Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 9.
Cahaya redup dan seketika berganti terang, lalu kembali berubah menjadi remang. Bola lampu itu terus bermain seakan mengikuti alunan musik yang kian terdengar nyaring. Club Laura malam ini terlihat begitu ramai, para pengunjung menyebar hingga memenuhi club.
"Malam Mami."
"Malam Mi..."
"Sendiri aja, Mi? Om Lim mana?"
"Mami mana mau dengan Om Lim."
"Mami mah masih bisa mendapatkan berondong keless..."
Suara-suara itu terdengar ketika Laura melewati beberapa pengunjung clubnya yang tengah menikamati malam dengan ditemani minuman serta para wanita.
Laura hanya melirik sekilas seraya berlalu untuk masuk lebih dalam. Malam ini ia datang lebih cepat untuk memeriksa club. Belum pukul 10 malam, wanita yang kini mengenakan gaun selutut berwarna hitam itu telah tiba di tempat hiburan malam miliknya.
"Mi," sapa seorang wanita yang mengenakan pakaian kurang bahan. "Tumben Mami datang lebih cepat?"
"Aku hanya bosan di rumah."
Wanita yang merupakan kupu-kupu malam di club Laura itu mengangguk. Ia mengikuti langkah Laura yang langsung menuju ke arah bartender.
"Bagaimana?" tanya Laura pada wanita sexi itu. Ia meraih minuman yang bartender letakkan di atas counter, dan mulai menegaknya secara perlahan.
"Semua oke, Mi. Aman terkendali." Wanita sexi itu melaporkan keadaan club pada Laura. Ia adalah orang yang mengetahui club, termasuk perantara pemesanan wanita penghibur jika Laura sedang tidak berada di clubnya.
Laura memberikan anggukan dan setelahnya ia meminta wanita sexi itu untuk pergi meninggalkan dirinya.
"Aku ingin sendiri," ucap Laura dan wanita sexi itu segera pergi. Laura kembali menikmati minumannya, menikmati kesendiriannya yang ternyata semakin sunyi setelah Tsania memutuskan untuk kuliah di kota.
Berdiam diri, duduk sendiri dengan kondisi yang ramai serta riuhnya sekitar tak membuat Laura untuk tak mampu tenggelam dengan dunianya sendiri. Telinganya seakan menuli hingga ia hanyut begitu jauh ditertarik ke masa lalu.
"Kau bermimpi ingin menjadi Cinderella?" Wanita itu tersenyum sinis dengan tangan yang berkacak pinggang. "Dasar gembel! Sudah miskin, udik, bodoh lagi. Bisa-bisanya aku memiliki menantu seperti mu!!"
Laura meminta bartender untuk kembali mengisi gelasnya, hingga ia juga bisa kembali menikmati minuman yang tak hanya menghilangkan dahaga, namun juga dipercaya oleh segelintir orang bisa menghilangkan beban dunia.
"Ternyata kau di sini." Tangan Pria itu meraih gelas yang hampir berhasil menyentuh bibir Laura. Ia menegak isinya dan langsung menyerahkan gelas itu pada bartender untuk disimpan.
"Kembalikan minuman ku!" pinta Laura. Ia melotot pada Ardi Lim yang kini juga ikut duduk di sampingnya.
"Jangan terlalu banyak minum. Sudah berapa lama kau di sini?"
Ardi Lim tidak memperdulikan permintaan Laura. Dan hal itu membuat Laura mendengus. Ia yang kesal kembali mengarahkan pandangan ke depan.
Awalnya Ardi sudah lebih dulu datang ke kediaman Laura, berniat ingin mengajak wanita cantik itu untuk makan malam. Tapi Ardi tidak menemukan Laura hingga ia memutuskan untuk datang ke club. Dan benar saja, ia langsung menemukan Laura yang duduk sendiri, tengah menikamati minuman beralkohol.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Ardi Lim karena melihat wajah Laura yang cemberut. Tidak mungkin hanya karena perkara gelas.
Namun Laura diam. Tidak memberikan jawaban apa pun kepada Ardi. Membuat Ardi dengan segera memanggil wanita berpakaian sexi yang sebelumnya sudah menemui Laura.
"Ada apa, Om Lim? Apa pertahanan Om sudah mulai goyah?"
Wanita sexi itu tersenyum karena berhasil mengeluarkan godaan untuk Ardi Lim. Ia pikir, Ardi memanggilnya untuk memesan pelayanan, yang artinya pertahanan pria dewasa itu sudah mulai goyah karena tak kunjung diterima oleh bos mereka-Laura.
"Pertahanan ku masih kokoh. Dan hanya Laura yang bisa merobohkannya." Wanita sexi itu terkikik mendengar perkataan Ardi. "Apa ada yang terjadi di club?"
"Tidak ada. Semua aman, Om."
Ardi Lim mengangkat alis dan sesaat terlihat berpikir, setelahnya ia meminta wanita sexi itu untuk pergi dan kembali memperhatikan Laura.
"Kau merindukan, Tsania?" tanya Ardi pelan. Karena tidak ada masalah dengan club, Ardi pikir Laura tengah merindukan putrinya.
"Kau mau menemaniku, Tuan Lim?"
"Maksud mu? Kau ingin menyusul Tsania ke kota?"
"Temani aku. Kau mau menemaniku, kan?" Laura berdiri dari duduknya dan mendekat pada Ardi. "Temani aku malam ini saja."
Ardi Lim terdiam. Tubuhnya seketika membeku karena kini Laura merangkulkan kedua lengannya pada leher pria itu. Laura bahkan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Ardi.
"Kau mabuk, Laura," kata Ardi Lim pelan. Ia merasa pasokan udara di sekitarnya mulai menipis. Laura benar-benar menguji dirinya. "Sebaiknya aku mengantar mu pulang."
Ardi Lim membawa Laura ke luar meninggalkan club. Ibu dari Tsania itu sepertinya telah banyak menegak minuman sebelum kedatangan Ardi.
"Kau mau membawa ku ke mana, Tuan Lim?"
"Berhenti memanggil ku dengan panggilan Tuan. Aku akan mengantar mu pulang."
Ardi mengemudikan mobil menuju kediaman Laura. Menurut Ardi, Laura sebaiknya beristirahat. Wanita cantik itu begitu merindukan Tsania hingga menjadikan minuman beralkohol sebagai pelampiasannya.
"Temani aku malam ini, ya?" Laura tiba-tiba saja merangkul lengan Ardi yang tengah fokus mengemudi. Pria itu hampir saja kehilangan kendali karena tingkah Laura. "Aku tidak ingin sendirian."
Laura terlihat menutup mata dengan tangan yang merangkul lengan Ardi. Ia juga merebahkan kepalanya di lengan pria itu hingga wajahnya tidak mampu Ardi perhatikan.
Entah karena merasakan nyaman atau pengaruh minuman yang masih menguasai dirinya, Laura terlihat beberpa kali mengencangkan rangkulan pada lengan Ardi.
"Kau tidur," gumam Ardi saat menghentikan mobil di depan kediaman Laura. Ia membenarkan posisi Laura sebelum keluar dari mobil dan mendekat pada pintu penumpang bagian depan.
Ardi menggendong wanita cantik itu masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Laura.
"Jangan tinggalkan aku." Dengan masih menutup mata Laura mengatakannya. Ia masih saja merangkul lengan Ardi hingga membuat pria itu sulit bergerak menjauh setelah membaringkan Laura di atas tempat tidur.
Ardi Lim terdiam. Ia memilih untuk tetap berada di dalam kamar Laura. Lengannya kini sudah terlepas hingga ia bisa duduk di sisi tempat tidur dan dengan puas memandangi wajah cantik itu. Tidur saja kau sudah bisa membuat ku jatuh cinta, batin Ardi dengan netra yang terus menatap Laura.
Dan setelah beberapa saat berlalu, Laura terjaga dari tidurnya. Ia mengerjapkan mata dan segera bangun saat menyadari jika dirinya sudah berada di dalam kamar.
Laura sempat merasa heran dengan keberadaannya yang sudah berpindah. Namun ia berhasil mengingat sekilas jika ia kembali bersama Ardi Lim. Laura bangun dan ingin beranjak menuju kamar mandi, tapi langkahnya terhenti karena mendengar suara sower. Siapa yang berada di dalam kamar mandi pribadinya?
Ting!
Laura menoleh ke atas nakas saat mendengar denting pesan. Ia bisa melihat jika ada satu ponsel serta dompet kulit yang Laura tahu itu adalah milik Ardi.
Terimakasih atas bantuannya, Om. Tsania mohon jangan sampai mama tahu.
Tanpa membuka ponsel Ardi, Laura sudah bisa membaca dengan jelas pesan singkat yang dikirimkan putrinya di layar pemberitahuan. Isi kepalanya tiba-tiba saja memikirkan banyak hal. Mulai dari yang baik sampai yang terburuk yang mungkin saja telah Tsania lakukan.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak 😉
dihhh spek buaya berkelas/Joyful/