Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 18
Virgin dan Boby melangkah ke kantor Kepala Sekolah dengan hati yang tak karuan. Mereka lebih terkejut lagi, ketika mereka tiba di sana dan mereka mendapati dua orang teman mereka yang saat itu melakukan tindakan kejahatan itu sedang duduk berhadapan dengan Elena.
"Selamat pagi Tante. " Sapa Virgin sembari mencium tangan Elena, yang juga diikuti Boby.
"Nah Virgin, Boby, karena kalian sudah di sini, Bapak ingin bertanya pada kalian. Maaf ya jika Bapak menyita waktu pelajaran kalian." Ucap Pak Kepala Sekolah.
Virgin mengangguk.
"Bapak ingin bertanya, ini terkait kejadian di tempat kegiatan itu. Bapak hanya ingin bertanya, di mana kalian saat pukul 18:45- 19:25.?" Tanya Kepala Sekolah serius.
"Ke.. Kenapa Bapak bertanya seperti itu? Apa Bapak mencurigai kami?" Virgin panik.
"Bukan seperti itu Virgin. Karena pada jam itu, hanya kalian berlima Senja yang tidak terlihat di sekitar api unggun. Kalian baru terlihat lagi ketika antrian makan."
" Saat itu, sa.. Saya sedang kembali ke kamar karena saya melupakan ponsel saya. Kemudian saya masih ke kamar mandi karena perut saya sakit dan setelah menyelesaikan urusan saya di kamar mandi, baru saya kembali. Itu kenapa saya baru kembali terlihat saat sudah mulai antri mengambil makanan." Virgin menjawab.
"Lalu kamu Boby? " Kepala Sekolah kembali bertanya pada Boby.
"Kalau saya, saat itu saya sedang menerima telepon dari Papi saya. Kami masih berbicara cukup lama sehingga saya lebih memilih keluar untuk berbicara dengan nyaman." Jelas Boby.
"Benarkah yang kalian katakan? " Tanya Elena.
"Iya Tante. Ngga mungkin dong aku bohong." Virgin meyakinkan.
"Baiklah. Kami sudah mendengar pernyataan kalian. Kalian boleh kembali ke kelas." Pinta Pak Kepala Sekolah.
"Maaf ya anak-anak, Tante cuma mau mencaritahu lebih dalam soal kejadian itu. Kita kesulitan karena CCTV di sana rusak dan dalam perbaikan. Tante hanya menggali informasi dari mulut ke mulut. Kalian kembalilah ke kelas dan lanjutkan pelajaran kalian. " Elena berbohong dengan penjelasan.
"Oh gitu. Ngga apa-apa ko Tan. Senang bisa membantu. Virgin kembali ke kelas dulu ya."
"Iya sayang." Jawab Elena.
"Bagaimana Bu? Apa masih ada yang perlu kita interogasi?" Tanya Kepala Sekolah.
"Cukup untuk hari ini Pak. Dari pernyataan korban sebelumnya dia terus menutup mulut, maka akan sia-sia jika kita kembali bertanya." Elena menyimpulkan.
"Baik Bu kalo begitu."
"Saya permisi." Elena beranjak dari kursinya dan pamit pergi.
.
.
"Hufft untung aja CCTVnya rusak. Sial banget kalo kita sampai kedapatan." Ucap Boby.
"Hahaha. Kan gue udah bilang, keberuntungan memang lagi memihak ke kita." Virgin bangga.
.
.
"Aku tidak boleh gegabah. Aku harus terus memantau." Gumam Elena dalam hatinya.
.
.
"Hazel." Panggil Elena.
"Iya Ma?"
"Kalau sudah selesai makan, temui Mama di ruang kerja ya."
"Oke Ma."
Hazel sudah berada di ruang kerja milik Elena dan duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu.
"Zel. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Mama akhir-akhir ini. Mama mau tahu pendapat kamu."
"Soal apa Ma?"
"Mama mau tanya. Masa depan seperti apa yang mau kamu jalani? "
Hazel tersentak.
"Jawablah sayang. Mama akan mendengar. "
"Masa depan yang Hazel mau? Hazel pengen jadi seorang dokter yang bisa menolong siapapun yang sedang sakit. Selain itu, Hazel pengen hidup sendiri dan sederhana. Hazel pengen hidup tanpa aturan Ma. Itu masa depan yang Hazel pengen." Hazel menjelaskan dengan mata berbinar-binar.
Mendengar itu, Elena terdiam.
"Jika kamu diberi kesempatan untuk mendapatkan itu semua, apa kamu siap untuk kehilangan?"
"Kehilangan?" Apa maksud Mama?"
"Ngga sayang. Mama janji akan mewujudkan masa depan yang kamu inginkan. "
"Hazel ngga yakin Hazel bisa hidup seperti yang Hazel mau di masa depan. Kakek ngga mau Hazel jadi dokter. Kata Kakek, masa depan Hazel ngga akan baik kalau Hazel jadi dokter." Hazel mengeluh.
Hati Elena terasa sakit ketika mendengar itu semua. Namun, dia tidak ingin anaknya hidup seperti dirinya. Dia ingin Hazel hidup sesuai apa yang dia mau.
"Mama janji. Kamu akan jadi dokter." Ucap Elena bersungguh-sungguh.
"Maaaa.. "
"Kamu istirahatlah. Mama hanya ingin mendengar itu langsung dari mulut kamu. Night Sayang."
"Good Night Mama Elena. " Hazel paham jika Mamanya tidak ingin lagi berbicara.
"Oh ya Hazel, soal kejadian di tempat kegiatan kamu kemarin, bagaimana keadaan anak itu? Senja." Tanya Elena.
"Dia baik-baik aja, Ma. Cuma Hazel ngga tahu apa dalam dirinya benar-benar baik-baik aja apa ngga."
"Ya. Dia pasti terguncang. Mama akan beri ganjaran untuk mereka yang sudah sangat keterlaluan. Ini terkait nama baik sekolah kita."
"Hazel serahin ke Mama." Hazel kemudian berlalu ke kamarnya.
Elena melihat kepergian anaknya dengan tatapan sendu. Dia selalu takut jika memikirkan masa depan Hazel. Tekanan dari pihak Presdir membuatnya frustasi dan tidak bisa berbuat apa-apa.
.
.
Senja baru saja ingin tidur. Sesaat, pandangannya tertuju pada jaket milik Hazel dan Angga yang ada di dalam lemari.
"Ah benar juga. Aku harus mengembalikan jaket mereka. Besok aja deh." Senja kemudian mengambil jaket- jaket tersebut dan menyimpannya di dalam papper bag.
Dia kemudian memilih untuk tidur. Ingatannya kembali pada kejadian saat di tempat kegiatan kemarin. Ada rasa trauma yang muncul. Namun ketakutannya sedikit reda saat dia mengingat bagaimana Hazel menemukannya.
"Kenapa aku terus memikirkan dia ya? " Gumam Senja malu sambil menutup mukanya dengan bantal.
.
.
Keesokan paginya, Senja berangkat ke Sekolah sambil menenteng papper bag yang berisi jaket milik Angga dan Hazel. Dia bertemu dengan Angga di gerbang sekolah, dan di saat itu juga dia mengembalikan jaket Angga. Angga dengan senyum menerimanya dan keduanya terlihat berbincang dengan hangat.
Kejadian itu tidak sengaja dilihat oleh Hazel yang beru saja tiba di sekolah.
Seketika dia menjadi kesal dan emosi. Dengan wajah kesal dia berjalan menuju ke kelas.
Saat jam pelajaran pertama usai, ketika anak-anak keluar ke kantin, tinggallah Hazel dan Senja sendiri di kelas. Senja dengan malu berjalan ke arah Hazel untuk memberikan papper bag itu.
"Zel.. Inii. " Sambil menyodorkan papper bag.
"Temuin gue di atap sekolah pulang sekolah nanti." Hazel menolak papper bag itu kemudian keluar dari kelas.
.
.
Senja dan Hazel kini berada di atas atap sekolah saat semua anak sudah pulang.
"Kenapa ajak aku ke sini?" Tanya Senja.
"Gini deh, lo emang pecicilan ya ke semua cowok?" Hazel mengeluarkan kalimat yang aneh.
"Maksudnya?"
"Lo ngerti maksud gue. Tadi juga lo ngasih jaket ke Angga. Apa lo emang serendah itu ya? Jual kesedihan ke semua cowok biar dapat perhatian? " Kata- kata Hazel pedas.
"Aku ngga ngerti ya maksud kamu itu apa. Tapi dibanding kamu, ka Angga jauh lebih baik. Dia ngga kasar dan juga mulutnya ngga jahat kayak kamu. Aku kira kamu emang cowok yang beda. Kami udah nyelamatin aku, udah nolong aku, dan sekarang kamu sama kayak anak-anak lain yang ngatain aku." Senja berteriak marah.
"Itu. Aku kembalikan jaket kamu. Dan mulai hari ini, kamu jangan ikut campur lagi dalam hidup aku. Anggap aja kita ngga pernah ketemu dan ngga pernah kenal." Senja melempar papper bag ke arah Hazel kemudian pergi meninggalkan Hazel sendirian.
"Haissh. Kenapa sih gue idiot banget kayak gini. Kenapa mulut gue harus ngucapin hal kayak gitu. Ahhhh demi apapun, apa yang sebenarnya terjadi sama diri gue." Hazel kesal dengan dirinya sendiri.
.
.
BERSAMBUNG...
Semangat berkarya yaa... 💕
dikasih space kak