Deskripsi
Perjalanan hidup seorang gadis perantauan, hidup dikota dengan harapan bisa merubah ekonomi keluarga nya.
Sebut saja Aisha, dia terkenal dengan sikap nya yang terkesan dingin, tak pandai berteman dan sering memilih untuk menyendiri.
Kesendirian itulah yang membuat nya bertemu dengan gadis cantik keturunan Korea.
Pertemuan itu pun akhirnya membuat Aisha nyaman dan memilih untuk berteman dengan gadis Korea yang sebenarnya tidak terlihat oleh mata teman-teman kerja nya.
Bagaimana kisah Aisha yang berteman dengan hantu?
Ikuti keseruan ceritanya hanya di novel karya putri cobain.
Silahkan membaca, ditunggu like komen dan jangan lupa subscribe nya, biar semangat update nya 😃😃🙏 terima kasih sebelumnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemakaman tujuh korban
Sean dan Aisha pun kembali mendatangi tempat ritual itu, mereka berpikir jika tidak akan terjadi ritual yang mereka takut kan.
"Sha, tenang lah sedikit, teman-teman lu pasti aman."
Kata-kata Sean yang justru langsung dijawab dengan apa yang ada di depan mereka.
Aisha pun langsung histeris saat melihat wajah Jangkung yang sudah tidak menyatu dengan tubuh nya, begitu juga dengan Sean, yang tidak berpikir jika ritual itu tetap dilakukan.
"Terlambat, mereka tidak akan selamat."
Jawab Sean yang langsung membuat Aisha semakin histeris.
"Diam Sha, kita bisa ketahuan kalau kamu terus teriak."
Tegur Sean yang langsung menutup mulut dan mata Aisha.
Sean pun langsung membawa Aisha keluar dari tempat itu, tentu saja, sangat menakutkan apa yang sudah terjadi disana, dan akhirnya mereka pun kembali ke pondok pak Hadi karena mereka pun sudah di tunggu oleh pihak polisi.
"Menurut hasil autopsi, mayat yang ditemukan di dalam sumur merupakan korban pembunuhan."
Kata-kata pak polisi yang menjelaskan pada semua nya.
"Menurut informasi, korban tewas sudah pernah di laporkan hilang oleh pihak keluarga, namun hingga saat ini kasusnya masih belum bisa di seselaikan."
Tegas polisi kembali.
"Apa ada tanda-tanda yang bisa mengarah pada pelaku?."
Tanya Sean yang langsung bertanya pada pak polisi.
"Untuk hasilnya kita sudah temukan, dan sidik jari berasal dari satu keluarga yang kini telah meninggal dunia."
Jawab polisi yang memberi keterangan.
"Apa mereka di bunuh oleh satu keluarga?."
Tanya pak Hadi yang ingin tahu.
"Benar, mereka adalah karyawan dari keluarga tersebut."
Jawab pihak kepolisian kembali.
"Apa karena pelakunya sudah meninggal, jadi kasus nya tidak di buka kembali?."
Tanya Aisha yang merasa keberatan jika kasus itu dianggap selesai.
"Mau bagaimana lagi, kita tidak ada bukti yang menuju ke arah lain."
Jawab pihak polisi yang memberi keterangan lebih lanjut.
"Tidak mungkin, pasti ada sesuatu Sean, cepat lakukan sesuatu."
Ujar Aisha yang langsung menarik tangan Sean.
"Apa yang bisa kita lakukan Sha!, kita harus punya bukti, baru kita bisa menyeret nyonya Lee."
Jawab Sean yang sengaja dia pelan kan.
Aisha pun di buat kesal, tentu saja karena dia sudah tahu jika pembunuhan itu sudah di rencanakan oleh ibu Ara dan pak Doni, namun sayang, Aisha tidak ada bukti yang kuat untuk membawa mereka ke jalur hukum.
Waktu pun terus berjalan, mereka pun akhirnya kembali ke pondok pesantren dan menceritakan apa yang dilakukan oleh nyonya Lee beserta pengikutnya.
"Jangkung, kasihan sekali dia, manangis gua kung."
Tangis Aisha yang kembali mengingat kejadian itu.
"Semuanya sudah takdir, kita tidak bisa melawan kehendak Tuhan."
Jawab Sean yang mencoba untuk menenangkan hati Aisha.
"Kehendak Tuhan bagaimana?, itu murni pembunuhan, Tuhan tidak sekejam itu Sean!"
Tanya Aisha yang mempertanyakan kenapa harus tentang takdir.
"Semuanya sudah terlambat Sha!, pasti akan ada lagi korban berikutnya, hingga berhenti di titik antara kamu Asti!"
Teriak Sean dengan tangan nya yang memegang kepalanya.
Pak Hadi pun langsung mempertanyakan tentang apa yang sedang mereka bicarakan, dan betapa terkejutnya saat pak Hadi tahu tentang apa yang mereka lihat.
"Inalillahi wa Inna ilaihi Raji'un, betapa kejamnya manusia ini, dia sudah mendahului tuhan nya."
Ucapan pak Hadi dengan raut wajahnya yang terlihat ikut prihatin.
"Untuk keluarga sudah ada yang datang, namun dari pihak keluarga, mereka ingin menguburkan jenazah dengan makam yang saling berdekatan."
Ujar pak polisi yang memberi tahu pada pak Hadi.
"Apa keluarga Ara datang untuk menjemput Ara?."
Tanya Aisha yang berharap jika nyonya Lee soo datang.
"Belum ada, dari jenazah yang bernama Ara, tidak ada keluarga yang datang."
Jawab pak polisi kembali.
"Bagaimana bisa keluarga Ara tidak ada yang datang."
Tanya Aisha yang kesal saat mendengar ucapan polisi.
"Lah, kamu ini bagaimana?, sudah jelas kan, keluarga Lee terbukti bersalah dalam kasus ini, mereka pun ikut meninggal dengan cara bunuh diri."
Jelas pak polisi yang membuat Sean menyuruh Aisha untuk diam.
"Sudah lah Aisha, untuk saat ini lu bisa tenang kan?."
Ucapan Sean dengan matanya yang terlihat memberi isyarat pada Aisha.
Akhirnya, mereka pun langsung bergegas menuju tempat pemakaman tujuh korban yang sudah berhasil di evakuasi, menurut hasil penelitian, mereka berasal dari satu pabrik dan hanya satu orang yang merupakan salah satu anak dari pemilik pabrik yang bukan lain adalah Ara.
Waktu pun terus berjalan, proses pemakaman tujuh korban pun berhasil di selesaikan.
"Ara, aku berharap kamu bisa tenang di alam sana."
Ucap Aisha yang berbicara didepan pusara Ara.
"annyeong hi jumu se yo".
Ucap Sean dalam bahasa Korea yang artinya silahkan tidur dengan damai.
Aisha pun langsung mengeluarkan liontin Ara, dia berjanji akan mengurus tuntas masalah yang terjadi pada Ara semasa hidup nya, dan berharap tidak ada lagi korban selanjutnya.
"Ara, sayang nya kita bertemu setelah kamu tidak ada, mungkin jika kamu ada, kamu adalah temanku satu-satunya."
Ujar Aisha yang berpikir jika saat itu hanya Ara saja yang mau berteman dengan nya.
Aisha pun akhirnya menyimpan kalung Ara, berharap agar Ara bisa tenang bersama dengan kalung nya, Aisha tidak memberikan kalung itu pada pak Hadi, karena Ara yang berbeda agama pasti memiliki kepercayaan sendiri.
Setelah pulang dari pemakaman, hal aneh pun kembali terjadi, saat itu, Aisha memilih untuk kembali ke kontrakan nya yang sudah lama dia tinggalkan.
"Lu yakin mau menginap di sini?."
Tanya Sean yang bertanya pada Aisha.
"Iya, tidak enak jika terus menerus menumpang di pondok pak Hadi."
Jawab Aisha yang tidak enak hati jika terus tinggal di pondok.
Saat pintu kamar nya di buka, Aisha pun di buat kaget saat melihat kamarnya yang sudah rapi seperti semula, Aisha sangat sadar, begitu juga dengan Sean yang terakhir mengunci kamar Aisha dalam keadaan yang berantakan.
"Sean, lu beresin kamar gua?."
Tanya Aisha yang kaget saat melihat isi kamar nya.
"Mana berani gua, masuk kamar lu aja gua takut."
Jawab Sean yang melihat sesuatu di depan kaki Aisha.
"Terus siapa yang beresin?, hantu Ara?, apa ada hantu yang lain."
Ujar Aisha yang tertawa geli saat itu.
"Lihat, apa yang ada di bawah lu."
Tunjuk Sean pada lantai kamar Aisha.
"Apa!, ada Kepala buntung lagi kah?."
Tanya Aisha yang mengingat kejadian di pabrik.
"Bukan, coba saja lu lihat sendiri."
Jawab Sean yang justru tersenyum pada Aisha.
"Ini kan kalung Ara, bukannya gua udah simpan di sana."
Kata-kata Aisha yang terlihat gemetaran.
"Gua juga lihat lu nyimpan tadi, tapi masa iya ada disini sekarang."
Jawab Sean yang langsung mengambil kunci motornya.
"Lu mau kemana Sean!."
Tanya Aisha yang mengikuti Sean keluar dari kamar nya.
"Ini nggak masuk akal, pasti ini kalung yang berbeda."
Jawab Sean yang langsung menyalakan motor nya.
"Terus kita mau kemana?."
Tanya Aisha kembali.
"Kita ke pemakaman, gua penasaran Sha."
Jawab Sean yang langsung pergi bersama dengan Aisha.
Saat itu, hari sudah menjelang malam, mereka masih ada di perjalanan karena jarak yang cukup jauh.
"Sebaiknya kita tidak usah kesana Sean."
Ujar Aisha yang tiba-tiba berubah pikiran.
"Kenapa!, lu takut?, bukannya lu bisa melihat hantu, kenapa juga masih takut."
Jawab Sean yang seperti tidak ada takut nya.
Mau bagaimana lagi, Aisha pun kembali diam dan mengikuti Sean mendatangi makam yang baru tadi siang di kuburkan.
lanjutkan semangat menulis dan berkarya selalu