Menjadi seorang asisten rumah tangga bukanlah tujuan hidup bagi seorang wanita bernama ZENVIA ARTHUR.
Tapi pada akhirnya dia terpaksa menjadi ART seorang billionaire bernama KAL-EL ROBERT karena suatu alasan.
Bagaimana keseruan ceritanya?
follow instagram @zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Maid 31
Zenvia masih terdiam dan tak menjawab pertanyaan Kal.
Dan pria itu pun masih tak mengalihkan pandangannya dari netra biru Zenvia.
"Aku akan mendengarkan apa pun yang kau ceritakan meskipun menurutmu itu membosankan," ucap Kal.
Zenvia masih diam.
"Dan sekarang aku memaksa," kata Kal yang sudah menurunkan titahnya.
Lalu Zenvia menyandar di kursinya dan mulai menerawang mengingat sedikit masa lalunya.
"Tak ada yang menarik dalam hidupku. Hidupku biasa biasa saja. Daddy dan mommy cukup ketat menjagaku sejak kecil. Daddy tak pernah melepaskan pandangan matanya dariku. Bahkan daddy masih mengantar jemputku sampai bangku Senior High School," ucap Zenvia memulai ceritanya.
"Sejak kecil, Mommy tak pernah dekat denganku dan kini aku tahu alasannya. Dia lebih dekat dengan adikku yang memang anak kandungnya sendiiri. Daddy menyayangiku tapi tak ada rasa hangat di dalamnya. Perlakuannya padaku hanya sebatas melindungi saja. Dan baru sekarang juga aku baru memahaminya. Semua hanya karena tugas dari ibu kandungku," kata Zenvia.
"Setelah aku kuliah, Daddy mulai membebaskanku dan aku mulai pergi ke mana pun sendiri tanpa pengawalan dari daddy karena mungkin menurutnya aku sudah aman dan bisa menjaga diriku sendiri," lanjut Zenvia.
"Hingga akhrinya insiden itu terjadi dan membawaku ke New York. Tak ada yang menarik, bukan? Aku bahkan tak berteman dengan siapa pun karena daddy melarangku melakukan hal itu. Aku tak boleh dekat dengan orang asing bahkan dengan teman sekelasku sendiri. Dan herannya aku selalu menurutinya karena sejak kecil hal itu sudah tertanam di otakku," ucap Zenvia.
Kal diam dan belum menanggapi apa pun. Lalu Zenvia mengambil kembali bukunya kembali dari tangan Kal tapi pria itu tak melepaskannya.
Mata mereka saling bertaut dan Kal hanya menunggingkan senyum miringnya.
"Bagaimana dengan pria? Apakah kau pernah berhubungan dengan seorang pria? Apakah kau pernah menyukai seorang pria?" tanya Kal.
"Tidak," jawab Zenvia singkat dan mencoba mengambil kembali bukunya tapi Kal tetap saja tak memberikannya.
"Jangan membuatku bersikap tak sopan padamu, Kal. Berikan buku itu," ucap Zenvia.
"Aku suka jika kau bersikap tak sopan padaku. Cobalah," sahut Kal.
Lalu Zenvia memundurkan tubuhnya dan kembali menyandar kemudian melihat ke arah luar jendela pesawat.
"Hei, lihat aku. Dan ini perintah. Sudah kubilang aku tak suka diabaikan," ucap Kal.
'Oh my God ... Mengapa pria ini selalu seenaknya sendiri?' batin Zenvia kesal, tapi dia tak bisa mengabaikan perintah bos nya itu.
Zenvia kemudian melihat ke arah Kal.
"Apa ada lagi yang harus kulakukan lagi untukmu, Tuan?" tanya Zenvia.
Kal hanya tersenyum dan mengambil tangan Zenvia. Dia menyusuri telapak tangan halus Zenvia.
"Tanganmu bukanlah tangan tipe pekerja. Kurasa ayahmu sangat menjagamu dengan baik dulu," ucap Kal.
"Bisakah kau melepaskan tanganku?" sahut Zenvia yang merasa tak nyaman dengan hal itu karena membuat tengkuk lehernya meremang.
Kal hanya menggeleng dan masih menyusuri telapak tangan Zenvia dengan jari jemarinya. Dan tentu saja itu membuat dada Zenvia berdebar karena gerakan jari Kal begitu pelan dan seperti sengaja menggodanya.
"Katakan apa yang kau rasakan ketika aku memegang tanganmu?" tanya Kal.
Zenvia meneguk salivanya dan berusaha menarik tangannya tapi Kal masih menahannya dengan erat.
"Say it," ucap Kal lagi.
"Aku merasa risih," sahut Zenvia.
Kal tertawa kecil lalu mengangkat tangan Zenvia dan mengecup ujung jemari telunjuknya. Hal itu bagaikan aliran listrik yang menyengat tubuh Zenvia.
Zenvia membelalakkan matanya dan Kal justru tersenyum serta menatap lekat mata Zenvia.