Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05
Mobil yang Shaka kendarai tiba di sebuah halaman rumah yang cukup mewah, meski tak semewah kediaman Syam tentunya. Cyara melongokkan kepalanya ke depan jendela di mana Shaka berada.
"Mau mampir?'', tanya Cyara.
"Lain kali aja ya Cya. Salam buat mami papi Lo.'' Cyara menganggukkan kepalanya sedikit dan menoleh ke arah Ica yang duduk di bangku belakang. Ica memainkan ponselnya dan betah menundukkan kepalanya.
"See you!'', kata Cyara. Gadis itu meninggalkan kecupan singkat di pipi Shaka tanpa malu kalau ada orang lain selain mereka di sana. Memang, hanya kecupan singkat di pipi. Tapi Ica cukup tahu, tanpa melihatnya secara langsung.
"See you!'', balas Shaka dan setelah Cyara masuk dan menghilang di balik gerbang, Shaka menoleh ke belakang.
"Pindah sini napa Ca!'', pinta Shaka. Ica yang berbadan kecil tentu saja tinggal melangkah ke bangku depan tanpa harus turun lebih dulu.
"Mau langsung pulang kan?'', tanya Shaka sambil melajukan kendaraannya.
"Huum!'', gumam Ica singkat.
"Menurut Lo, Cyara gimana Ca?", tanya Shaka. Ica menoleh sambil mengernyitkan alisnya.
"Ya ga tahu. Gue baru ketemu dia kan!", jawab Ica.
"Iya tahu, maksudnya menurut Lo gimana Cyara itu? Cantik? Supel? Atau gimana?'', tanya Shaka lagi. Ica mengedikan bahunya.
"Lo yang pacarnya, malah nanya ke gue!"
Shaka terkekeh pelan. Bertanya hal seperti itu pada Ica memang melelahkan!
"Gilang pacar Lo?", tanya Shaka. Ica menggeleng pelan.
"Pacar apaan, kita temenan aja kok!", jawab Ica terdengar santai. Apalagi matanya fokus ke jalanan ibu kota.
"Kalo iya juga ngga apa-apa sih! Gilang juga good looking kayaknya good rekening juga hehehe!"
Risya hanya tersenyum tipis. Gilang memang tampan dan harta orang tuanya banyak. Tapi bagi Risya, Gilang adalah sahabat terbaiknya selain Gendhis tentunya.
Shaka menoleh ke Ica yang entah kenapa jadi pendiam. Padahal pertemuan tadi pagi saja, gadis itu masih sangat ceria.
"Lo kenapa sih?"
Ica di tanya seperti itu pun menoleh pada sosok pemuda yang ada di sampingnya.
"Kenapa apanya?"
"Ngga biasanya Lo diem begini. Tadi pagi aja cerewet lho. Kenapa heum?", Shaka masih ingin tahu kenapa Ica mendadak kalem.
"Ngga apa-apa capek aja kalo habis jalan. Niatnya mau beli sepatu tapi ngga jadi, ngga ada yang cocok."
Shaka mengangguk pelan. Dia percaya saja dengan alasan yang Ica katakan.
Tak lama kemudian ,mobil itu pun tiba di halaman rumah Ica. Mobil abinya sudah terparkir di sana.
Mungkin abinya pulang lebih awal karena pekerjaannya tak terlalu banyak.
Shaka dan Ica pun turun dari mobil langsung menuju ke ruang tamu. Suasana rumah tampak lengang.
Tapi ternyata para penghuni rumah sedang duduk santai di teras belakang.
"Assalamualaikum!", Riang memberi salam dan langsung duduk di bahu kursi yang abinya duduki. Ia meletakan kepalanya di bahu sang ayah.
"Walaikumsalam. Udah puas belanjanya?", ledek Syam.
"Ngga jadi belanja Bi. Cuma nonton sama si kembar dan....???"
Shaka muncul tiba-tiba karena tadi ia meletakkan kuncinya lebih dulu ke tempat biasa.
"Shaka, Bi!", sela Shaka yang mencium punggung tangan Syam.
"Hei ...Shaka?!", sapa Syam. Melihat Abinya dan Shaka yang mengobrol asik sendiri, Ica memilih pergi dari sana.
Ia membiarkan Abi dan om nya mengobrol lebih banyak. Jadi ,gadis itu memilih untuk kembali ke kamarnya.
Setelah tiba di ujung tangga, Ica bertemu dengan Tata yang baru keluar dari kamar.
"Lha??? Katanya belanja ? Mana barang belanjaannya?", tanya Tata pada kakaknya tersebut.
"Ngga jadi belanja, besok-besok aja!", jawab Ica lesu. Ia pun akan melangkah menuju kamarnya. Tapi Tata mencegahnya.
"Eh...mau ke mana?", tanya Tata.
"Apa sih Ta? Ya mau masuk kamar lah, mau rebahan! Capek!", sahut Ica.
"Ishhh...kak Ica mah tidur di kamar aku sekarang. Kamar kak Ica di pake Om Aka selama nginep di sini!"
"What???", pekik Ica.
"Kenapa sih? Lebay banget deh!", sahut Tata sambil menguncir rambutnya.
"Kenapa ngga pake kamar kamu aja si Ta?", protes Ica.
"Dih! Maksudnya Tata gitu yang ngungsi ke kamar kak Ica? Ya ngga lah! Kasurnya aja segede apa, muat gitu kita berdua? Ngga lah yawwww....!!", Tata mengibaskan rambutnya yang di kuncir kuda.
"Tap....???'', protes Ica menggantung saat Shaka tiba-tiba sudah ada di belakang Ica.
"Kenapa sih? Keberatan gue nginep di sini, heum?", tanya Shaka sambil merangkul bahu Ica.
Tata cekikikan karena kakak nya langsung kicep di depan om nya.
"Ya...ng-nggak sih!", kata Ica gugup.
"Aku cuma semingguan di sini,nanti kalo papa dan mama datang aku juga balik ke rumah kok!", kata Shaka mengacak kepala Ica yang sudah melepaskan hijabnya.
"Tuh ...kan????", kata Tata. Ica melotot pada adiknya tersebut.
Tata menuruni tangga sedang Shaka mendorong Ica memasuki kamarnya dan membiarkan pintu itu terbuka.
Shaka mendudukkan Ica di ranjangnya sedang Shaka duduk di bangku meja belajar Ica.
"Kenapa liatin gue kaya gitu?", tanya Ica. Shaka menggeleng lalu tersenyum.
"Berasa lagi bercermin ngga sih? Muka kita mirip! Padahal bukan saudara kembar ya heheheh!", kata Shaka terkekeh.
Ica memutar bola matanya malas.
"Ngga usah cemberut, gue tidur di ruang tv nanti malem!", kata Shaka mencubit gemas pipi Ica.
"Heuh? Ng-nggak usah! Lo di sini aja, gue sama Tata ntar!", kata Ica.
"Udah, gue ngga masalah tidur di ruang tv. Ada pertandingan bola juga sih sebenernya, paling Abi juga nonton."
Risya pun tak mengomentari ucapan Shaka lagi. Gadis itu memilih mengambil pakaian dan handuknya.
"Mau ke mana?", tanya Shaka.
"Mandi lah! Lengket badan gue!", ujar Ica.
"Ya tinggal mandi lah, gue keluar dari sini! Ngga bakal ngintipin Lo juga kali!", kata Shaka terkekeh sambil meraup wajah Ica.
"Aka....!", pekik Ica. Dia tertawa sambil menggeleng pelan. Tapi kemudian ,tawa itu pun luntur. Bahasa tubuh antara Shaka dan Cyara tadi cukup membekas di ingatan Ica.
Ica menggelengkan kepalanya seolah sedang menolak sesuatu yang ada di dalam otak juga hatinya.
"Sadar Ica...sadar!!!", gumamnya. Lalu ia pun memutuskan untuk mandi di kamar mandi yang ada di dalam ruangan itu.
💜💜💜💜💜💜💜💜💜
"Perlu mami ingatkan berapa kali sama kamu, Cya?", tanya seorang perempuan paru baya.
"Apa sih Mi?? Cya capek ya, mau istirahat !", ujar gadis itu.
"Mama pikir, kamu sudah ngga pernah lagi berhubungan sama anak itu. Tapi ternyata ...??''
"Mam, aku sama Shaka cuma temenan!", bantah Cyara.
"Temenan tapi cium-ciuman mesra seperti itu?"
Cyara menurunkan bahunya sambil menatap sang mami.
"Mam...hal kaya gini udah biasa buat kita selama di luar sana, Mam! Ayolah...mami jangan kolot begini!", Cyara meyakinkan maminya.
"Iya, mama tahu! Tapi yang perlu mami tekankan...kalian itu berbeda! Jadi jangan sampai terbawa arus dan....?!"
"Stop, Mam! Cyara mau istirahat! Dah, mami!", kata Cyara mengecup pipi maminya tersebut. Gadis itu pun meninggalkan sang mami yang terdiam di depan pintu kamar Cyara.
Shaka memang baru kembali ke Indonesia, tapi Cyara sudah beberapa Minggu sebelumnya.
Dan orang tua Cyara sebenarnya tak ingin jika Cyara dan Shaka dekat. Tapi sepertinya mereka memang sulit untuk di jauhkan.
Mami dari Cyara hanya mampu membuang nafasnya gusar.
Semoga kamu selalu mengingat Tuhan mu, Cyara!
💜💜💜💜💜💜💜
terimakasih ✌️☺️🙏
kasian deh lo dianggap besti... 🤣🤣🤣🤣🤣
gilang said kena deh gue sama emak emak julid...
..