Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Invasi ke Kokki’po, Penyerangan Kuil Anemos
Bulan ke 7, Tahun 1229
Tiga tahun berlalu sejak kudeta para Half-blood Harimau di wilayah Lef’tigris.
Kerajaan Lef’tigris telah jatuh sepenuhnya kedalam kekuasaan Half-blood Harimau. Dan, Para Half-blood Harimau yang merupakan sisa-sisa dari prajurit Kerajaan Lef’tigris, terpecah menjadi dua kubu. Satu pihak ikut bergabung dalam pasukan Igrios, yang bertujuan untuk memenuhi impian Lott Greg menguasai Prosdimos. Dan di lain pihak, mereka bergabung dengan Thaos Greg membentuk kelompok kecil dan mengasingkan diri. Selain itu, pergerakan dari kelompok Half-blood Harimau yang dipimpin oleh Thaos Greg sama sekali tidak nampak di permukaan.
Sekarang para Half-blood Harimau, yang dipimpin oleh Lott Greg, telah melakukan invasi besar-besaran ke salah satu kerajaan yang berada di wilayah Prosdimos yang bertempat di sebelah barat Lef’tigris, Kokki’po. Yang merupakan pusat dari stabilitas Prosdimos oleh sebab keberadaan klan yang merupakan salah satu dari empat Half-Blood Hewan Suci, Burung Api, yang berada di pemukiman Izois. Ditambah dengan keberadaan Kuil Anemos yang merupakan kuil tempat klan yang memiliki darah penerus kekuatan pengendalian angin, WIND, tinggal dan berlatih. Dengan menyingkirkan kedua pilar utama penyangga Prosdimos, dapat mempermudah jalan para Half-blood Harimau, yang dipimpin oleh Lott Greg, memenuhi hasrat mereka untuk menguasai Prosdimos.
****
Di salah satu aula yang berada di Kuil Anemos terlihat Trois Greeya sedang berjalan kesana kemari, dengan resah. Saat ini dia sedang memikirkan nasib Pemukiman Izois yang sedang berada dalam situasi yang genting.
Tadi malam, Para Half-blood Harimau melakukan penyerangan besar-besaran Izois. Hingga siang ini, belum ada kabar lanjutan mengenai perkembangan pertempuran tersebut, dia berharap para Half-blood Burung Api berhasil memukul mundur para harimau tersebut. Dia pun telah memerintahkan prajurit-prajurit terlatih yang berada di Kuil Anemos untuk segera berangkat ke Pemukiman Izois untuk membantu para Half-blood Burung Api. Dia pun yakin bahwa dari Istana Kokki’po sendiri telah mengirim para prajurit terlatihnya untuk membantu keadaan genting ini.
Tapi entah kenapa perasaannya begitu resah. Firasat Trois Greeya merasakan ada sebuah bencana dan malapetaka yang akan terjadi.
Kemudian terdengar suara yang mengejutkannya.
“Bapa Kepala... "
Dia menoleh dan terlihatlah salah satu prajurit terbaik yang berada di Kuil Anemos, Sebastian Greeya.
“Ya, Sebastian anakku. Apa ada sesuatu yang ingin Kau bicarakan denganku?”
“Bapa, kenapa Engkau tidak memerintahkan hamba untuk pergi memimpin pasukan Kuil Anemos, untuk membantu para Half-blood Burung Api menghadapi penyerangan dari Half-blood Harimau?”
“Sederhana, Anakku..."
Trois Gereja menjawab pertanyaan dari muridnya sambil menghela nafas.
“Aku memiliki firasat buruk. Sesuatu yang benar-benar buruk. Aku ingin kau disini menjaga Kuil Anemos, menjaga Ann, istrimu, dan anakmu yang baru lahir.”
Trois menatap Sebastian dalam-dalam.
“Kau harus tahu, Anakku...”
Ia kembali mengamati wajah muridnya dengan sungguh-sungguh.
“Anakmu, yang baru berusia dua bulan itu, adalah harapan dan pilar bagi masa depan Prosdimos. Sesuatu yang telah kutunggu, kita tunggu, bangsa ini tunggu, ia adalah penerus WIND selanjutnya. Aku memerintahkan merahasiakan kelahirannya agar para Half-blood Harimau tidak berusaha untuk membunuh anakmu. Tapi…”
Trois menghela napas panjang.
“Aku takut bahwa para Half-blood Harimau itu tidak sebodoh yang kukira. Terutama Lott Greg, karena aku sudah cukup lama mengenalnya. Aku takut ia memiliki intuisi yang cukup tajam untuk mencium adanya ancaman yang berada di Kuil Anemos ini. Ancaman yang kita bawa para klan penerus Elementary Owner, WIND, Klan Greeya.”
“Apa mungkin….” Sebastian menyela.
“Bukan mungkin, Anakku. Tapi hal itu cepat atau lambat akan terjadi. Dan saat aku mendengar kabar penyerangan yang terjadi di Pemukiman Izios milik Half-blood Burung Api yang dapat menjadi ancaman besar bagi ambisi mereka, Half-blood Harimau. Sudah pasti mereka akan berusaha menyingkirkan kita, Klan Greeya, yang merupakan klan penerus WIND, untuk mencegah kelahiran kembali kekuatan pengendalian angin. Dengan adanya penyerangan di Izios, terlihat bahwa bencana ini datang lebih cepat dari yang kukira...”
“...dan aku ingin kau tetap disini!”
Trois terus melanjutkan perkataannya.
“Menjaga kuil ini, dan yang paling penting menjaga anakmu… sang penerus WIND selanjutnya.”
Sebastian menatap sejenak Trois, kemudian menundukkan kepalanya.
“Saya mengerti, Bapa Kepala.”
****
Malam telah tiba, Trois Greeya sedang duduk di dalam ruangan khusus untuk Kepala Pendeta Kuil Anemos. Dia saat ini tenggelam kedalam kegelisahan. Ia memikirkan keputusan terbaik yang dapat diambilnya dalam situasi sekarang.
“Ya, aku harus memerintah Sebastian dan Ann untuk pergi bersama dengan anaknya meninggalkan kuil ini sebelum semuanya terlambat,” katanya dalam hati.
BRAAKKKKK
Tiba-tiba terdengar suara bantingan keras yang terdengar dari depan, dari ruang aula utama, disusul dengan bunyi suara keramaian serta dentingan-dentingan suara senjata yang saling beradu.
Saat itu juga, Trois langsung bangkit dari kursinya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Tapi tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dengan kuat. Dan terlihat salah satu penjaga kuil yang datang dengan nafas terengah-engah.
“Bapa!” seru sang penjaga, “Para Half-blood Harimau datang menyerang.”
“Baiklah,” Trois Greeya tidak terkejut mendengar kabar itu karena dia telah menduga akan hal ini.
Saat itu juga, Trois Greeya langsung berlari ke arah aula utama.
“Sudah terlambat rupanya. Tak bisa dipercaya...Mungkinkah mereka membagi pasukannya menjadi dua kubu, satu melakukan penyerangan ke Izois dan lainnya kemari, Kuil Anemos,” pikirnya dalam hati.
Di perjalanan melewati lorong-lorong dia bertemu dengan Sebastian yang sepertinya menunggu kedatangannya.
“Sepertinya Tuhan masih berpihak pada kita."
Dia bersyukur karena bertemu langsung dengan murid kebanggaannya.
“Sebastian! Pergi dan jemputlah istrimu. Larilah dari sini dan selamatkan anakmu."
Perintah Trois kepada Sebastian. Ia pun melanjutkannya.
“Kalian pasti bisa! Aku yakin kalian pasti dapat bertahan. Kalian adalah prajurit terbaik di sini. Selamatkanlah diri kalian! Selamatkan anakmu!”
Mendengar itu Sebastian merespon perkataan gurunya dengan menundukkan kepala.
“Maafkan saya, Bapa Kepala... “
Trois terkejut melihat reaksi dan jawaban dari Sebastian.
“Saya mohon,” Sebastian melanjutkan, “saya tidak sanggup menjalankan perintah Bapa Kepala. Saya akan mencurahkan seluruh jiwa dan raga saya untuk melindungi Kuil Anemos.”
Saat itu Trois Greeya menatap mata Sebastian sesaat. Terlihat olehnnya mata yang di naungi oleh amarah, keberanian, dan kesungguhan tekad yang luar biasa. Dia merasa tidak akan mampu menghentikan muridnya untuk pergi menghadang para penyusup yang ada di depan.
“Baiklah,” Trois berkata sambil menghela napas dalam, “kau pergilah dahulu, aku akan pergi ke tempat Ann, istrimu, dan memintanya untuk membawa anakmu pergi dari sini. Setelahnya, aku akan membantumu menghadapi para harimau itu.”
Kemudian Sebastian menunduk kepala memberi hormat sekali lagi dan berlari ke depan, menuju aula utama.
Sedangkan Trois Greeya berlari kembali menuju ke ruangan tempat keberadaan Ann dan anaknya. Dia terus berlari berharap masih memiliki waktu yang cukup untuk memerintahkan Ann melarikan diri bersama anaknya.
Saat itu jalan-jalan di lorong-lorong antara ruangan kuil terasa begitu panjang.
Dan ketika dia tiba di ruangan tempat Ann dan anaknya berada. Terlihat olehnya Ann meletakkan putranya di keranjang bayi miliknya. Setelah Ann meletakkan bayinya, ia berjalan dan mengambil pedangnya.
Ann hendak pergi melawan para harimau itu.
Tapi, Trois tidak ingin Ann melakukannya. Ann harus pergi dan membawa bayinya melarikan diri dari sini. Ann harus merawat dan membesarkan bayinya.
Dengan lantang Trois berteriak untuk memberi perintah kepada Ann.
“Pergilah, Ann! Larilah dan selamatkan putramu.”
“Bapa..."
Tapi entah kenapa Ann melihat kearah Trois dengan tatapan memohon.
“Kumohon jangan lakukan ini kepadaku, Bapa... Sekalipun aku adalah seorang perempuan. Engkau pun tahu bahwa aku adalah salah satu prajurit terbaik disini.”
“Apa yang kau katakan? Pergilah! Selamatkan anakmu... Masa depan Prosdimos jauh lebih berharga dari ini. Dan anakmu adalah masa depan itu. Didiklah dan besarkan ia dengan baik.”
Kemudian tiba-tiba Ann menundukkan kepalanya, dan berkata dengan suara lembut tapi tegas.
“Bapa, tolong pergilah bersama anak yang kucintai ini. Dan saya mohon, kiranya Bapa berkenan untuk mendidik dan membesarkannya seperti engkau mendidik serta membesarkanku dan suamiku. Jadilah seorang ayah dan guru untuknya.”
Kemudian Ann mengangkat kepalanya dan tersenyum lembut kepada Trois Greeya yang telah dianggapnya seperti ayahnya sendiri. Melihat hal tersebut Trois hanya dapat diam mematung. Keteguhan dan kelembutan yang terpancar di kedua mata Ann, yang telah dianggapnya seperti putrinya, telah menjatuhkannya dalam kebimbangan. Dia membisu dan tak bergerak.
Melihat Trois yang tenggelam ke dalam kebimbangan mendengar permintaannya, Ann kemudian melangkah melewat sosok yang telah dianggapnya seperti ayahnya sendiri itu.
Sesaat kemudian, ia membalikkan tubuhnya ke arah Trois Greeya lalu berkata.
“Dapatkah saya memanggil Bapa untuk yang terakhir kalinya, seperti…,”
Ann menatap Trois Gereja dengan ragu.
“seperti yang saya inginkan selama ini….”
Suasana menjadi hening sejenak, keheningan yang begitu rapuh dan menyayat. Keheningan yang menyampaikan sebuah akhir dan perpisahan.
“Ayah…."
Ann kemudian memeluk tubuh laki-laki yang telah membesarkannya itu sesaat. Lalu ia berlari menuju aula utama untuk melawan para Half-blood Harimau. Semakin lama, tubuh Ann semakin menjauh menghilang di balik dinding-dinding.
Sekarang hanya tertinggal Trois Gereja yang termenung dan tediam disamping tubuh bayi kecil yang terus menangis melihat kepergian ibunya. Dia tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Tubuhnya masih membatu, terkejut oleh tindakan Ann, perempuan yang ia besarkan seperti anak gadisnya sendiri.
Ini adalah ucapan perpisahan dari putrinya...
Dan juga permintaan terakhirnya untuk merawat anak laki-lakinya.
Cucunya...
****
Di aula utama terlihat para prajurit Kuil Anemos melawan para Half-blood Harimau. Para pasukan Half-blood Harimau itu dipimpin oleh Harse Greg.
Lott telah membagi pasukannya menjadi dua kubu, satu kubu yang melakukan penyerangan ke Pemukiman Izois yang dipimpin oleh dirinya sendiri. Sedangkan di kubu lain, melakukan penyerangan ke Kuil Anemos dengan dipimpin oleh Harse Greg. Sehingga Lott Greg dapat melenyapkan dua penghalang impiannya sekaligus. Para Half-blood Burung Api yang merupakan salah satu dari empat Half-blood Hewan Suci dan juga klan dari Kuil Anemos untuk mencegah lahirnya WIND.
Terlihat Sebastian yang sedang memainkan Pedang Tachi (pedang panjang yang merupakan senjata khas dari Kokki’po) miliknya membantai para penyusup. Pedangnya berayun, mengalir, dan menari dengan lembut serta tenang di antara para penyusup itu. Satu persatu dari mereka tertebas, terpotong, dan terpenggal. Seolah kelebihan kekuatan yang mereka miliki, sebagai seorang Half-blood, sama sekali tidak berarti di hadapan permainan pedang milik Sebastian.
Melihat hal itu, Harse berjalan menghampiri Sebastian sambil membawa Tombak Kamayari miliknya. Kemudian melompat dan melesat ke depan, dengan tusukan mengarah ke wajah Sebastian.
Menyadari hal tersebut, Sebastian dengan sigap melompat kecil kearah samping sambil, menepis ke samping tusukan tombak Harse itu. Tapi, tangannya bergetar hebat saat menerima kekuatan serangan laki-laki yang ada di depannya. Sebastian menyadari bahwa laki-laki ini pastilah pimpinan dari para penyusup.
“Luar biasa, kau dapat menepis tusukan tombakku."
Harse memuji dengan hormat.
“Sebagai seorang manusia, tanpa Kristal Enicthis, kau menunjukkan perlawanan yang luar biasa terhadap kami para Half-blood.”
“Apa kau pemimpin para Half-blood Harimau?”
“Aku bukanlah pemimpin Half-blood Harimau. Aku masih terlalu kecil untuk hal sebesar itu. Pemimpin kami yang terhormat dan termulia sedang memimpin pasukan menyerang ke Pemukiman Izois. Sedangan aku...”
Harse Memutar-mutar tubuhnya, seakan sedang melihat sekelilingnya.
“Menggantikan beliau memimpin pasukan untuk melenyapkan para klan pendeta yang berada disini… tanpa sisa.”
Tak berselang lama, Harse melompat cepat menerjang Sebastian dengan tombak kamayari-nya dengan buas.
Menghadapi ayunan dan tusukan yang begitu buas serta liar dari lawannya, Sebastian hanya dapat menghindar. Bahkan untuk sekedar menepis ayunan dan tusukan tombak pun tidak dia lakukan. Karena dia telah menyadari kekuatan yang berada di balik ayunan dan tusukan tombak lawannya. Kekuatan yang bahkan dapat menggetarkan otot-otot serta saraf-sarat di kedua tangannya hanya untuk sekedar menepisnya saja.
Sebastian terus terdesak, mundur kebelakang. Hingga di akhirnya dia tidak dapat menghindari ayunan tombak tersebut dan terpaksa menahannya. Dan seketika itu juga, tubuhnya terpental menghantam pilar-pilar yang berada di aula tersebut. Saat dia berusaha bangkit dan mempertahankan kesadaran dirinya, terlihat musuhnya yang sedang berjalan perlahan menuju ke arahnya.
Tapi tiba-tiba…
Tanpa diduga oleh siapapun, terlihat sosok yang tiba-tiba melesat menebas dengan pedangnya kearah Harse Greg. Pedangnya terlihat menari dengan cantiknya meliuk-liuk diantar tubuh Harse Greg.
Crat....
Suara sayatan pedang terdengar. Dan terlihat Harse melompat menjauh sambil menggenggam lehernya. Pedang itu telah berhasil menebas lehernya. Bahkan telat sedikit saja sudah bisa dipastikan kepalanya akan terlepas dari tubuhnya.
Terlihatlah sosok wanita yang begitu menawan dengan pedang tachi-nya yang berhiaskan ukiran bunga sakura berwarna kuning di gagangnya. Dia adalah Ann Greeya.
Ann menoleh kearah suaminya, dan berkata sambil tersenyum.
“Masih sanggupkah kau menemaniku menari? mungkin untuk terakhir kalinya.”
“Hmm…”
Sebastian bangkit berdiri menanggapi permintaan istrinya.
“Apa aku sudah terlihat begitu lemah dimatamu?”
Keduanya pun kemudian saling menatap sejenak, kemudian melompat menerjang kearah lawan Harse Greg.
Dihadapkan dengan sepasang pendekar pedang, yang menari dan berayun dengan indahnya dengan pedang mereka, Harse benar-benar terdesak. Seolah-olah pedang milik mereka mengalir ke setiap sela-sela di tubuhnya dengan tenang dan lembut untuk mencari segala celah yang ada di tubuhnya.
Perlahan jubah yang dikenakan Harus mulai robek, teriris oleh ayunan-ayunan pedang itu.
Dan akhirnya, tubuh Harse mulai tersayat bertubi-tubi, hingga dia melompat dengan kuat kebelakang akibat ayunan salah satu pedang itu yang kembali mengarah ke lehernya. Tombak kamayari miliknya seolah tidak berarti apa-apa di hadapan sepasang pendekar pedang yang ada di hadapannya.
Tak tinggal diam begitu saja, sepasang pendekar pedang itu kemudian melompat cepat mengejar musuhnya yang menjauh itu.
Harse tertawa lantang menyambut serangan kedua lawannya. Baru kali ini dia bertemu dengan manusia yang mampu membuatnya kewalahan seperti ini tanpa memakai Krista Enichtis.
Harse kemudian menggeram dengan buas dan lantang. Dan tiba-tiba tubuhnya berubah bentuk menjadi manusia harimau (wujud terakhir dari Ras Half-Blood Harimau).
Pertarungan antara Harse melawan Ann dan Sebastian pun kembali berlangsung dengan sengitnya.
Tapi para prajurit Kuil Anemos lain mulai berjatuhan satu persatu menghadapi para Half-blood Harimau, tak kuasa melawan ketimpangan kekuatan antara Ras Manusia dan Ras Half-blood.
Dan perlahan-lahan langit di malam itu mulai terlihat semakin pekat.
****
Di perbatasan Kokki'po terlihat Trois Greeya berlarian menuju ke arah hutan yang berada di dekat Kuil Anemos. Di tanggan kirinya terdengar suara seorang bayi laki-laki yang terisak karena kehilangan ibunya.
Tiba-tiba terlihat olehnya tiga sosok manusia yang membawa tombak.
Apakah mereka manusia?
Bukan!
Mereka adalah Half-blood keji yang telah membantai klannya. Menghancurkan kuilnya.
Dan, mungkin telah membunuh kedua orang tua dari bayi yang sedang digendongnya.
“Siapa kau!”
Terdengar teriakan dari salah satu laki-laki yang berada di hadapannya.
Tanpa basa-basi dia mencabut pedang yang ada di pinggang sebelah kirinya dengan tangan kanannya dan melesat cepat kearah mereka.
Beberapa saat kemudian, kepala mereka telah berterbangan terlepas dari tubuhnya.
Trois kembali berlari menuju ke hutan. Kakinya terasa begitu berat, dan hatinya terasa begitu perih teriris. Dia menyadari betul bahwa dia telah kehilangan kuil yang dicintainya, murid-murid yang berharga baginya. Perempuan yang telah menjadi putrinya di dalam hatinya.
Tapi bayi di tangannya ini juga kehilangan ayah dan ibunya.
Trois kembali memeluk bayi itu semakin erat sambil terus berlari. kemudian sosoknya pun menghilang dibalik hutan di kegelapan malam.
****
“Malam itu langit terlihat begitu pekat, menghitam,
Pintu-pintu terbanting,
Terdengar riuh-riuh teriak memekakkan telinga,
Para harimau memporak-porandakan seisi ruang,
Dan kaki rapuh ini terus berlari tanpa henti,
Sambil membawa harapan dicemari air mata.”
😂
😂