NovelToon NovelToon
My Suspicious Neighbour

My Suspicious Neighbour

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Mata-mata/Agen / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Difar

Mbak Bian itu cantik.

Hampir setiap pagi aku disambut dengan senyum ramah saat akan menikmati secangkir kopi hangat di kafe miliknya.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku ingin membeli produk kecantikan terbaru, maka mbak Bian-lah yang selalu menjadi penasehatku.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku butuh pembalut, maka aku cukup mengetuk pintu kamar kost tempat mbak Bian yang berada tepat di sampingku.

Ah, mbak Bian benar-benar cantik.

Tapi semua pemikiranku sirna saat suatu malam mbak Bian tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. Dengan wajah memerah seperti orang mabuk dia berkata

"Menikahlah denganku Cha!"

Belum sempat aku bereaksi, mbak Bian tiba-tiba membuka bajunya, menunjukkan pemandangan yang sama sekali tak pernah kulihat.

Saat itu aku menyadari, bahwa mbak Bian tidaklah cantik, tapi.... ganteng??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Difar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita Mas Raka

"Lama ya mas, kayak nunggu jodoh!"

Gerutuku begitu batang hidung mancung mas Raka muncul. Dia menyunggingkan senyum tanpa dosa dengan tatapan berbinar penuh semangat,

"Berarti mas jodoh kamu dong Cha? Kan kamu nunggui mas!"

Godanya sambil menaik turunkan alisnya.

Aku hanya memutar bola mata jengah melihat wajah mas Raka yang mirip om-om mesum.

Mas Raka tiba-tiba mengerutkan alisnya begitu melihat seorang pria yang sedang duduk di depanku.

"Wow, dapat gebetan baru Cha?"

Wajah mas Raka terlihat sedih. Dia mendecakkan lidah sambil menggelengkan kepalanya pelan,

"Begini amat sih wanita. Giliran dapet cowok baik disia-siain. Mas kurang apa Cha? Kurang apa? Baik iya! Dibawa ke kondangan gak malu-maluin, iya! Dibawa arisan apalagi. Yakinlah ibu-ibu pasti pada ngiri sama kamu. Mereka pasti ngarep dapat calon mantu kayak mas."

Ucapnya sendu-sendu menyebalkan. Melihat tingkah mas Raka seketika membuatku merindukan mbak Bian.

Kalaulah seandainya mbak Bian ada disini sekarang, sudah pasti kepala mas Raka bakalan menerima beberapa pukulan cinta dari mbak Bian.

"Please deh mas, minta dicocol sambal sate tuh mulut apa gimana?"

Gerutuku sebal sambil mencubit bahu mas Raka sekuat tenaga.

"Aww!!"

Mas Raka langsung mengerang sambil memegang bahunya yang pasti terasa sakit.

"Maaf Cha maaf! Ngegas amat sih nyubitnya. Pakek tang Cha sekalian!"

Ucap mas Raka dengan nada memelas.

Kadang aku benar-benar tak mengerti dengan pola pikir mas Raka. Kok ada sih orang seaneh mas Raka? Terlihat dingin dengan orang asing, tapi begitu gesrek saat bersama orang yang sudah dekat dengannya.

Walaupun sebenarnya aku juga begitu sih. Tapi mas Raka tingkahnya jauh diluar nalar. Lagi-lagi aku teringat dengan ucapan mbak Bian saat aku mengeluhkan tentang keanehan ma Raka.

"Lo nggak perlu memahami Raka, Cha. Dia murni orang gila! Abaikan aja!"

Begitulah yang mbak Bian ucapkan.

Kalimat mbak Bian itulah yang selalu kuulang-ulang dalam pikiranku saat merasa kejiwaanku mulai terguncang akibat tingkah laku gila mas Raka yang berada di ambang batas.

"Hai, sorry gue lupa kalau ada lo di sini. Perkenalkan, gue Raka."

Mas Raka mengulurkan tangannya kepada mas Arbian yang sedari tadi berdehem, mungkin merasa keki karena diabaikan.

"Arbian."

Balas mas Arbian singkat sambil menerima uluran tangan mas Raka.

"Arbian? Panggilannya Bian dong?"

Tanya mas Raka kaget.

Mas Arbian menganggukkan kepalanya, membenarkan pertanyaan mas Raka barusan.

Mas Raka tiba-tiba mencondongkan tubuhnya sambil berbisik pelan ke telingaku.

"Miris banget sih hidup kita Cha. Ngadepin 1 Bian aja udah stress, apalagi ketambahan satu Bian lagi! Tapi untung dia cowok yakan, kalau cewek yakin deh bakalan sama menyebalkan seperti Bian, awww!!"

Teriak mas Raka karena saat ini cubitan mautku kembali melayang, menyasar perut sixpacknya yang mendadak berubah menjadi one pack di mataku karena tingkah abstraknya.

"Kalian akrab banget ya?"

Ucap mas Arbian, memandangi kami dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Entah perasaanku saja, aku merasa mas Arbian terlihat... iri?

Mas Raka langsung menepuk dadanya bangga. Dia tiba-tiba merangkul bahuku,

"Op jelas! Gue calon jodohnya Icha. Kalau Icha nggak jual mahal mah, malam ini pun gue bersedia ngajak Icha ke KUA supaya sah jadi suaminya, awww!!!"

Mas Raka terpekik lagi.

Aku menghela nafas berat, berusaha menepis tangan mas Raka di bahuku.

"Jangan dengerin mas. Ini mulut sama otaknya mas Raka beda rangkaian listrik. Satu rangkaian paralel, satu lagi rangkaian seri, jadi nggak pernah sinkron!"

Ucapku dengan ekspresi kesal.

Mas Arbian hanya menganggukkan kepalanya, membuatku merasa bersyukur karena tingkah mas Raka sama sekali tak mengganggunya.

"Tapi kalian beneran akrab loh! Kayaknya kamu nyaman banget ngomong sama dia."

Ucap mas Arbian, lagi-lagi terdengar nada iri di balik suaranya.

Kalau dipikir-pikir, apa yang mas Arbian katakan ada benarnya juga. Mas Raka memang satu-satunya laki-laki yang bisa kuajak bicara santai dan terbuka. Entah karena tingkah gesreknya yang menyebabkan aku tak menganggapnya sebagai laki-laki, atau karena memang mas Raka ibarat paket komplit bersama mbak Bian. Jadi kalau aku nyaman berada di sekitar mbak Bian, maka aku juga akan merasa nyaman bersama mas Raka.

Begitu mendengar ucapan mas Arbian, mas Raka menganggukkan kepalanya, menampilkan ekspresi setuju,

"Memang. Ya jawabannya you know lah, apalagi kalau bukan karena Icha ada rasa sama gue, aww! Astaga! Lama-lama kulit mas bisa lepas Cha karena dicubitin kamu mulu!"

Gerutu mas Raka sambil memanyunkan bibir, membuat tingkat mengesalkannya naik 1 tingkat.

"Udah yok mas balik ke parkiran, kasihan mbak Bian."

Desakku sambil menarik ujung baju mas Raka. Gedeg juga lama-lama kalau harus mendengarkan ocehan absurd mas Raka.

"Ashiaapp! Eh, lo mau bareng kita nggak?"

Tawar mas Raka kepada mas Arbian.

Mas Arbian menggelengkan kepalanya,

"Nggak, gue bawa mobil sendiri kok."

Tolak mas Arbian. Dia lalu tersenyum hangat ke arahku,

"Hati-hati di jalan ya. Sampai kita ketemu lagi."

Aku hanya menganggukkan kepala. Hmm, tapi sepertinya aku nggak bakalan ketemu lagi sih sama mas Arbian.

"Gue nggak dibilangin hati-hati juga?"

Sela mas Raka sambil menunjuk hidungnya.

Lagi-lagi aku menghela nafas berat, dan tanpa banyak cingcong, aku mulai menarik mas Raka menjauh, meninggalkan mas Arbian yang masih berdiri di kedai sate.

***

"Lo kayaknya terpengaruh Bian deh ini Cha. Kekerasan mulu, udah kayak preman di lapak tuak wak Ucok!"

Gerutu mas Raka sepanjang jalan menuju parkiran.

Aku hanya mendengus. Terlalu malas untuk meladeni ucapan mas Raka yang ujung-ujungnya akan bermuara kepada perdebatan abstrak. Mending debatnya bermanfaat terus dapat hadiah. Lah ini? Dapat hadiah kagak, stress iya!

"Tapi kaget gue, nama panggilannya mirip banget sama Bian."

Ucap Mas Raka. Dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Cukup lama mas Raka terdiam, sebelum tiba-tiba mata mas Raka terbelalak lebar seakan dia baru menyadari sesuatu yang aneh.

Langkah mas Raka yang terhenti ikut membuatku berhenti juga. Aku memandang mas Raka dengan tatapan cemas bercampur bingung.

"Kenapa mas?"

"Jangan-jangan.."

Kecemasanku semakin meningkat,

"Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan mereka sebenarnya... kembar?"

Teriak mas Raka sambil menutup mulutnya dengan ekspresi dramatis.

"Mungkin mereka terpisah di rumah sakit atau sengaja ditukar. Pas lah kayak sinetron yang pernah gue tonton dulu!"

Aku langsung mengerlingkan bola mata kesal dan mulai berjalan meninggalkan mas Raka. Nyesal aku tuh membuang 3 menit berhargaku hanya untuk mendengarkan imajinasi abstrak mas Raka. Sementara mas Raka terus memanggilku dan berusaha menyamai langkahku sambil terus membeberkan dongeng tak masuk akal yang entah kenapa bisa muncul di otaknya.

Buset dah mas Raka, hafal bener dia sama daftar sinetron tentang anak tertukar. Lagian ada-ada aja sih mas Raka. Kalau seandainya yang tertukar berjenis kelamin sama aku bisa maklum dan bisa saja pura-pura setuju dengan ocehan mas Raka.

Tapi ini beda jenis kelamin, Bambang!. Dikata bidan atau dokter nggak ngasih tahu jenis kelamin apa pas gitu si bayi ngebrojol dari perut emaknya. Bahkan sekalipun mbak Bian dilahirkan di dukun beranak tetap saja nggak mungkin!

"Ih Cha, dengerin dulu dong teori gue. Konspirasi besar ini, konspirasi masalah alien lewat tau nggak!"

Gerutu mas Raka yang tak terima karena kuabaikan.

Iya bener mas, bener. Lebih besar dari konspirasi alien karena mas Raka adalah alien yang sebenarnya. Aku tak menggubris ucapan-ucapan abstrak mas Raka dan mulai mengedarkan pandangan ke arah parkiran.

Ah, itu dia!

Aku hampir saja berteriak girang saat mataku berhasil menemukan mbak Bian yang sedang berdiri di samping mobil miliknya. Setidaknya kalau bersama mbak Bian, telingaku akan selamat dari ocehan tak masuk akal mas Raka.

1
3d
iringan musik, thor🙏
emi_sunflower_skr
Kekuatan kata yang memukau, gratz author atas cerita hebat ini!
☯THAILY YANIRETH✿
Karakternya begitu kompleks, aku beneran merasa dekat sama tokoh-tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!