
"Sudah cukup!" Bentak Joe sembari menggebrak meja.
Eve kaget dan langsung diam. Namun, nyalinya tak akan menciut.
"Lo, apa gak cukup surat dari BK? apa gue harus langsung ngomong sama bokap nyokap Lo?"
"Joe!" Jia tidak terima, ia tidak suka bila pria yang ia suka bertemu dengan orang tua Eve.
Namun, belum sempat protes Joe sudah melotot pada Jia. Memberi peringatan agar gadis itu tidak ikut bicara.
Joe kembali menatap Eve, ia benar benar tidak habis pikir. mengapa ia selalu masuk ke dalam ruangan ini dalam kondisi ini.
"Jangan campuri urusan gue yah. Jika Lo mau hukum, oke gue terima. Jangan bawa bawa orang tua!" sanggah Eve.
"Makanya Jan buat ulah!" seru Jia yang langsung diam karena mendapat pelototan dari Joe.
Ga tega ma Eve.. Kemanalaaa arah hubungan Joe da Eve ini? 😔😔😔😔😔