NovelToon NovelToon
Mardo & Kuntilanaknya

Mardo & Kuntilanaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:395
Nilai: 5
Nama Author: Riva Armis

Mardo, pemuda yang dulu cuma hobi mancing, kini terpaksa 'mancing' makhluk gaib demi pekerjaan baru yang absurd. Kontrak kerjanya bersama Dea, seorang Ratu Kuntilanak Merah yang lebih sering dandan daripada tidur, mewajibkan Mardo untuk berlatih pedang, membaca buku tua, dan bertemu makhluk gaib yang kadang lebih aneh daripada teman-temannya sendiri.

Apa sebenarnya pekerjaan aneh yang membuat Mardo terjun ke dunia gaib penuh risiko ini? Yang pasti, pekerjaan ini mengajarkan Mardo satu hal: setiap pekerjaan harus dijalani dengan sepenuh hati, atau setidaknya dengan sedikit keberanian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riva Armis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9: Mulai Kerja

Gue dan Sulay mengunjungi tim informasi di ruangan paling ujung. Kalau gue gak salah, dua ruangan sebelum ini, gue melihat ada sebuah ruangan yang pintunya transparan sehingga gue bisa melihat sekilas. Di sana gue melihat banyak orang dalam akuarium besar, dan semuanya gak kayak manusia. Karena Sulay jalannya cepat banget gue jadi gak sempat nanya ke dia.

"Do, mereka emang kerja khusus buat nyari informasi. Jadi mending lo diam aja. Kalau ada yang nyoba nanya-nanya soal lo atau soal pedang lo, lo senyumin aja. Paham, kan?"

Gue mengangguk. Kami membuka pintu.

"Kami dari tim lapangan. Mohon kerjasamanya," kata Sulay, kepada cewek-cewek berwajah pucat dengan baju putih.

"Baik, Pak," sahut salah satu dari mereka, yang satu-satunya berkulit normal.

Mereka segera menyusun berkas dan menyerahkannya kepada Sulay. Saat beberapa cewek mendekati gue sambil menatap pedang yang gue pegang, Sulay segera mendorong gue dan keluar ruangan.

"Bego lo!"

"Hah? Kata Bapak tadi senyumin aja."

"Gue bilang, kan kalau lo ditanyain baru lo senyum gak usah jawab, bukan malah senyum ke mereka satu per satu!"

"I-iya yaudah maaf, Pak."

"Nih, lo pelajarin berkasnya. Gue mau ke toilet dulu."

Gue duduk di kursi panjang, tepat berseberangan dengan ruangan transparan yang gue bilang tadi. Gue membuka berkas, membacanya dengan teliti, merekam wajah target kami baik-baik dalam ingatan gue. Beberapa poin penting yang gue tangkap adalah namanya Alan, usia 17 tahun, punya banyak pacar, emosi gak stabil, suka berantem, dan secara misterius gak pernah berhasil ditangkap polisi.

Gue masih membuka-buka berkas itu, lalu gue mendengar ada suara ketukan dari pintu di depan. Saat gue menatap ke arah suara, gue kaget banget karena ada orang berdiri dari balik pintu sambil menatap gue. Gue yakin itu cowok, tapi yang bikin aneh adalah kepalanya lonjong ke atas dan rambutnya gondrong. Yang bikin mukanya serem adalah bibirnya yang kayak paruh ayam. Dan dia mengetuk pintu dengan bibirnya itu sambil menatap gue.

Waktu SMP gue pernah pelihara ayam dalam kardus, dan gak sampai seminggu dia mati karena keseringan matuk-matukin kardusnya sendiri. Berbekal empati dan pengalaman itu, gue menutup berkas dan berjalan mendekati pria itu. Sekarang, hanya kaca transparan lah yang membatasi kami.

"Nama kamu siapa?" tanyanya.

"Mardo ... Pak."

"Saya Torgol. Kamu dari tim mana?"

"Lapangan, Pak."

Dia langsung bertepuk tangan dan mematuk kaca sekali lagi. Bikin kaget aja!

"Berarti kamu jago bertempur, kan?"

"Enggak, Pak, tapi saya jago mengintai."

Dia melirik ke segala arah. Ke teman-temannya di belakang, keluar ruangan, dan ke pedang gue.

"Mardo, kita ini sebenarnya bisa bekerjasama. Saya bisa bikin kamu jadi jago bertempur, dan kamu bisa bikin saya gak kesakitan lagi di dalam sini."

Gue segera menyembunyikan pedang gue ke belakang ketika merasa bahwa orang ini punya rencana jahat.

"Coba kamu perhatikan ini."

Dia mundur selangkah, dan ketika muncul asap hitam dari tubuhnya dia langsung berubah menjadi burung kecil. Gue takjub banget! Dia terbang dengan lincah dan sangat cepat! Saat dia menabrakkan diri ke kaca di depan gue, dia kembali berubah ke wujud awal. Membuat suara tabrakkan yang nyaring! Dan ketika gue perhatiin, gak ada retakan di kaca itu. Keren!

"Manusia mana yang menduga kalau burung kecil yang hinggap di dahan pohon rumahnya, adalah malaikat maut yang akan mencabut nyawanya? Jawab, Mardo."

Gue mikir bentar. Iya juga, ya. Kalau gue kerjasama bareng dia buat mengintai Alan, pasti kerjaan gue dan Sulay akan lebih ringan. Gue jenius banget!

"Terus, gimana cara kita mulai kerjasamanya, Pak?"

"Tempelkan pedang kamu ke kaca."

Gue membuka sarungnya, sarung berwarna hitam pemberian Mery, lalu menuruti kata-kata orang aneh bernama Torgol itu. Ketika pedang ditempelkan, Torgol berubah menjadi asap hitam dan secara aneh masuk ke dalam pedang gue.

Karena teman-temannya di belakang ada dalam akuarium, mereka gak bisa mendekati gue. Mereka teriak-teriak untuk minta dikeluarin. Ketika gue menyadari pedang gue jadi jauh lebih berat dari sebelumnya, gue segera menutupnya kembali dan mundur ke kursi. Gak lama, Sulay pun datang.

"Oke, Do. Kita mulai dari mana?"

"Kita mulai dari rumah pacar-pacarnya, Pak."

Berdasarkan data dari tim informasi, Alan ini punya banyak pacar dalam satu kawasan. Itu yang bikin gue heran. Dia ini selingkuh atau poligami, sih? Anak muda emang susah ditebak. Mengendarai motor gue, kami menuju sebuah rumah yang tertulis dalam berkas. Berdasarkan datanya, dia ini adalah pacar pertama Alan.

"Yakin di sini, Do?"

"Yakin, Pak. Nah, sekarang kita mesti ngapain?"

"Kita misah. Lo coba masuk secara normal ke rumahnya, bilang aja lo temannya Alan."

"Terus Bapak ke mana?"

"Gue masuk secara gak normal. Udah cepetan sana!"

Ternyata Sulay juga bisa ilmu maling. Not bad. Pedang gue bergetar beberapa kali kayak HP, tapi gue cuekin aja, karena bukan saatnya bagi Torgol bantu gue. Gue mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya gue dibukain. Berdiri seorang bapak-bapak gempal yang heran melihat gue.

"Iya, siapa, ya?" tanyanya.

"Saya ... temannya Alan ... Pak."

"Oh, teman Alan, ya. Ada perlu apa, ya?"

"Saya ... ada perlu sama Anissa, Pak."

"Oh, gitu. Yuk masuk dulu. Saya panggilin orangnya. Tunggu sebentar, ya."

Gue masih gak tahu ya. Apakah seorang cowok berpakaian serba hitam dan menenteng pedang sepanjang 1 meter adalah hal normal bagi kebanyakan orang? Gue mulai mikirin fashion apa yang cocok buat cowok berpedang kayak gue, agar gak kelihatan seperti tukang jagal sapi keliling. Turunlah seorang cewek berbaju ungu dari tangga.

"Siapa, ya, Kak?"

"Oh, s-saya ... g-gue temannya Sulay."

"Sulay? Sulay siapa, ya?"

"Anu ... A-Alan ... Alan temannya Alan. Hahaha."

Pedang gue bergetar. Terdengar suara Torgol di telinga gue.

"Dia dalam pengaruh ilmu pelet, Mardo."

Gue langsung berhenti ketawa.

"Ada perlu apa?"

Nah itu dia! Gue gak punya rencana apa-apa! Yang gue tahu hanyalah ketemu pacar-pacarnya biar gue kelihatan punya rencana aja sama Sulay.

"Jadi gini ... Emm ... Alan berantem lagi."

"Hah!? Dia berantem lagi!? Siapa lagi yang dia pukulin!?"

"N-nah itu dia masalahnya! Kali ini dia yang dipukulin. Sampai mau mati!"

Cewek itu langsung berdiri dan panik.

"Mau mati!? Kok bisa!?"

Terdengar suara Torgol lagi.

"Tahan terus dia di sini, Mardo. Teman kamu lagi ada di kamarnya, mencoba mencari barang yang bikin dia dalam pengaruh pelet."

"Terus dia sekarang di mana, Kak!? Aku harus ketemu sama dia!"

"Tenang ... tenang! Jangan panik dulu! Duduk dulu ... kamu d-duduk dulu, ya."

Mendengar anak perempuannya panik dan hampir nangis, bapaknya keluar dan berusaha menenangkannya.

"Berhasil! Saatnya kita pergi, Mardo," kata Torgol.

Secara mendadak cewek itu langsung terdiam lalu jatuh pingsan. Bapaknya panik, gue pura-pura panik sambil kabur keluar. Gue berlari kecil menuju motor gue, dan Sulay sudah di sana sambil melempar-lempar boneka Spongebob di tangannya.

"Dia kena pelet, Do. Dan gue berhasil nyabut peletnya. Habis ini dia pasti benci sama Alan dan minta putus."

"Iya, gue udah tahu, Pak."

"Tahu dari mana lo?"

Pedang gue bergetar, Sulay meliriknya.

"Feeling aja, Pak. Yuk kita lanjut ke lokasi berikutnya."

Untuk sementara, gue berencana gak ngasih tahu siapa pun soal Torgol yang masuk ke dalam pedang gue.

1
Affan Ghaffar Ahmad
gass lanjut bang
Riva Armis: Tengkyu support nya Bang
total 1 replies
Ryoma Echizen
Gak kebayang gimana lanjutannya!
Riva Armis: tengkyu udah mampir ya
total 1 replies
art_zahi
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Riva Armis: tengkyu udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!