NovelToon NovelToon
Pengawal Kampung Duren

Pengawal Kampung Duren

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Keluarga / Persahabatan / Slice of Life / Penyelamat
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hinjeki No Yuri

bercerita tentang Boni, seorang pemuda lugu yang kembali ke kampung halamannya setelah merantau selama 5 tahun. Kedatangannya disambut hangat oleh keluarga dan sahabatnya, termasuk Yuni, gadis cantik yang disukainya sejak kecil.
Suasana damai Desa Duren terusik dengan kedatangan Kepala Desa, pejabat baru yang sombong dan serakah. Kepala desa bermaksud menguasai seluruh perkebunan durian dan mengubahnya menjadi perkebunan kelapa sawit.
Boni dan Yuni geram dengan tindakan kepala desa tersebut dan membentuk tim "Pengawal Duren" untuk melawannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinjeki No Yuri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia di Balik Pohon Durian Tua

Pagi itu, sinar matahari yang lembut menyelinap di antara dedaunan pohon durian. Udara sejuk membuat suasana kampung terasa tenang dan damai. Boni dan Yuni memutuskan untuk mengunjungi kebun durian lebih pagi dari biasanya. Mereka ingin melihat beberapa pohon durian tua yang baru-baru ini menjadi perbincangan warga.

Pak Jono mengatakan bahwa ada satu pohon durian tua yang dianggap membawa keberuntungan. Pohon itu selalu menghasilkan durian berkualitas terbaik setiap tahunnya. Bahkan, katanya, pohon itu adalah pohon tertua di kebun dan ditanam oleh leluhur mereka yang pertama kali membuka lahan kebun durian di kampung ini.

“Aku penasaran banget sama pohon durian tua itu, Boni. Katanya ada rahasia di balik pohon itu,” kata Yuni sambil tersenyum penuh semangat.

Boni mengangguk, wajahnya juga terlihat antusias. “Iya, aku juga. Dulu, waktu kecil, aku sering dengar cerita dari kakekku tentang pohon itu, tapi belum pernah benar-benar tahu apa yang spesial darinya.”

Dengan langkah santai, mereka berjalan melewati kebun durian yang luas. Sepanjang perjalanan, mereka berbincang-bincang tentang segala hal, dari rencana panen berikutnya hingga kabar dari beberapa pengunjung yang masih mengirim pesan terima kasih atas pengalaman panen sebelumnya. Kebersamaan ini membuat mereka berdua semakin dekat, saling mengenal lebih dalam, dan semakin memahami arti penting kebun durian bagi mereka.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di dekat pohon durian tua yang dimaksud. Pohon itu memang terlihat berbeda dari yang lain. Batangnya lebih besar, dengan akar yang mencuat ke permukaan tanah, seolah-olah menunjukkan kekuatannya yang kokoh. Dedaunan pohon itu tampak lebat dan rindang, memberikan naungan yang menenangkan.

Yuni menyentuh batang pohon itu perlahan. “Kamu lihat ini, Boni? Pohon ini benar-benar besar dan tua. Rasanya seperti ada aura berbeda di sekitarnya.”

Boni mengangguk setuju. “Iya, pohon ini pasti sudah sangat tua. Mungkin usianya lebih dari seratus tahun. Dulu, kakek pernah bilang bahwa pohon ini seperti pelindung kebun durian kita. Pohon ini selalu menghasilkan durian yang manis dan harum.”

Mereka berdua duduk di bawah pohon itu, menikmati angin yang bertiup lembut. Dari bawah pohon, mereka bisa melihat seluruh kebun durian yang terhampar luas. Rasanya seperti duduk di puncak dunia, melihat keindahan kampung mereka yang dikelilingi pepohonan hijau dan subur.

“Yun, kamu tahu nggak?” Boni tiba-tiba bicara dengan nada serius. “Dulu, ada cerita kalau pohon ini dianggap sebagai pohon pelindung kampung. Katanya, siapa pun yang mencoba merusak kebun ini akan kena kutukan dari pohon ini.”

Yuni menatap Boni dengan mata berbinar, tertarik dengan cerita itu. “Benarkah? Ceritakan lebih lanjut, dong!”

Boni tersenyum, lalu mulai menceritakan kisah yang pernah ia dengar dari kakeknya.

Menurut cerita yang pernah Boni dengar, dahulu kala, Kampung Duren sering didatangi oleh orang-orang luar yang ingin menguasai kebun durian mereka. Namun, setiap kali ada yang berniat buruk, sesuatu yang aneh selalu terjadi. Misalnya, seseorang yang mencoba menebang pohon itu mendadak sakit parah dan harus pulang tanpa berhasil menyentuh pohon tersebut. Lalu, ada juga yang kehilangan arah di dalam kebun dan tersesat hingga berjam-jam, meski kebun itu tidaklah terlalu besar.

“Warga kampung percaya bahwa pohon ini memiliki kekuatan magis yang melindungi kita. Itu sebabnya, orang tua di kampung kita selalu berpesan agar kita menghormati pohon ini dan tidak merusaknya,” lanjut Boni sambil menatap pohon besar di depannya dengan penuh hormat.

Yuni mendengarkan dengan seksama. Baginya, cerita itu terasa seperti dongeng yang penuh misteri, tapi ada sesuatu yang membuatnya ingin mempercayai legenda tersebut. “Aku jadi ingin menjaga pohon ini lebih baik lagi. Bagaimanapun, ini adalah pohon yang sudah bersama kita sejak lama.”

Boni mengangguk. “Betul. Karena itulah kita harus memastikan kebun ini tetap aman, supaya tidak ada yang merusaknya. Kalau sampai pohon ini rusak, aku takut kutukannya benar-benar akan terjadi.”

Setelah berbincang lama tentang legenda pohon durian tua, Boni dan Yuni mulai memikirkan cara untuk menjaga kebun lebih baik lagi. Selama ini, mereka dan tim Pengawal Duren sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kebun dari rencana-rencana Kepala Desa yang serakah, namun mereka merasa masih ada yang kurang.

“Aku pikir, kita butuh lebih banyak orang untuk ikut menjaga kebun ini,” kata Yuni dengan penuh semangat.

Boni mengangguk setuju. “Iya, kalau kita bisa melibatkan lebih banyak warga kampung, kita akan lebih kuat. Lagipula, ini kan kebun kita semua. Semua orang harus merasa bertanggung jawab.”

Mereka berdua pun mulai merencanakan untuk mengajak lebih banyak warga kampung bergabung dengan tim Pengawal Duren. Rencananya, mereka akan mengadakan pertemuan di balai desa dan mengajak warga yang peduli dengan kebun durian untuk bergabung. Dengan begitu, mereka bisa saling menjaga dan memastikan kebun tetap aman dari ancaman apa pun.

Yuni menepuk pundak Boni. “Ayo, kita pasti bisa! Lagipula, setelah melihat betapa pentingnya kebun ini, aku yakin warga kampung akan setuju untuk menjaga kebun bersama-sama.”

Boni tersenyum penuh keyakinan. “Iya, Yun. Dengan kekuatan kita semua, aku yakin kebun ini akan tetap menjadi milik kita.”

Setelah sore menjelang, Boni dan Yuni kembali ke rumah masing-masing. Namun, mereka tidak lupa menyebarkan kabar mengenai pertemuan di balai desa esok hari. Mereka mengundang semua warga untuk hadir dan mendiskusikan cara menjaga kebun durian agar tetap aman.

Keesokan harinya, balai desa dipenuhi warga yang datang dengan antusias. Banyak yang penasaran dengan apa yang akan dibicarakan, sementara beberapa yang lain sudah mendengar kabar tentang rencana menjaga kebun bersama-sama.

Boni dan Yuni berdiri di depan, menyampaikan ide mereka dengan jelas. Boni menceritakan kembali legenda pohon durian tua, mengingatkan warga betapa pentingnya kebun ini bagi mereka semua. Ia juga menekankan bahwa ancaman Kepala Desa masih ada, dan mereka harus bersatu untuk melindungi apa yang mereka miliki.

Salah satu warga, Pak Slamet, angkat bicara. “Aku setuju dengan kalian. Kebun ini adalah warisan kita semua. Kalau kita tidak menjaganya, siapa lagi yang akan melindunginya?”

Warga lainnya mengangguk setuju. Mereka merasa bangga dan semakin yakin bahwa kebun durian adalah aset berharga yang harus dilindungi bersama.

Yuni melanjutkan, “Kita akan membagi tugas dan membentuk kelompok-kelompok kecil yang bergantian menjaga kebun setiap minggu. Dengan begitu, semua orang bisa ikut berpartisipasi tanpa merasa terbebani.”

Setelah pertemuan tersebut, semangat warga Kampung Duren semakin membara. Mereka mulai melakukan jadwal jaga di kebun, memastikan tidak ada yang merusak pohon atau mencoba mencuri durian. Setiap pagi dan sore, kelompok-kelompok kecil warga bergantian memantau kebun dengan penuh semangat.

Pak Jono, yang sudah dianggap sebagai tokoh senior di kampung, merasa bangga dengan usaha warga. Ia sering menemani Boni dan Yuni dalam patroli, memberi mereka nasihat serta cerita-cerita lama yang menguatkan semangat mereka.

“Ini yang kita butuhkan, kebersamaan,” ujar Pak Jono sambil menatap kebun durian dengan bangga. “Dengan begini, kebun ini akan selalu menjadi milik kita.”

Hari demi hari, pohon durian tua itu semakin menjadi simbol persatuan warga Kampung Duren. Setiap kali mereka berpatroli, mereka selalu melewati pohon itu seolah-olah mendapat kekuatan dan semangat baru. Bagi mereka, pohon itu bukan hanya sekadar pohon, tetapi juga pelindung yang selalu setia menjaga kebun mereka.

Boni dan Yuni merasa lega. Mereka sadar, perjuangan mereka selama ini tidak sia-sia. Warga Kampung Duren kini bersatu dan bersama-sama menjaga kebun durian yang mereka cintai. Meskipun Kepala Desa mungkin masih merencanakan sesuatu, mereka tidak lagi merasa takut. Dengan kebersamaan dan semangat, mereka yakin bisa menghadapi apa pun yang akan datang.

Pohon durian tua itu tetap berdiri kokoh, seolah mengawasi seluruh kampung dengan bijaksana. Di bawah naungan para seluruh warga desa yang saling bekerjasama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!