Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
aku tak akan berubah pikiran
Kamar bayi itu benar benar hening, dan sepasang suami istri yang masih muda itu saling menatap dengan perasaan yang campur aduk.
" Aku tidak pernah membencimu, apalagi memusuhimu.." ujar Pram dengan suara setenang mungkin, tatapannya penuh arti, seakan ada beban perasaan besar yang ia sembunyikan.
" Dengan sikapmu yang seperti itu?" Laras masih menuntut penjelasan atas sikap Pram.
Pram tertunduk sejenak, terdengar helaan nafasnya yang berat.
" Apa yang bisa kulakukan?" Pram kembali menatap Laras,
" apa yang bisa kulakukan? Kau bahkan masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang kurasakan,"
Laras sedikit tertegun,
" Aku menjelaskannya pun kau tidak akan mengerti..
ku tegaskan, aku sungguh tidak pernah membencimu,
Sikapku timbul karena ada perasaan yang harus ku jaga,
senyummu adalah segalanya ras,
Meski yang berada disampingmu bukan aku.."
Mata Laras tiba berkaca kaca, entah apa yang membuat perasaannya terluka sehingga air mata mulai mengalir di pipi Laras.
Pram sungguh tidak menyangka bahwa Laras akan menangis,
Padahal ia sudah berhati hati di setiap kalimatnya agar tidak melukai hati Laras.
" Apa aku melukaimu?" tanya Pram sembari menggenggam kedua tangan Laras, tanpa permisi dan ragu ragu seperti biasanya.
" Dokter bilang kau tidak boleh stress, kau tidak boleh bersedih??" imbuh Pram, tapi bukannya air mata itu berhenti, tapi malah semakin deras mengalir.
Laras tersisak Isak tanpa Pram tau apa penyebab dari air mata Laras yang turun deras itu.
Tidak tahan melihat Laras yang begitu tampak rapuh, Pram langsung memeluk Laras,
Di peluknya perempuan yang berstatus istrinya itu dengan raut cemas,
" maafkan aku.. aku yang salah ras..
aku yang salah karena telah membuatmu seperti ini..
tidak ada yang bisa kulakukan selain meminta maafmu??,
Aku tidak akan berubah pikiran ras,
Aku akan mendukung kebahagiaan dan harapan harapanmu,
Meski suatu saat kita akan berhadapan sebagai ipar..
sungguh tidak apa apa ras..
Sungguh tidak apa apa..
kau berhak meraih mimpimu, meraih pendidikan dan cita citamu,
bahkan kau berhak hidup dengan orang yang kau cintai..
Aku akan merawat anak kita dengan baik..
Aku akan menjadi ayah dan ibu bagi mereka.." suara Pram bergetar, sesungguhnya hatinya juga sakit luar biasa saat mengatakan hal itu.
Dia bermaksud menenangkan Laras, namun di sisi lain dia juga menginjak injak perasaan dan harapannya sendiri.
Bukanya tenang,
Laras semakin terisak.
Di biarkan oleh Pram air mata itu tumpah sebanyak banyaknya sampai Laras lelah.
" Elang mungkin akan membunuhku jika ia sudah mengetahui apa yang terjadi,
Papa pasti sudah menutup mulut semua orang, tapi sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga ras..
Jika itu sampai terjadi, jika Elang benar benar lepas kendali,
tolong selamatkan anak anak kita..
Mereka berhak hidup bahagia," ujar Pram saat Laras sudah mulai tenang.
Di lepaskan pelukannya, dan di hapus semua sisa air mata di wajah Laras.
" Kau tidak sepenuhnya bersalah, kita berada dalam situasi yang tidak kita inginkan.." suara Laras serak,
" Elang tidak akan perduli tentang hal itu, yang dia tau hanyalah aku sudah merebut miliknya,
Aku sudah mencuranginya,
Dan aku sudah berbuat jahat kepadanya..
Kalau aku jadi Elang,
Aku juga akan murka dan kecewa, entah apa yang akan kulakukan, mungkin saja sama, dan mungkin saja lebih buruk.."
" tidak, aku tidak mau anak anak menjadi korban kemarahan Elang,
Karena itu kau harus berusaha supaya Elang Tidak tau apa yang sesungguhnya terjadi pada kita.." pinta Laras,
" tentu saja aku akan berusaha, jika perlu aku akan pindah dari kota ini, akan ku besarkan anak anak di kota lain yang jauh dari jangkauan elang."
Laras menatap Pram sayu, ia tampak begitu sedih.
" Elang akan pulang dua bulan lagi, dan dia pasti akan marah karena aku memutus komunikasi diantara kami secara sepihak.
kau tau benar Elang bukan mas..
Dia akan mencariku meski harus masuk ke lubang ular sekalipun..
Dia orang yang gigih,
Apapun yang dia mau harus terwujud.."
Pram menyentuh pipi Laras, membelainya dengan hati hati,
" maafkan aku, di saat kau terdesak nanti, aku tidak bisa memasang badan untukmu..
Elang akan curiga dan marah jika aku dekat dekat denganmu," ujar Pram.
Laras mengangguk lemah, lalu menjatuhkan dirinya di bahu Pram.
Deg...
Pram membeku sesaat,
Laras yang kemarin kemarin menjauh darinya, dan seperti jijik melihatnya, kini malah menjatuhkan dirinya di dada dan bahunya.
Pram mengulurkan tangannya, merangkul punggung kecil Laras.
Lama keduanya berada di posisi itu, mereka seperti terlena dan merasa nyaman, hingga muncul pergerakan di perut Laras, gerakan yang cukup aktif, hingga Pram mau tidak mau ikut merasakannya.
Pram sontak memandangi perut Laras,
" mereka bergerak.." ujar Pram pelan sembari menyentuh perut Laras,
" iya, seperti inilah mereka setiap hari.." sahut Laras, membuat senyum Pram mulai terkembang kembali,
" mereka tau kalau ayahnya sedang di dekatnya.." Pram mengelus perut Laras dengan hati hati.
" usiaku tepat dua puluh lima tahun saat mereka lahir nanti..
Mereka adalah hadiah terindah dari Tuhan.." imbuh Pram,
" benarkah? Apa kau tidak merasa ini tidak adil untukmu mas?"
" kenapa aku harus merasa tidak adil?" Pram menatap Laras,
" bagaimana pasanganmu kelak akan menerimamu? Kau akan punya dua orang anak sekaligus?"
Pram lagi lagi tersenyum,
" aku hanya akan fokus pada anak anakku.. Aku tidak mau mereka terluka hanya karena hasratku untuk memiliki pendamping..
Jadi kau tenanglah, tidak akan kucarikan mereka ibu tiri ras.." jelas Pram begitu tenang.
Entah kenapa.. diam diam Laras senang dengan penjelasan Pram, entah karena ia tau bahwa anaknya akan di rawat dengan baik karena Pram tidak akan memecah perhatiannya dengan pasangan yang baru,
Atau, ada sesuatu hal yang lain, sehingga ia diam diam merasa tenang.
" Setelah lepas dariku, berjanjilah ras.. Kau harus fokus pada pendidikanmu,
setelah lulus bekerjalah.. sembari menunggu Elang,"
Laras mengangguk, ia tau benar, kalau Pram adalah laki laki yang baik, dan tentunya sangat menyayangi Laras.
Hanya saja semenjak Laras berpacaran dengan Elang, Pram tiba tiba saja menjauh darinya.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini